"Manusia hanya bisa melihat sebatas yang bisa dilihat."
Untuk abad postmodern ini, manusia secara sadar atau tidak, sedang menikmati 3 dunia sekaligus. Ketiganya ini bukan lagi sebuah pilihan, namun kenyataan. Tak bisa dipungkiri, mau tidak mau telah menjadi bagiannya.
Jika belum bisa menikmati 3 dunia sekaligus, maka minimal akan menikmati 2 dunia, karena suatu keterbatasan.
Apa saja 3 dunia yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini?
Dunia Nyata
Pernahkan mengamati perilaku seorang ABG pecinta berat Drama Korea (Drakor)? Karena begitu terlalu menghayatinya bisa merelakan berjam-jam hidupnya untuk menyelami jalan ceritanya. Setelah selesai, maka raut wajahnya bisa berubah sedih?
"Kenapa kok sedih? Memang ada apa?" "Ga ada apa-apa kok," sahutnya. Â Karena saya tahu baru selesai menonton di Youtube sebuah kisah drama Korea, maka saya menimpali, "Gimana ceritanya film tadi?" Tanpa sadar lalu menceritakan kisah tentang perjuangan cinta yang tertolak.
Atau juga yang suka menikmati film di bioskop dengan serius. Sampai seakan dirinya masuk di dalam kisah itu. Lalu setelah selesai filmnya dan berjalan keluar dari gedung itu, maka akan masih merasakan kisah yang habis ditontonnya, bukan?
Hidup di dunia nyata tidak bisa dilepaskan begitu saja dari alam berpikir seseorang. Apa yang dipikirnya itu akan memengaruhi perilakunya. Jika memiliki keyakinan tertentu, maka itu akan tampak dalam keputusan hidupnya setiap hari. Termasuk di dalamnya adalah masa lalunya dan cita-citanya ke depan.
Masa lalu yang bergelimang harta, akan memiliki perilaku berbeda dengan yang hidup sederhana apalagi prihatin, saat melihat dan menjalani dunia nyatanya.
Orang yang tidak memiliki cita-cita dan yang memiliki cita-cita, akan beda dalam menjalani hidupnya setiap hari. Ini menunjukkan bahwa dunia nyata dipengaruhi oleh alam pikir seseorang.
Di sebuah sanggar senam atau fitnes, ruang latihannya biasa di kelilingi oleh cermin. Ada seseorang anak mudah yang badannya kurus ikut fitnes untuk membentuk otot lengan dan dada.
Saat baru ganti baju untuk persiapan latihan, sering melihat ke cermin sambil memerhatikan bentuk lengan dan dadanya. Kemudian tangannya dikepalkan dengan keras untuk melihat otot lengannya muncul.
Tentu tidak akan muncul seperti gunung, karena belum terbentuk. Kecuali jika makan bayam (spinach) kayaknya, baru bisa langsung lengannya menggunung, seperti Popeye The Sailorman, saat menghadapi Brutus, ketika pacarnya Olive, diserobot.
Tapi apakah benar kalau habis makan bayam akan kuat dan besar lengannya? Tidak juga. Itu kisah dalam film kartun dan bukan dunia nyata.
Dunia nyata butuh proses, tidak bisa semua sekejap (instant). Meski apa kopi instant, mie instant dan lainnya yang instant, namun sebelum itu disajikan sebagai yang instant, tetap ada proses pembuatannya. Tidak bisa abrakadabra dan simsalabim.
Dunia Maya
Ini bukan bicara tentang dunia yang tidak nyata. Ini juga sebuah aktivitas dalam dunia nyata yang nyata, namun menggunakan teknologi informasi. Dunia maya (cyberspace) atau dunia internet ini betul bisa dilihat atau turut merasakan, namun tak bisa meraba atau menjamahnya.
Dunia Maya atau Cyberspace adalah sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata). Walaupun dilakukan secara virtual, kita dapat merasa seolah-olah ada di tempat tersebut dan melakukan hal-hal yang dilakukan secara nyata (www.dictio.id).
Dengan berselancar dalam dunia maya ini, maka seluruh dunia seakan dalam jangkauan dan genggaman. Semua peristiwa di mana pun, bisa dinikmati dalam sekejap melalui sentuhan teknologi yang canggih.
Jika tidak bijak, maka akan sulit untuk memilah dan memilih antara yang sungguh terjadi dan hoaks. Bahkan peristiwa dalam bentuk video maupun wajah seseorang yang terkenal pun, bisa direkayasa (edit) dengan muatan tertentu dan demi tujuan tertentu pula.
Dunia maya ini, bisa mengubah perilaku seseorang dalam dunia nyata. Permainan Pokemon yang pernah begitu menghebohkan itu, telah membawa pemainnya begitu asyik tanpa memedulikan sekitarnya. Yang melihat dalam dunia nyata bisa heran, apa yang sedang dilakukannya itu? Yang di dunia maya sedang tegang bermain.
Hari ini, tidak mungkin orang hidup dalam dunia nyata saja, tanpa behubungan dengan dunia maya. Kecuali tidak ada jaringan internet. Ini telah menjadi kebutuhan yang begitu mendesak. Ada seorang anak muda yang masih nge-kost dengan uang yang terbatas, lalu bingung antara buat membeli pulsa atau sarapan pagi.
Itulah kenyataannya. Coba perhatikan yang lagi nongkrong di warteg atau kedai kopi, tak mungkin tangannya tidak mengotak-atik ponselnya. Dunia maya seakan telah 'merampas' dunia nyata, dalam diri seseorang. Â Â Â
Dunia Lain
Yang ini, baru berbeda dengan dunia nyata dan dunia maya. Setiap orang atau keyakinan akan memiliki pengetahuan adanya dunia lain ini. Ini bukan hanya bicara masalah tempat yang bernama surga atau neraka, yang kelak akan didiami oleh seseorang.
Juga tidak sedang membicarakan seperti yang ada pada film Alice in Wonderland atau Watchmen. Bukan pula terkait dengan buku seperti: The God Particle atau 25 Big Ideas: The Science that's Changing our World.
Dunia lain di sini, juga bisa dinikmati oleh seseorang saat masih berada di dunia nyata, yang sedang juga menikmati dunia maya dalam kehidupannya. Banyak peristiwa yang kita alami bisa terjadi di luar nalar. Seakan ada mata yang mengawasi (seperti CCTV) dan ada tangan yang bekerja yang tidak tampak secara kasatmata.
Percaya atau tidak, khususnya untuk orang yang beragama pasti akan bisa merasakan hal ini. Sulit untuk dipikirkan, namun bisa membuat bulu kuduk berdiri atau merinding, yang bukan karena hembusan angin dingin tentunya.
Saat seseorang sendirian berada di rumah yang besar sekali, sambil menonton film horor atau laporan berita pembunuhan, maka tiba-tiba tubuhnya bisa merinding ketakutan, meski nalarnya sedang bekerja dengan normal. Apalagi tiba-tiba ada suara yang mengagetkan, seperti ada barang yang jatuh, akan menambah rasa takutnya.
Jika ada seorang rasionalis sekalipun yang mau berdoa, bersyukur atau takut tertimpa petaka (kualat) akibat telah melakukan suatu perbuatan tertentu, maka pengaruh dari dunia lain ini, Â telah 'merasuk' menjadi bagian dari hidupnya.
Berapa banyak dari kita yang mau melakukan suatu perintah dari seorang pemimpin agama, maka perlu lebih dahulu ditakut-takuti dengan sangsi dan akibatnya, jika tidak mau segera menaatinya selama masih hidup di dunia ini?
Manusia itu multidimensi. Tubuhnya bisa ada di dunia nyata, namun pikirannya sedang menikmati dunia maya dan perasaannya sedang merasakan dunia lain pula. Ini bisa dialami secara terpisah, namun juga bisa terjadi secara bersamaan.
Pernah mengalaminya?
Salam kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H