Contoh: jika banyak belajar tentang dunia seni atau musik, maka tidak akan sesegera memikirkan tentang investasi masalah rumah. Yang dipikir memiliki studio atau alat musik yang 'wow'. Â Ada seorang yang berani membeli sebuah gitar hampir 50 juta, namun dia masih nge-kost dan mobilnya masih kredit. Katanya, "Sebagai musisi itu investasinya." Â
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan bisa membentuk seseorang. Orang yang bekerja di lingkungan yang bergerak dalam dunia perumahan, akan memicu keinginan untuk memiliki simpanan rumah juga. Namun jika, kerjanya keliling lintas kota, maka bisa melihat peluang lain untuk menginvestasikan uangnya di sana.
4. Pengaruh Teman
Suara teman itu bisa begitu kuat memengaruhi, daripada suara keluarga atau pasangan sekalipun. Ada seorang anak muda yang bekerja begitu keras dalam mengumpulkan pundi-pundinya. Dia berteman dengan seorang pemain saham. Lalu diajak join. Dan tabungannya diinvestasikan di sana.
Anak muda zaman now (generasi milenial) telah dimanja dengan teknologi yang canggih. Sehingga begitu rapuh untuk menapaki hidupnya, karena semuanya telah tersedia melalui aneka fasilitas yang sifatnya 'sekejap' (instant).
Susah sedikit sudah mengomel, tanpa pernah memikirkan tentang siapa dirinya. Gambar dirinya menjadi kabur melihat tawaran aneka iklan yang memikat. Ingin memilikinya, namun tidak ingin berusaha sekeras mungkin.
Ada 6-B penghambat kaum milenial untuk berinvestasi?
1. Belum mendapat pengetahuan pentingnya investasi. Jika pendidikan investasi diwacanakan sejak SMA, maka itu akan membantu pula menentukan langkah kuliahnya lebih lanjut. Kemudian setelah bekerja bisa memikirkan untuk melakukan investasi.
2. Bingung dengan tujuan hidup. Tanpa tahu tujuan hidup, sedang di sisi lain bergelimang dengan uang, maka merasa bisa membeli apa saja yang bukan menjadi kebutuhannya. Biasa lebih senang ditabung saja daripada deposito, karena kalau membutuhkannya segera bisa langsung mengambilnya. Â
3. Bekerja untuk menikmati hidup. Ini masalah yang terheboh saat ini. Hedonisme telah menguasainya akibat pengaruh iklan atau tontonan. Uang yang ada untuk membeli penampilan dan pengalaman. Investasi nanti saja.
4. Belum bisa menghargai uang. Diawal kerja atau saat memegang uang, jika bukan untuk berbagi dengan keluarganya, maka sebagai ajang balas dendam untuk berbelanja. Mungkin sebelumnya puasa berbelanja, lalu balas dendam saat memegang uang. Apalagi dengan online shop mempermudah untuk menghamburkan uang, karena memiliki keyakinan bulan depan dapat lagi. Akhirnya ketagihan.
5. Bermimpi ingin segera hidup enak. Semua orang punya keinginan seperti ini. Banyak rencana yang telah dibayangkan, padahal uang belum kepegang tangan. Coba ini, coba itu. Kredit ini, kredit itu. Tur sini, tur sana. Saat uang ada langsung disalurkan segera untuk membayar aneka cicilan tersebut. Bisa besar pasak daripada tiang.