Logisnya kalau memang bisa menggandakan uang, kenapa kok bukan uangnya sendiri saja yang digandakan dan digandakan? Lalu ada seorang teman yang berkata, "Menurut ilmunya, memang harus uangnya orang lain. Bisa membantu yang lain itu ada pahalanya." Keren juga yach, alasannya ... .
Yang lebih menyedihkan ternyata dalam dunia keagamaan, teknik marketing seperti ini juga dilakukan. Ada seorang yang berkisah telah mengikuti apa saja yang diajarkan, bahkan telah mengeluarkan uang yang begitu banyak, namun apa yang diharapkan tidak kunjung tiba, bahkan terjerumus kepada ajaran tertentu yang secara umum dianggap menyimpang.
Mudah Terjebak
Ada 4 hal yang membuat kita gampang sekali terjebak dalam rencana seseorang yang memanfaatkan kita, yaitu:
1. Kurang Pengalaman. Ada istilah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Melalui pengalaman kita bisa mempelajari banyak hal. Orang yang telah berpengalaman menikah akan tahun betapa beratnya merawat pernikahan, dibanding pendapat orang yang baru berencana untuk menikah, meski dengan aneka pengetahuan yng dimilikinya.
Oleh sebab itu nikmati pengalaman demi pengalaman yang ada. Tidak perlu cepat berkeluh-kesah, ketika menghadapi hambatan demi hambatan yang menerpa. Petik hikmahnya saja. Pelajaran apa yang yang didapat? Itulah modal menjadi seorang yang bijak. Jangan jatuh pada kubangan yang sama.
2. Kurang Pengetahuan. Pengetahuan bisa didapat secara formal dan informal. Dengan belajar atau bersekolah akan mendapatkan aneka pengetahuan. Melalui pengalaman kehidupan juga bisa mendapatkan pengetahuan.
Sebuah ungkapan 3000 tahun yang lalu berkata, "Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah bodoh." Oleh sebab itu, tetaplah belajar dan belajar ketika kesempatan masih ada. Tetap membaca dan membaca selama masih bisa melihat.
3. Kurang Teman. Ada orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan begitu banyak, namun kalau kurang memiliki teman mudah sekali terjebak. Contoh-contoh di atas telah menjelaskan, bukan? Melalui teman akan mendapat info terkini tentang apa yang sedang terjadi.
Namun tetap perlu berhati-hati dalam berteman. Mengapa? Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara. Dalam berteman pun tidak bisa langsung percaya dan menelan mentah-mentah pendapatnya. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, bisa menjadi filter pula untuk memilah dan memilih.
4. Kurang Tanya. Jikalau sering bertanya akan kelihatan kapasitas kita. Namun ada waktunya tetap perlu bertanya, maka perlu bertanya. Terkadang sudah tidak tahu, tapi merasa tahu (kemeruh) atau sok tahu. Ini akan menjebak pula dalam ketidaktahuan, namun perlu memutuskan sebuah keputusan. Berbahaya bukan?