Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kemenangan untuk Semua, 5M Caranya...

25 Mei 2019   11:34 Diperbarui: 25 Mei 2019   11:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kemenangan bukan soal keunggulan perjuangan saja, tapi ada di tangan Tuhan dan tergantung pada penasihat yang banyak."

Pada abad 19, John Stuart Mill pertama kali menyajikan istilah homo economicus. Sebagai makhluk ekonomi, setiap manusia sejak dini telah diindoktrinasi dalam segala hal harus menjadi nomer 1, yaitu harus: juara, berhasil, sukses, untung dan menang.

Ini akan tersimpan di alam bawah sadarnya. Waktu ada kesempatan, maka simpanannya ini akan muncul untuk pembuktiannya. Jika orang itu tidak memiliki kontrol diri yang baik, maka bisa menghalalkan segala cara dalam mencapai sesuatu.

Entah apa yang ada di benak Prabowo Subianto, meski ucapan selamat kepada Jokowi sebagai presiden telah datang bertubi-tubu baik dari dalam dan luar negeri, beliau tetap tidak bergeming untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Padahal penasihat ajaibnya, Prof. Amien Rais, pesimistis gugatan BPN ke MK bisa ubah hasil pemilu (kompas.com/read/2019/05/24/22014931/).

Presiden Jokowi dalam pidatonya yang berkali-kali ditayangkan aneka saluran TV, mengatakan, "Saya membuka diri kepada siapapun untuk bersama-sama untuk bekerjasama membangun negara ini, memajukan negara ini."

Keterbukaan ini menunjukkan kemenangan adalah milik bersama. Semoga Sandiaga Uno pun bisa dilantik menjadi salah seorang menterinya. Andai mau, saya yakin Prabowo Subianto pun, akan bisa diajak bekerjasama dalam tim pemerintahan yang baru ini.

Conservationalabama
Conservationalabama

Untuk bisa menikmati kebersamaan dalam kemenangan untuk semua, maka perlu dimulai dari dalam diri sendiri. Ada nasihat berkata, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Keaslian seseorang akan mencuat dari dalam hatinya. Bagaimana caranya? Ada 5 M di bawah ini:

Menyukuri Rahmat-Nya. Ada saat sehat, ada saat sakit. Itulah kehidupan. Hidup bukan sekadar bicara benar atau salah, menang atau kalah. Hidup adalah sebuah perjuangan, untuk menanti jadwal kematian. Jikalau diberi kesempatan untuk menikmati kemenangan, ingatlah pula itu merupakan rahmat ilahi. Tidak mungkin ada 2 orang presiden. Apakah Tuhan tidak pernah tahu siapa pemenangnya sejak awal? Dia Mahatahu, bukan?

 Mengendalikan Hawa Nafsu. Musuh terberat manusia adalah menaklukkan hawa nafsu sendiri. Segala sesuatu yang kita lakukan diawali dengan keputusan. Saya melihat di TV, aparat kita saat menjaga kedamaian Jakarta seperti dipermainkan oleh para pendemo, namun tetap tidak membalas. Itu bukan hal yang mudah, apalagi jikalau aparat yang bertugas itu masih seorang pemuda yang berjiwa muda. Demi komando, maka mereka rela dilempari dan tetap bertahan.

Memendam Rasa Dendam. Jikalau ada kejengkelan saat melakukan pertempuran diawal, lalu menikmati kemenangan, tidak perlu menghabisi rivalnya tersebut, hingga ke akar-akarnya karena ada dendam yang membara. Jokowi pada pilpres 2014 kalah telak di Nusa Tenggara Barat. Tapi di Mandalika, Lombok, dibangun sirkuit bertaraf internasional untuk MotoGP dan Formula 1 (F1).

Menerima Perbedaan. Filsuf Tiongkok, Konfusius pernah berkata, "Buat apakah seluruh kemenangan jika harus dilakukan dengan cara menghancurkan, melukai atau mematikan kehidupan orang lain?" Oleh sebab itu, perbedaan tidak pernah sirna. Meski beda pilihan, namun setelah itu tidak lagi bermusuhan. Kita bersaudara. Perjuangan masih panjang untuk menjaga keutuhan NKRI.

Mendukung Yang Menang. Kalah itu memang mengecewakan, bahkan bisa menyakitkan. Namun siapa yang bisa menolak realita. Apakah akan marah sepanjang waktu? Lebih bijak, mari bersama-sama mendukung yang menang, hingga ada pemilihan lagi.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun