Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

5 Kengerian Industri 4.0

8 Mei 2019   23:46 Diperbarui: 9 Mei 2019   00:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perkembangan teknologi tidak bisa dihambat. Jika terlambat mengikuti bisa menjadi sekarat."

Dahulu kalau suka nonton film James Bond 007, apalagi film Star Trek atau Star Wars, maka akan dianggap sebagai penikmat sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi hari ini, yang nonton Captain Marvel dan Avengers: Endgame, banyak orang dewasa, bahkan ada kakek dan nenek. Lalu kalau ditanya, dengan malu-malu kucing berkata, "Mengantar anak atau cucu."

Tapi herannya juga, bisa menikmati film itu dengan serius tanpa tertidur. Dahulu yang tidak masuk akal itu, sekarang mulai dicerna dengan akal, yaitu membayangkan keadaan dunia ke depan. Apakah kelak akan terjadi seperti itu? Berawal dari imajinasi, namun telah tiba di era industri 4.0.

Industri 4.0 adalah gabungan teknologi otomatisasi (revolusi indutri ketiga) dan teknologi siber. Waktu masih berkutat dengan era otomatisasi, telah mempergunakan programisasi sistem permesinan dan jaringannya. Andai biasa butuh 10 - 15 tenaga kerja, menjadi sisa 3 yaitu: 1 operator, 1 mendampingi kerja mesin yang otomatis itu dan 1 teknisi (bisa juga hanya 2 orang).

Apalagi masuk pada periode keempat ini, sudah melangkah kepada kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Mesin dengan kecerdasan layaknya manusia. Dan jangan lupa tidak mudah lelah, cekatan dan bisa lebih murah, dibandingkan dengan menggaji karyawan puluhan tahun, plus dana pensiun yang perlu disediakan.

Tak bisa dipungkiri, bahwa kemajuan teknologi itu, tidak bisa dihambat dan menguntungkan sekali dalam banyak hal. Banyak sekali yang telah mengulas tentang hal ini. Masyarakat Indonesia perlu terus berbenah untuk mengikuti perkembangan ini.   

marii.my
marii.my

Di sisi lain, terjadi pula perilaku masyarakat Indonesia yang dulunya, gotong royong, toleransi dan kekeluargaan, pelan tapi pasti, telah bergeser yang diakibatkan oleh tekanan industri 4.0, yang sedang dimasyarakatkan. Apa saja yang terjadi? Ada 5 hal yang perlu dicermati, yaitu: klik ya atau tidak, tiada toleransi, PHK, individual dan sekejap.

Klik Ya atau Tidak. Dalam kerjasama dengan teknologi ini, tidak mungkin memilih bentuk yang ketiga, yaitu memilih di tengah antara ya dan tidak. Jika mau diproses maka, klik 'ya'. Jika tidak mau diproses, maka klik 'tidak'. Tidak bisa KKN. Jika Presiden Jokowi menginginkan semua sifatnya online, maka bisa mengurangi KKN, tapi bukan meniadakannya. Karena dibalik mesin itu, masih ada operator manusia yang bisa diajak bermain.

Tiada Toleransi. Kalau salah memasukkan atau ingin mengubah data, akan sulit untuk direvisi secara langsung, namun butuh berhubungan dengan adminnya. Contoh: mau mengubah alamat imel atau URL Profil di Kompasiana. Siapa yang bisa ... hayo ... ? Demikian juga dalam dunia Perbankan atau Fintech melakukan hal yang sama.

PHK. Toko konvensional akan mengurangi karyawannya, bahkan tutup karena pembelinya bisa belanja secara online. Perbankan mengurangi stafnya, karena untuk membuka rekening baru, bisa langsung melalui smartphone. Mau ambil atau setor uang tunai, bisa kapan saja dan di mana saja. Mau bayar tol atau parkir, bisa pakai kartu sakti. Dulu transfer cash wajib melalui bank, namun sekarang bisa dilakukan mandiri dengan aneka cara.  

Individual. Masyarakat bisa jadi asosial. Tidak peduli orang lain. Kalau lihat kecelakaan, tidak langsung menolong, namun difoto dulu, lalu share. Pernahkah melihat satu keluarga (ayah, ibu dan 2 anak) duduk di sebuah restoran. Masing-masing pegang smartphone. Bicara pun jadi malas. Komunikasi lewat tombol smartphone saja.

Sekejap. Semua peristiwa di dunia, bahkan di luar angkasa, bisa dinikmati secara langsung. Termasuk di dalamnya susah membedakan, mana yang bersifat fakta, opini atau hoaks. Semuanya bisa langsung ditayangkan atau di-share.-  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun