Mohon tunggu...
Juanda Indot
Juanda Indot Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pengamat Politik dari Kampus, Pengamat bukan sekedar Pengamat tapi Pengamat yang berkontribusi untuk Negara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Macet? Sudah Saatnya Indonesia Beralih ke Angkutan Massal

29 Juni 2016   14:33 Diperbarui: 29 Juni 2016   14:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu kota Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota terbesar di asia tenggara namun banyak masalah terjadi didalamnya mulai dari banjir tak berkesudahan hingga kemacetan yang menjadi kebiasaan. Jakarta yang menjadi pusat dari segalanya baik dari pemerintahan maupun swasta menjadi sentral bagi mereka yang berada didaerah-daerah, apakah Jakarta masih menjanjikan bagi semua kalangan untuk jadi ibu kota Indonesia ?

Indonesia sebelum Jakarta (Batavia) menjadi ibu kota, Jogjakarta adalah daerah yang dahulu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia ketika penjajahan jepang, akhir-akhir ini juga ada asumsi bahwa ibu kota Indonesia akan dipindahkan ke daerah Kalimantan jika memang Jakarta sudah tidak layak menjadi ibu kota sebuah negara, disebabkan dengan kondisi bencana alam dan bencana sosial tak berkesudahan tanpa solusi dari mereka yang menjadikan ini sebagai janji manis dalam pemilihan gubernur.

Daerah Khusus Indonesia (DKI) Jakarta sudah berulang kali menggantikan sosok pemimpin yang katanya bagus dan memberikan perbaikan bagi Jakarta, namun acap kali banjir mengunjungi Jakarta selalu disalahkan si Bogor yang selalu berbagi air ke Jakarta, selalu itu yang menjadi alasan siapapun gubernurnya, saya jadi kasihan dengan warga bogor yang selalu disalahkan. 

Saya rasa bencana alam seperti banjir memang sulit untuk diprediksi dan ditanggulangi oleh pemerintah DKI Jakarta, namun bencana sosial seperti kondisi macet dijalanan umum bahkan dijalan TOL yang terjadi di ibu kota ini sudah bisa dikatakan macetnya itu pakai banget. Kenapa tidak ? jika kita lihat memang kemacetan dijakarta sudah parah bener, yang seharusnya perjalanan bisa ditempuh cuma setengah jam. Karena macet ni bisa 3 jam karena menunggu kemacetan yang sungguh tiada ampun.

Bencana alam memang susah untuk diprediksi dan sukar ditanggulangi karena memang ia yang sifatnya tidak tentu, bahkan Negara maju pun untuk bencana alam ini tidak bisa berbuat banyak seperti tragedy Tsunami yang melanda jepang beberapa tahun yang lalu menghabiskan banyak rumah-rumah penduduk serta perkantoran rata dengan tanah, padahal pemerintah jepang sudah membuat tanggul ditepian pantai namun itupun tiada guna jika alam sudah bergerak.

Apalagi kita yang ada diindonesia, yah jangan tanya lah ya untuk diindonesia terkait penanggulangan bencana karena memang diindonesia dikatakan sebagai Negara yang memiliki bencana alam terlengkap didunia, bencana apapun hampir semuanya terjadi diindonesia mungkin hanya badai salju yang tidak ada.

Namun jika kita lihat kembali terkait bencana sosial seperti kemacetan yang terjadi diindonesia ini jarang sekali terjadi dinegara-negara asia maupun eropa, bahkan kondisi jalanan dinegara-negara maju sangat aman dengan angka tingkat kecelakaan lalu lintasnya pun sedikit.

Dinegara-negara maju untuk angkutan kendaraan yang digunakan dijalanan agar tidak terjadinya kemacetan maka mereka harus menekan jumlah kendaraan pribadi berlalu lintas dijalanan dan juga menekan jumlah kendaraan bermotor sebagai pengguna jalan. Mereka memberikan solusi dengan adanya angkutan umum missal untuk mereka para pegawai atau para pekerja yang setiap hari melakukan aktivitas kerja diluar dan juga untuk pelajar.

Jika kita sering melihat dinegara-negara eropa pasti ada kereta api bawah tanah dikawasan kota yang tujuannya sebagai angkutan missal, dengan adanya kereta api bawah tanah ini Negara-negara eropa bisa menekan angka kendaraan mobil pribadi yang melintasi jalanan hanya untuk sekedar ngantor, jadi memang kereta api bawah tanah ini menjadi solusi bagi mereka yang aktivitasnya sebagai pekerja maupun pelajar.

Selain adanya kereta api bawah tanah sebagai angkutan massal untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi ini, berbeda dengan di jepang yang tidak melarang mobil pribadi melintasi dijalanan namun dengan resiko siap-siap mengeluarkan uang banyak untuk membayar parkir mobil, bahkan parkiran mobil dikawasan tempat kantoran pun masih dipunguti biaya oleh pemerintah dengan pungutan pajak dihitung perjam setiap kali parker, hingga dijepang bagi mereka karyawan kantor lebih memilih menggunakan angkutan missal sebagai sarana mereka menuju kekantor disbanding menggunakan mobil yang bisa merugikan mereka.

Nah, kita kembali ke Indonesia yang merupakan Negara peringkat 4 pemilik penduduk terbanyak didunia namun angkutan massal yang diberikan fasilitas oleh pemerintah sangat-sangat buat diri untuk mengelus dada. Kalian bisa bayangkan seperti dinegara-negara, jepang dan Negara asia lainnya yang berpenduduk dengan jumlah dibawah Indonesia memiliki fasilitas angkutan massal yang sungguh luar bisa, lah kita diinonesia sangat minim sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun