Tiga Alat Pendeteksi Tsunami Yang Bisa Menyelamatkan Manusia
      Tsunami adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan pada pergerakan vertikal yang signifikan di dasar laut . Gangguan ini umumnya disebabkan oleh peristiwa gempa bumi bawah laut, tetapi juga dapat terjadi akibat letusan gunung berapi, longsor bawah laut, atau tumbukan benda luar angkasa seperti meteor atau asteroid di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami sangat berbahaya karena dapat menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Dalam pengamatan tsunami diperlukan beberapa alat untuk mempersiapkan peringatan dini dalam mitigasi tsunami. Lantas, apa saja alat deteksi tsunami?
1. Buoys
      Buoys adalah alat yang terapung di laut dan dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi perubahan tinggi permukaan laut. Alat ini juga dikenal dengan tsunameter atau alat pengukur tsunami. Alat ini terdiri dari dua bagian, satu bagian berada didasar laut, dan satu bagian di permukaan air laut.  Buoys ini digunakan untuk memantau gelombang laut dan mendeteksi potensi tsunami. Data yang dikumpulkan oleh buoy ini dikirimkan ke pusat pemantauan untuk dianalisis dan digunakan dalam peringatan dini tsunami.
2. Tide Gauge
      Sensor tekanan air laut atau tide gauge digunakan untuk mengukur perubahan tinggi permukaan laut. Sensor ini terpasang di pelabuhan, pantai, atau perairan terbuka yang rentan terhadap tsunami. Perubahan signifikan dalam tinggi permukaan laut dapat menjadi indikasi adanya tsunami yang sedang mendekat. Data dari tide gauge ini dikumpulkan dan dianalisis oleh BMKG.
3. Seismometer
      Seismometer dirancang untuk mendeteksi getaran atau gerakan tanah yang dihasilkan oleh gempa bumi. Seismometer tidak secara langsung mendeteksi tsunami. Namun, tsunami sendiri bukanlah getaran tanah, melainkan gelombang panjang di lautan yang disebabkan oleh pergerakan vertikal besar pada dasar laut akibat gempa bumi bawah laut.
      Meskipun seismometer tidak dirancang khusus untuk mendeteksi tsunami, perubahan signifikan dalam gerakan tanah yang terdeteksi oleh seismometer dapat memberikan indikasi awal tentang adanya gempa bumi yang berpotensi memicu tsunami. Ketika terjadi gempa bumi bawah laut yang kuat, seismometer dapat merekam gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa tersebut.
      Data yang dikumpulkan oleh seismometer digunakan untuk mengukur parameter gempa, seperti magnitudo dan lokasi episenter. Informasi ini kemudian dapat digunakan oleh lembaga pemantau gempa bumi, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami berdasarkan karakteristik gempa tersebut.
      Tingginya kejadian tsunami seharusnya disertai dengan kesiapan alat deteksi tsunami. Hal ini agar otoritas terkait dapat segera mendeteksi tsunami sehingga informasi dapat diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengevakuasi diri ke daerah yang aman.
     Â
Daftar Pustaka
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (2012). PEDOMAN PELAYANAN PERINGATAN DINI TSUNAMI. Jakarta, DKI: Penerbit. Diakses dari https://www.gitews.de/tsunami-kit/id/E3/perangkat/Pedoman%20Pelayanan%20Peringatan%20Dini%20Tsunami%20InaTEWS%20(2).pdf
Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). 2010. Konsep dan Implementasi. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H