Mohon tunggu...
Juanda Azhari
Juanda Azhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Aku Hanya Menuduhnya Part 2

30 Desember 2022   12:45 Diperbarui: 30 Desember 2022   13:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah pukul 08.00 dan Ayah Alfian belum juga datang, Ibu Arini mulai gelisah. Dia masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di rumah. Sementara Pak Joko terus menelpon Ayah Alfian namun tdk diangkat-angkat. Melihat Ibu Arini yang kesal, Pak Joko lantas berkata "Sambil menunggu dia, saya panggil mereka berdua saja ya Bu, Kita tanya mereka baik-baik dan saya sangat mohon ke Ibu untuk tidak membentak Alfian karena dia sangat sensitif."

"Iya Pak, pokoknya Bapak kasih saya kode. Namanya manusia pasti biasa kebablasan karena emosi." Ucap Ibu Arini.

Alfian dan Arini berjalan bersama ke ruangan Kepsek. Arini berjalan santai dengan senyum semringahnya sementara Alfian sangat tegang. Bahkan jari telunjuk dan tengahnya bergetar bergantian. Arini tidak peduli dengan Alfian. Ia sudah bosan mengajak Alfian berbicara. Sudah seringkali Arini tidak direspon olehnya. Mereka masuk ke dalam ruangan itu. Arini langsung menuju ke Ibunya sementara Alfian berdiri menunduk. Pak Joko menyuruhnya untuk duduk di kursi dan Ia langsung duduk.

Melihat Alfian yang terus menunduk, Pak Joko mengajaknya berbicara namun Alfian hanya diam. Karena merasa sudah lama menunggu Bapaknya, Ia pun menanyakan hal itu kepada Alfian. Ia mengangkat kepalanya dan menggertak dengan kata "Saya tidak tahu Pak!" 

Sontak Pak Joko tersentak mendengarnya. Ia hampir tersulut emosi dan balik menggertaknya namun Ibu Arini segera mengingatkannya. 

Waktu di jam dinding menunjukkan pukul 08.30, seseorang mengetuk pintu. Pak Joko mempersilahkannya masuk. Mereka mengira yang datang adalah Bapak Alfian tapi ternyata OB Sekolah yang membawakan beberapa teh hangat dan kue. "Saya kira kamu bapaknya Alfian." Kata Pak Joko sambil mengusap wajahnya.

Saat OB itu keluar, Ia menabrak seseorang. Nampan yang Ia pegang pun luput dari genggamannya dan terjatuh. Bunyi gemerencing memenuhi ruangan itu. Bapak Alfian meminta maaf ke OB itu lalu melewatinya dan menyalami Pak Joko.

Pak Joko mempersilahkannya duduk kemudian berujar "Dari gali kubur Pak? Lama sekali saya tunggu. Katanya jam 08 Ini sudah jam 09."

Bapak Alfian membalasnya dengan berkata "Kok Bapak tahu? Eh maksud saya Bapak bisa aja."

Pak Joko menyuruh salah satu guru untuk mengambil anak-anak dan membawanya ke ruangan lain sementara Ia menceritakan kronologi yang terjadi menurut penjelasan Arini.

Setelah mendengar penyampaiannya, Bapak Alfian langsung membela anaknya dan mengatakan tidak mungkin bocah bunuh orang. Kalau memang terbukti anak saya mendorongnya, kan Itu kecelakaan dari kenakalan anak-anak. Ia melanjutkan pembelaannya dengan bertanya ke Pak Joko "Yang membuat saya merasakan keanehan adalah kenapa orang tua bocah yang meninggal itu tidak dipanggil?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun