Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Madiun sebagai Ibukota Negara Jawa

12 Oktober 2023   10:56 Diperbarui: 12 Oktober 2023   11:10 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuk kita berandai-andai jika negara Jawa (yang mencakup jawa Tengah dan jawa timur) berdiri, maka ibukota yang tepat itu enaknya daerah mana ya? hal ini ada dipikiran gara-gara sebuah pertanyaan di quora. Dengan sedikit pengetahuan geografi, maka aku akan menjawab, enaknya ada di kawasan Madiun. Loh, mengapa Madiun?

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan ibukota di Madiun. Secara letak geografis, maka Madiun persis ada di tengah jika posisi horizontal. Jarak antara Madiun ke Banyuwangi adalah 441 km, sementara Madiun ke Purwokerto adalah 406 km (ini jarak setelah berkelok-kelok, bukan jarak lurus,tapi secara itung-itungan lurus manual juga memiliki jarak yang hampir sama kok). Ini jika dilihat secara horizontal ya, secara vertikal juga posisi Madiun juga ada di tengah, tidak terlalu ke utara atau juga tidak terlalu ke selatan.

Posisi ke tengah ini sangat penting agar tidak menimbulkan gelombang protes dari kelompok manapun. Bayangkan jika posisi terlalu jauh ada di kawasan barat misalnya di Semarang atau malah Purwokerto, maka akan menimbulkan protes di wilayah bagian timur karena jarak yang terlalu jauh. Begitu juga jika posisi terlalu ke timur, misalnya di Malang atau Surabaya, maka akan menimbulkan gelombang protes dari penduduk yang ada di kawasan barat mengingat jarak yang terlalu jauh.

Tiba -tiba jadi ingat, bagaimana pemilihan ibukota Kabupaten Kediri juga menimbulkan tarik ulur. Dilihat dari kemajuan, maka kawasan Kota Pare itu sangat cocok untuk dijadikan ibukota, tapi posisi yang terlalu ke utara menimbulkan protes dari penduduk yang ada di selatan, akhirnya diputuskan ibukota Kabupaten Kediri adalah kecamatan Ngasem dan dinamakan Pamenang yang posisi lebih ke tengah. Kemudian jika dilihat dari utara selatan, posisi Madiun itu juga persis ada di tengah, tidak terlalu mendekati laut. 

Hal ini juga penting sekali jika terjadi perang, maka penguasaan ibukota oleh negara lain itu akan lebih lambat daripada kalau posisinya persis di pesisir pantai. Contohnya adalah Myanmar yang memindahkan ibukotanya dari Yangoon ke Naypidaw salah satu alasannya adalah menjauhi laut sehingga bisa memperlambat penguasaan ibukota negara jika terjadi perang.

Ini jika dilihat dari letak geografisnya. Berikutnya adalah kawasan Madiun dipilih karena berupa dataran rendah. Perkembangan suatu kota itu akan jauh lebih cepat jika di dataran rendah daripada dataran tinggi atau kawasan pegunungan. Proses Pembangunan ini tentu akan memudahkan berbagai Pembangunan sarana infrastruktur yang dibutuhkan. Bukan berarti kalau di kawasan pegunungan seperti Magetan maka tidak bisa, tentu bisa, apalagi kalau jumlah penduduk yang terus bertambah kawasan pegunungan juga bakal padat dengan sendirinya. Kita hanya melihat dari kondisi sekarang dan kondisi idealnya sebuah kota dibangun. Kota Madiun memiliki luas 33 km2 dan kabupaten Madiun memiliki luas sekitar 1000 km2. Luas wilayah ini tentu merupakan potensi besar untuk bisa dikembangkan menjadi sebuah ibukota baru dengan jumlah penduduk yang masih sedikit.

Mengapa tidak memilih Surabaya atau Malang atau Jember atau Kediri dengan mengabaikan faktor geografis mereka? Nah ini dia , pusat perkembangan wilayah itu seingatku dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu SDA, SDM, kondisi geografis, serta infrastruktur. 

Betul Surabaya dan Malang jauh lebih maju daripada Madiun, tapi saya menganut prinsip biarlah sebuah kota itu cukup menanggung satu beban besar saja. Kesalahan utama di Indonesia adalah satu kota diusahakan menanggung banyak beban, ya kota perdagangan , kota industri, kota ekonomi, kota wisata, kota pendidikan sehingga bergabung menjadi satu. Padahal idealnya sebuah kota itu cukup menanggung satu beban saja dan dilakukan pemerataan dengan kota-kota lain sehingga beban kota itu tidak menjadi besar dan proses urbanisasi juga tidak masif hanya di satu titik saja.

Mari kita lihat contoh kota yang ada di Amerika. Ibukotanya adalah Washington DC. Ibukota hiburan dan judi ya ada di Las Vegas, kota industri perfilman ada di Hollywood yang ada di Los Angeles. Begitu juga kawasan tambang juga menciptakan kota kota sendiri seperti Bodie, Thurmond, Kennecott, st. Elmo (namun sekarang sudah menjadi kota hantu). Kalau ingin bekerja di sektor ekonomi ya pergi ke New York. Kawasan di Amerika juga mengenal kawasan cotton belt, corn belt dan wheat belt yang mengakibatkan kota kota dengan basis utama berupa pertanian juga muncul di kawasan itu. Nah, dari itu maka berbagai kegiatan ekonomi bisa disebar ke berbagai wilayah dan juga pastinya akan menyebarkan penduduknya, tergantung mereka minat dalam hal apa.

Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto) sudah kokoh berdiri sebagai kawasan industri dengan Surabaya sebagai gerbang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Biarlah kawasan ini tetap dikembangkan sebagai kawasan industri. 

Kawasan Malang merupakan kawasan perkebunan dan tempat wisata dimana Malang sudah memiliki brand sebagai kota pendidikan juga. banyak sekolah dan universitas yang ada di kota ini. Biarlah beban ini tidak ditambah lagi dengan menjadi sebuah ibukota. Jember hampir tidak mungkin karena posisi yang sudah terlalu jauh ke timur. Semarang sudah padat penduduknya dan juga biarlah tetap fokus sebagai kota industri dan perdagangan. Selain itu, Semarang bagian bawah itu sering terkena rob dan jika tidak ada tindakan berarti dari pemerintah diperkirakan kawasan Semarang bawah akan tenggelam terkena banjir rob. Jelas ini merupakan hal yang tidak mendukung.

Surakarta lebih tepat dibiarkan sebagai pusat budaya Jawa bukan menjadi sebuah ibukota. Entah mengapa, aku kuatir jika Surakarta dijadikan ibukota maka kawasan-kawasan yang tidak setuju sih. Jika mengingat Sejarah zaman dulu, Jawa bagian timur merupakan kawasan yang anti terhadap kekuasaan Mataram Surakarta. Tentu kita tidak lupa kawasan Arek yang berupaya menciptakan bahasa sendiri lepas dari pengaruh Mataram Jawa. Belum lagi kawasan tapal kuda alias Kerajaan Blambangan yang dulu sempat dihancurkan oleh VOC yang didukung oleh Mataram Jawa. Jadi lebih baik meminimalisasi hal ini dengan cara melepaskan diri dari pengaruh Surakarta.

Kemudian dilihat dari faktor bencana. Madiun secara umum bebas dari pengaruh bencana alam. Kalau di kawasan Pesisir seperti Surabaya dan Semarang, dikuatirkan terkena bencana banjir rob yang memang makin parah. Belum lagi faktor perubahan iklim global yang mengakibatkan permukaan air laut akan terus mengalami kenaikan. Tentu saja korban pertama yang terdampak adalah kawasan pesisir terlebih dulu seperti Semarang, Surabaya, Demak, Jepara, Gresik dan lain-lain.

Madiun yang jauh dari laut akan lepas dari bencana seperti itu. Faktor Kawasan industri juga mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan yang cukup parah di kota-kota pesisir seperti Semarang dan Surabaya. Penduduk yang padat ditambah banyak bangunan tinggi juga mengakibatkan peluang terjadinya instrusi air laut. Masuknya intrusi air laut mengakibatkan air tanah menjadi lebih asin dan tidak layak minum . kasus ini akan banyak ditemukan di kota pesisir yang sudah padat penduduknya dan banyak gedung-gedung tinggi.

Banyaknya pabrik dan juga penduduk yang sangat pada juga mengakibatkan tingkat polusi air menjadi tinggi. Balik lagi, air tanah pasti akan terdampak dari limbah air yang sudah tercemar ini. Ujung-ujugnya air sering tidak laiak dikonsumsi. Kasus di Surabaya, biasanya penduduk menggunakan air isi ulang/mineral untuk konsumsi, sementara air PDAM hanya digunakan untuk mandi mencuci baju dan sejenisnya. Kawasan Madiun juga bisa lepas dari peluang terjadinya tsunami karena posisinya yang jauh dari Selatan Jawa. Selain itu juga bisa selamat jika terjadi bencana badai siklon tropis karena posisinya masih berada antara 7-80 LS. Sementara itu kita tahu bahwa badai tropis tidak akan terjadi antara 0-100 LS/LU karena kawasan ekuator pasti panas.  

Bencana longsor juga tidak akan terjadi di kawasan Madiun. Letusan gunung berapi juga juga tidak memengaruhi karena Madiun diapit oleh dua gunung yang secara teori masuk kategori gunung yang sudah lama tidak aktif, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Wilis. Berbeda dengan Surakarta yang lebih dekat dengan Gunung Merapi atau Kediri yang lebih dekat dengan Gunung Kelud. Malang juga lebih dekat dengan Semeru yang juga sering aktif. Kebencanaan ini tentu juga menjadi pertimbangan utama. Apalagi Yogya yang jelas-jelas berada di dekat dengan Merapi. Salah satu alasan dulu Kerajaan Mataram hindu kuno berpindah ke Jawa Timur kan karena pusatnya yang di yogya dulu sering terkena bencana gunung api.

Betul memang biaya untuk membangun akan jauh lebih besar dibandingkan kota-kota besar lain yang lebih siap secara infrastruktur, namun untuk jangka panjang, Madiun itu jauh lebih prospektif untuk bertahan menjadi Ibukota Jawa yang baru. Itulah teori saya jika jawa berubah menjadi sebuah negara baru (hanya mencakup jawa Tengah, jawa Timur dan Yogya). Bagaimana pendapat kalian? Silahkan komen ya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun