Halo semua, kali ini aku akan membahas tentang film Pengabdi Setan 2, artikel ini mengandung spoiler, jadi yang belum nonton harap tidak membaca agar tidak menjadi bete karena sudah tahu adegan adegan yang mendebarkan wkwkwkwkwkkwkw.
Film ini sudah dinanti oleh banyak orang sejak lama, termasuk aku tentunya karena siapa sih yang tidak tahu Jokan, apalagi ekspektasinya lumayan tinggi dari Pengabdi Setan (PS) yang pertama. Masuk ke tranSMART ngagel Surabaya, ternyata tiga studio sudah dibooking untuk film ini, dan hanya satu studio yang tersisa untuk film Ivanna.
Baiklah, film di awali dengan adegan tahun 1955 bagaimana sosok penyelamat (aduh, aku lupa namanya siapa y aini pokoknya wartawan gitu) yang dipanggil kepala polisi karena ada situasi aneh di dalam sebuah Gedung di lembang.Â
Tampak puluhan pocong kaku dengan posisi berlutut di hadapan sebuah foto. Adegan berikutnya adalah di tahun 1984 saat keluarga Bapak yang terdiri dari Bapak, Toni, Bondi, dan Ririn sudah tinggal di rumah susun.Â
Mereka berpikir kalau tinggal di rumah susun akan lebih aman dibandingkan tinggal di desa karena di rumah susun jauh lebih banyak orang. Rumah susun yang sejak awal sudah menyimpan keanehan justru membawa malapetaka dan terror justru dimulai saat kematian tragis dari penghuni rusun karena rusaknya lift.
Aku sih menontonnya jujur dengan teriak-teriak, wkwkwkwkkww di adegan tertentu. Sebagai orang awam, bukan ahlinya perfilman, maka aku sudah sangat terpuaskan dengan film ini, walau ada bagian -bagian yang menjadi pertanyaanku kok bisa seperti ini.
Jokan mampu membawaku sebagai penonton untuk menikmati suasana kota di tahun 1984, mulai dari bus-bus, mobil, suasana jalanan, semua dapat. Model pakaian untuk keseluruhan juga menggambarkan suasana kala itu. Ya tidak lucu dunk kalau filmnya tahun 1984 tapi menggambarkan suasana masih ala ala tahun 200an.
Suasana Rusun juga sangat terkesan singup (apa ya bahasa Indonesia dari singup, mungkin terkesan angker gitu kali ya). Gambar rusun yang warnanya redup dan gelap menambah kesan angker itu, apalagi posisi rusun yang berada di pinggir pantai dan tidak ada bangunan di sekitarnya (akhirnya terjawab kenapa tidak ada bangunan di sekitar itu karena posisi di sekitar itu sebenarnya rawan terkena badai).
Adegan horror itu justru kala para penghuni rusun yang sudah meninggal karena kerusakan lift belum sempat di kubur namun sudah dipocong.Â
Sementara di luar sudah terjadi badai dan banyak penghuni rusun yang meninggalkan rusun karena Kawasan itu rawan banjir. adegan menjaga pocong itu bagi saya bikin merinding sih, mungkin karena pocong itu gambaran kita di masa depan sehingga nuansa horornya lebih mencekam daripada melihat kuntilanak, genderuwo dan sejenisnya.