Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persepsi Masyarakat Modern tentang Dukun

16 Juni 2022   14:06 Diperbarui: 16 Juni 2022   14:08 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, menjadi seorang yang jahat tidak harus digambarkan dengan menjadi seorang dukun yang  memiliki ilmu kanuragan sesat (bagi penganut agama samawi kayaknya), tapi bisa jadi seorang yang dalam masyarakat dikenal ahli agama namun melakukan hal-hal yang tidak tepat. Sudah sering kita membaca tokoh agama yang dianggap memiliki kehebatan dibidang agama dan sering juga secara spiritual kemudian disalahgunakan untuk kepentingan sendiri. Mulai dari penipuan, percabulan dan lain-lain. Bahkan saya sering lho melihat sejenis iklan iklan yang menjual misalnya pesugihan islami, atau pellet memikat orang dengan bahasa bahasa arab, atau percabulan yang dilakukan oleh tokoh agama, padahal di luar , dari melihat penampilan dan busana yang dipakai kita bisa langsung bisa menebak bahwa dia pasti seorang alim dan taat beragama.

Makanya setelah sekian tahun selalu melihat film film religi yang selalu menceritakan pengusir setan atau yang membantu orang dari roh jahat selalu tokoh agama, begitu melihat film KKN penari saya langsung kaget. Kaget karena disini bukan tokoh agama yang menjadi superhero dalam menyelamatkan orang dari kuasa roh jahat, namun seorang dukun di masyarakat yang menyelematkan sosok itu. Seorang yang biasanya selalu digambarkan jahat dan penampilannya selalu ketinggalan jaman dengan busana jawa itu.

Sebagai suatu bentuk pembeda dan memberikan sudut pandang yang lain, maka film ini tentu memberikan sudut pandang yang berbeda dari yang sudah biasa kita terima selama ini. Tidak semua orang yang disebut sebagai "orang pintar" itu jahat dan selalu mencelakakan orang lain. Tapi semua harus dikembalikan kepada masing-masiing individu sih, hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun