Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

KKN Penari, Film Pemuas Dahaga Setelah Pandemi

15 Juni 2022   17:16 Diperbarui: 15 Juni 2022   17:21 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

KKN Penari, hmmmm. Apa yang anda pikirkan kala mendengar film KKN desa penari. Film yang semula diduga banyak orang akan gagal di pasaran karena sudah lewat masa keramaiannya, tapi ternyata justru animo masyarakatnya sangat tinggi. Saya menonton film ini hampir dua minggu sesudah premier nya dan masih sangat ramai filmnya. Berhubung saya penasaran karena filmnya kok bisa laris manis diboskop padahal menurut reviewer  filmku ada banyak kelemahan, maka saya putuskan untuk menonton sendiri dan memberikan penilaian.

Film ini dari kisah twitter yang fenomenal di jaman itu, di tahun 2019. Yah, biasanya kalau ada yang viral dengan segera pelaku industry film langsung gercep untuk membuat versi filmnya, namun pandemic membuat film ini menjadi tertunda selama dua tahun. Saya sendiri sudah lupa akan cerita film dari twitter itu, dan rasa antusiasme saya sebenarnya sudah tidak sebesar dulu, Cuma karena ramai maka ya ada gairah tersendiri untuk ikut menontonnya.

OK, langsung saja. Film ini menceritakan sekelompok mahasiswa yang memutuskan untuk melakukan KKN di suatu desa. Ada enam mahasiswa yang datang ke desa tersebut yaitu Bima, Ayu, Nur, Widya , Wahyu dan Anton. Penampakan desa diperlihatkan begitu tertinggal tanpa ada listrik. Namun disana ada sosok dunia gaib yang bernama Badarawuhi dan pada akhirnya membuat Bima dan ayu terjebak sukmanya di desa tersebut.

Nah, sejak awal film sudah dibuat situasi mencekam dengan ekspresi dari Pak Prabu yang sebenarnya menolak kehadiran para mahasiswa tersebut di desanya, tapi karena belas kasihan kerabatnya maka akhirnya mengijinkan. Belum lagi sewaktu rombongan sudah sampai di desa, Ayu melihat sosok kakek tua yang melihatnya dengan tatapan aneh, namun kemudian menghilang begitu cepat. sosok kakek tua yang aku kira bukan sosok penting sih namun memiliki kaitan dengan bagian akhir yang menjelaskan tentang desa gaib di sana.

Berbagai info yang aku baca sebelumnya selalu menyalahkan Bima dan Ayu yang melakukan hubungan tidak senonoh di tempat yang tidak semestinya sehingga membuat penguasa penghuni gaib desa tersebut marah. Tapi setelah aku lihat film itu, jalan ceritanya tidak sesederhana itu. Sejak awal, sang Badarawuhi sudah berniat untuk menjebak para mahasiswa ini agar hidup di dunianya. Awalnya dia mengincar Widya yang memiliki aura kuat dan disukai oleh para jin. Namun dalam mimpi, Badarawuhi dengan tipu muslihatnya membuat Bima terpedaya untuk bisa menolong Widya yang akan dibawa oleh Badarawuhi.

Bima yang ingin melepaskan Widya dari jeratan badarawuhi memenuhi persyaratan yang dibuat oleh Badarawuhi agar memberikan gelang lengan ke Widya dan menemani Badarawuhi setiap malam. Artinya sejak awal, bukan karena masalah Ayu dan Bima, tapi justru karena Badarawuhilah yang mengincar Bima. Hal ini diperparah dengan Ayu yang menyukai Bima sehingga bersedia menerima rayuan Badarawuhi dengan cara menerima selendang khusus. Selendang ini memiliki kekuatan gaib supaya para lelaki bertekuk lutut dihadapan para pemakainya. Ayu menggunakan selendang ini untuk memikat BIma dan akhirnya melakukan hubungan tidak senonoh di tempat yang menjadi kediaman Badarawuhi.

Lakon yang ada di film ini justru adalah sosok yang bernama Mbah Buyut. Hal ini menjadi ramai sekali bagi pihak yang pro dan kontra. Bagi yang kontra maka film ini dianggap mengajarkan hal yang sesat dan syirik, tapi bagi yang pro mengajarkan bahwa film ini memang menggunakan kearifan lokal. Kenapa sosok Mbah Buyut ini menjadi sosok yang menjadi perdebatan di media sosial adalah dikarenakan mbah Buyut mewakili sosok tradisional. Sudah bukan hal yang aneh kalau di film-film yang berbau horror, maka sosok yang menjadi pemenang atau protagonist pasti sosok yang merupakan tokoh agama, entah kyai ataupun ustad. Saya sampai hapal dan dijadikan meme di media sosial kalau ada apa apa di serial sinetron Indonesia pasti orang-orang akan berkata " terus bagaimana ini, pak ustad?" hehehehe. 

Sementara itu mbah Buyut merupakan sosok yang identic dengan dukun, orang sakti yang tidak berkaitan dengan agama tertentu, terutama agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia. hal yang tentu saja menjadi serangan bagi film ini karena seolah-olah mengajarkan kita harus percaya dengan dukun setempat, bukan dengan tokoh agama (walau aku gak setuju sih). Aku suka adegan pas Mbah Buyut menyuruh para mahasiswa meminum kopi karena mendapatkan gangguan dari jin. Hanya Widya yang merasakan kopi manis, padahal yang lain kopinya pahit (dan memang kopinya pahit, hanya jin dan sejenisnya yang menyukai kopi dan terasa manis walau sebenarnya pahit).

Adegan paling epic adalah adegan saat mbah Buyut berubah menjadi anjing dan pergi ke hutan tempat kerajaan Badarawuhi untuk menyelamatkan Widya. Sesuatu yang tidak masuk akal dan balik lagi, bagi masyarakat yang sudah terbiasa melihat tokoh agama sebagai pemenang, maka adegan perubahan wujud ini dan menjadi tokoh protagonist pasti sukar untuk bisa diterima. Sementara Widya dikelilingi oleh para pengikut Badarawauhi dan tidak mau melepaskan begitu saja.

Ada sih sosok Kyai tapi hanya menjadi figuran dan itu muncul karena Nur memiliki khodam (betul gak ya istilahnya, pokok sejenis jin pendamping) yang bernama Mbah Dok, sosok nenek tua bungkuk dengan wajah menyeramkan yang sudah menjaga keluarganya secara turun temurun. Sang Kyai tidak mampu membuat Mbah Dok meninggalkan Nur. Disisi lain, justru karena adanya Mbah Dok, maka Nur bisa selamat dari incaran Badarawuhi karena sosok Mbah Dok merupakan sosok jin yang sudah tua, senior gitu lah sehingga membuat Badarawahui hormat dan segan melawannya (namun bukan berarti takut ya, Cuma segan aja).

Secara bahasa menurutku sudah OK, karena para pemain cukup mampu berbicara bahasa jawa dengan baik (walau masih kagok kaku tapi ya menurutku bisa dimaafkan sih). Kemudian make upnya juga ok. Apalagi pas melihat para pengikut Badarawuhi dengan wajah yang mengerikan khas hantu ok sih. Denger-denger dari para pemain figurannya maka para pemain figurannya tidak boleh menghilangkan make upnya begitu saja selama syuting, sampai seharian. Boneng sebagai Mbah Buyut mampu memerankan tokoh dengan baik (padahal selalu teringat film dono warkop dia pasti jadi sosok teraniaya comedian hehehehe).

Cuma akua gak heran, situasinya sudah semakin parah tapi kok tidak segera mengambil Tindakan ya pihak kampus kalau itu beneran pernah terjadi. Seolah-olah semuanya diam . hal yang paling greget saat Nur ingin pulang dan mengakhiri semuanya di des aitu dan langsung ditentang oleh Ayu dengan alasan idealism untuk menyelesaikan projek KKN mereka. Cuma kembali lagi, situasi sudah mengerikan seperti itu, apa ya logis untuk melanjutkan proyek dengan taruhan nyawa mereka? Terus itu beneran Cuma enam orang atau tidak sih? Masak orang KKN kok Cuma enam orang.

Cuma setelah menonton film ini jadi kasihan dengan Ayu dan Bima sih. Pada detik detik terakhir mereka kayak orang koma yang sudah kehilangan sukmanya. Hanya bisa menangis sementara sukmanya sudah di alam lain dibawah  kendali Badarawuhi. Ayu harus menjadi seorang dawuh yang menari terus menerus di setiap inchi desa tersebut. Sementara Bima ya menjadi salah satu suami dari Badarawuhi dan tidak bisa lolos dari alam gaib itu. Pada adegan ini kok aku jadi percaya kalau memang bisa seperti itu. Orang yang mungkin liburan kemana disuatu tempat namun melakukan pelanggaran sehingga akhirnya ada sesuatu yang salah dengan orang tersebut karena ada ikut campur roh dari Kawasan itu. Mengerikan

OH iya, film ini ada dua versi, uncut dan cut. Cuma aku bingung sih, bedanya apa, dan bioskop yang aku tonton itu menayangkan yang versi uncut atau cut. Kalau lihat adegan yang bermasalah sepertinya masalah adegan adarawahui dan Bima deh, Cuma bac abaca di sumber lain yangs udah menonton film versi uncut juga tidak ada adegan vulgar yang bikin berbahaya untuk anak-anah. Mungkin ini justru jadi trik marketing agar orang menjadi penasaran dan menonton film tersebut. hmmmm

film ini ditayangkan saat kita sudah melewati pandemic dan orang sudah mulai ke bioskop dengan lebih bebas. Bayangkan saja orang sudah kelaparan tapi ditunda tunda, maka begitu ada makanan ya langsung disikat habis untuk memuaskan rasa lapar itu. Mungkin itu analogi yang tepat mengenai kondisi ini. Makanya walau filmnya ada beberapa kekurangan yang menjadi pertanyaan, maka tetap saja laris manis. Dengan jumlah penonton lebih dari 9 juta , maka cuan yang didapat oleh bos MD entertainment juga besar banget, hehehe selamat deh buat film ini. Akhir kata, selamat menonton dan menikmati ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun