Adanya mangrove yang memecah ombak air laut membuat masuknya air asin ke daratan bisa diperkecil sehingga tidak terjadi kelangkaan air tawar di daratan.
Fungsi fisik berikutnya adalah menghambat tiupan angin kencang yang dari laut. Tiupan yang terlalu kencang dari laut bisa berdampak pada aktivitas masyarakat yang tinggal di sana.Â
Tidak lucu bukan kalau kita sedang beraktivitas tapi barang-barang kita gampang berterbangan karena kencangnya angin yang berasal dari laut dan tidak ada penghambatnya.
Kemudian juga ada fungsi kimia. Secara umum fungsi kimia adalah sebagai penyerap karbondioksida yang tinggi. Melalui proses fotosintesis, maka karbondioksida ini bisa dioleh menjadi oksigen.Â
Bahkan mangrove memiliki daya serap karbondioksida lebih besar dibandingkan hutan hujan tropis atau hutan gambut. Menghancurkan 1 ha hutan mangrove, emisinya setara dengan 3-5 ha hujan hujan tropis.Â
Pembusukan tanaman mangrove juga melepaskan emisi karbon yang lebih kecil dari hutan tropis, karena hutan tropis yang melepaskan 50% emisi karbon di udara.
Dengan daya serap karbon yang lebih tinggi daripada hutan tropis, tentu keberadaannya harus dipertahankan.
Belum lagi karena lokasinya ada di muara sungai, hal ini akan membantu proses penyerapan limbah sungai yang terbawa ke laut.Â
Di berbagai kota metropolitan yang ada di Indonesia, kesadaran masyarakat akan lingkungan masih kurang. Mereka sering membuang limbah rumah tangga ke sungai.Â
Begitu juga dengan masih banyaknya industri yang membuang limbah cair mereka ke sungai.Â
Dalam batas tertentu, sungai mampu menetralisir limbah yang ada. Namun masalahnya, limbah yang masuk ke sungai itu melebihi daya dukung lingkungan yang ada.