Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benteng Kedung Cowek, Bangunan Sejarah yang Kurang Terawat

17 Agustus 2021   11:53 Diperbarui: 19 Agustus 2021   20:17 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Kedung Cowek yang resmi ditetapkan sebagai cagar budaya sejak 6 Mei 2020 namun kondisinya terlihat tak terpelihara. Foto: Kompas.com

Hari libur adalah hari yang tepat bagi saya untuk berjalan-jalan. Ada sedikit pilihan untuk mengunjungi suatu tempat di Surabaya selama PPKM ini. Kali ini saya mengunjungi sebuah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Pantai utara Surabaya, kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak, sangat dekat dengan Jembatan Suramadu. 

Hanya bermodalkan biaya parkir saja,  kita bisa masuk dan foto-foto. Tempat ini cukup banyak dikunjungi. Kebetulan hari ini , kebanyakan yang berkunjung adalah orang-orang untuk pemotretan model, atau mungkin tugas sekolah (karena menggunakan pakaian daerah plus bamboo runcing segala) dan juga ada foto pre wedding.

Kalau ke Benteng ini , saya suka sekali masuk ke dalam bangunannya. Ada beberapa bunker di dalam bangunan ini. Mungkin ada 4 ruangan besar di dalam benteng, kok saya sudah lupa, hehehe, Cuma di dalam bangunan ya tidak terawatt sih. 

Bagian dinding banyak yang rusak, belum lagi tulisan maupun gambar -gambar . di bangunan lain lantainya malah sudah jebol -jebol. Padahal saya berharap benteng ini mengalami pemugaran mengingat dia memiliki peran penting bagi kota Surabaya pada masa perjuangan kemerdekaan.

Benteng Kedung Cowek, merupakan benteng peninggalan Belanda yang juga merupakan tempat penyimpangan peluru sehingga masyarakat menyebutnya sebagai gedung peluru. 

Benteng ini dirancang oleh Belanda pada tahun 1889 namun baru dibangun pada tahun 1910. Karena digunakan sebagai benteng pertahanan tentu saja bangunan ini memiliki bangunan yang kokoh. 

Namun proses pembangunannya terhenti akibat Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1925. Benteng ini dibangun oleh Belanda di tepi pantai untuk mengantisipasi serangan yang berasal dari utara Kota Surabaya yang berupa laut.

Pada masa benteng ini dibangun, pembangunannya banyak diberitakan di surat kabar saat itu. Contohnya de locomotive, De Sumatra Post dan Soerabaiaisch Handelsblad. Hal ini menunjukkan bahwa baik Belanda maupun media menaruh perhatian serius terhadap pembangunan benteng ini karena memiliki nilai terkait pertahanan wilayah Surabaya.

Pada masa masuknya Jepang, Jepang berhasil menguasai Benteng ini dan dijadikan benteng pertahanan laut dengan menambah persenjataan di dalamnya. Kemudian pasukan pejuang kemerdekaan RI yang disebut dengan pasukan Sriwijaya berhasil menguasai benteng ini dari tangan Jepang. 

Mereka menggunakan benteng ini kala menghadapi kapal perang Inggris. Dengan berbagai nilai tersebut, pemerintah Surabaya akhirnya memutuskan untuk menetapkan benteng Kedung Cowek sebagai cagar budaya pada tanggal 6 Mei 2020.

Benteng Kedung Cowek. Foto: Dokumentasi pribadi
Benteng Kedung Cowek. Foto: Dokumentasi pribadi

Hanya saja, walau sudah dijadikan cagar budaya, saya tidak melihat ada perbedaan berarti antara sekarang dengan tahun lalu kala saya juga mengunjungi benteng ini. Benteng ini seperti tidak terawat, Berbagai tulisan banyak ditemukan di bagian dalam bangunan. Belum lagi beberapa bagian sudah rusak. 

Sementara itu di bagian atas bangunan banyak sekali tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh. Saya tidak tahu kalau tumbuhan ini terus dibiarkan hidup, apakah tidak akan merusak bangunan itu dalam jangka panjang. INi perlu dipikirkan Bersama.

Menurut saya pribadi, saat sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, maka pemerintah daerh perlu melakukan upaya revitalisasi agar kondisi cagar budaya ini menjadi lebih terawatt dan enak dipandang. 

Lokasi benteng ini menurut saya cukup strategis sebagai tempat wisata. Karena tempat parkir di sini hampir semunya adalah warung-warung yang posisinya menghadap pantai Surabaya. Belum lagi lokasinya yang sangat dekat dengan Jembatan Suramadu tentu memberikan nilai lebih untuk dikunjungi.

Dari yang saya amati, andaikan pemerintah Daerah lebih serius untuk menangani benteng ini, benteng ini bisa dijadikan sebagai wisata sejarah (dengan memberikan informasi singkat tentang benteng ini tentu saja) dan juga wisata alam. 

Pemandangan pantai utara Surabaya tentu tidak bisa diabaikan begitu saja (hanya pemandangan ya, bukan untuk main air, karena pantai utara Surabaya ini bukan sepertipantai wisata yang kita bisa main air dan airnya biru gitu, hehehehe). 

Angin yang berhembus dengan banyaknya pohon-pohon rindang membuat orang nyaman untuk sekadar nongkrong di sekitar pantai plus foto-foto (yah, orang zaman sekarang tidak akan bisa lepas dari foto memfoto kan? Hahaha)

Masih banyak catatan dari saya agar benteng ini menjadi lebih baik. Semoga saja , pemerintah kota Surabaya mulai membenahi benteng ini dengan baik. Sekarang saya menikmati suasana angin dulu di tepi pantai sambal melihat pulau madura yang ada di Seberang sana, hehehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun