Berhenti memperlakukan seseorang itu seperti dewa yang otomatis tidak pernah salah. Tapi marilah kita memandang mereka, yaitu para motivator ini juga sebagai orang biasa yang juga bisa berbuat salah. Kita tetap membutuhkan orang--- orang yang mampu mendorong kita untuk menjadi pribadi lebih baik. Saya jadi teringat, biasanya tiap awal tahun ajaran baru, selalu di sekolah yang pernah saya ajar, mendatangkan semacam motivator tapi dengan background agama Nasrani. Kedatangan motivator ini tentu saja agar kami bisa mengawali tahun ajaran baru dengan semangat dan optimis. Merefresh cara berpikir kita agar menjadi pribadi yang lebih baik. Mengenai kehidupan mereka, ya saya pribadi tidak ambil pusing.
Walaupun orang itu berbuat salah pun, kita akhirnya juga akan berpaling pada orang lain bukan? Mencari orang lain dengan kemampuan yang sama dengan tujuan untuk menyegarkan cara berpikir  dan menuntun kita pada hal-hal yang positif dan mendatangkan kebaikan. Jadi, bagaimana dengan anda? Anda focus pada kehidupan pribadi motivator atau focus dengan ilmu yang mereka ajarkan kepada kita? Semua pilihan ada di tangan anda, yang jelas kalau saya sih, saya ambil sisi positifnya dan menyingkirkan sisi negatifnya. Toh kenyataannya saya juga sering memberi nasihan kepada orang lain, dalam hal ini murid-murid saya, walau hidup saya bisa jadi tidak 100 persen  lurus-lurus saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H