Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sui Dhaaga Made In India: Pentingnya Dukungan Istri untuk Berhasil Dalam Pekerjaan

11 Juli 2021   01:46 Diperbarui: 20 Juli 2021   15:20 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini saya akan membahas tentang film india tahun 2018 yang berjudul Sui Dhaaga Made In India yang disutradarai oleh Sharat Katariya dan dibintangi Varun Dhawan sebagai Mauji serta Anushka Sharma sebagai Mamta.Film ini bukan film komersil jadi jangan berharap ada lagu dan tarian ya, tapi pesan moralnya dapat banget.

Sui Dhagaa , artinya adalah jarum dan benang dalam bahasa India. Karena tema sentralnya berkaitan dengan urusan jahit menjahit sih. Mauji merupakan seorang pria yang bekerja di sebuah toko mesin jahit. Mauji biasa diperlakukan sesuka hati demi menyenangkan bosnya, yang penting bisa tetap bekerja  untuk menopang hidupnya.

Pada saat pesta pernikahan kerabat si bos, kembali si bos memperlakukan Mauji seperti seekor anjing. Mamta yang melihatnya menjadi sedih dan malu dengan tingkah laku suaminya. Akhirnya Mamta meminta Mauji untuk berhenti dari tempatnya bekerja dan mencoba untuk menjadi entrepreneur. Mamta melihat bakat terpendam dari Mauji yang mampu menjahit dengan sangat bagus. Keputusan Mauji resign membuat Orangtua Mauji menjadi uring-uringan. Dengan bekal mesin jahit usang, mereka membuka praktik di pinggir jalan.

Ibunya kemudian masuk ke rumah sakit karena penyakit jantung. Saat ibunya tidak nyaman menggunakan Saree selama di rumah sakit, Maka Mamta memiliki ide untuk membuat pakaian yang dapat dikenakan mertuanya selama di rumah sakit dari bahan seadanya. Kreatifitas yang dibuat oleh Mamta dan Mauji justru membuat banyak pasien lain ingin memiliki pakaian rumah sakit seperti Ibunya namund engan biaya yang terjangkau.

Hanya saja, mesin jahit yang biasa dipakai untuk menjahit sudah diambil oleh tetangganya. Mamta dan Mauji dengan naik sepeda pergi ke tempat tes gratis dari pemerintah walau berjarak 30km untuk bsia mendapatkan mesin jahit gratis. Masalahnya tidak sampai disitu, Saat sudah mereka sudah mendapatkan mesin jahit gratis, seorang kerabat bernama Guddu datang menawarkan Mauji untuk ke tempat tekstilnya untuk menunjukkan hasil rancangannya kepada pemilik pabrik dan memuat hasil rancangannya dalam jumlah yang banyak untuk kemudian dijual lagi ke rumah sakit.

Hanya saja, Mauji dan Mamta bekerja di pabrik tidak seperti yang mereka inginkan. Apalagi hasil desain mereka dijual dengan harga yang sangat mahal diatas harga yang mereka tentukan.Akhirnya terjadi perselisihan dan mereka diusir dari pabrik. Karena tidak memiliki apa-apa, maka Mamta nekat menyarankan Mauji untuk mengikuti kompetisi fashion dengan modal seadanya. Berhasilkah mereka?

AKu menyarankan film ini karena banyak bagian yang sangat menyentuh, menceritakan kehidupan masyarakat pada umumnya. Dibalik seorang pria yang kuat terdapat wanita yang selalu mendukungnya. Hal ini terlihat jelas dari Mauji yang selalu mendapatkan dukungan dari Istrinya. Mauji menyadari betapa dirinya direndahkan sedemikian rupa setelah melihat istrinya menangis melihat dirinya diperlakukan seperti anjing dalam pesta pernikahan.

Saat Mauji menunggu pelanggan di pinggir jalan, diam-diam Mamta datang tanpa sepengeahuan mertuanya untuk membawakan Mauji makanan. Itulah pertama kalinya mereka bisa makan berdua, karena selama menikah mereka tidak pernah bisa berduaan. Mamta disibukkan dengan ibu mertuanya yang sepertinya selalu menyuruhnya tanpa henti. Mamta merupakan wanita yang cerdas namun lugu, wanita yang tidak banyak mengeluh walau pekerjaan rumah seakan tidak pernah berhenti. Hmmm, jarang-jarang menemukan tokoh wanita yang seperti ini lho kalau bukan di film hehehe.

Adegan mengharukan adalah saat Mauji nekat membawa Mamta ke Tempa tes menjahit untuk mendapatkan mesin jahit dengan jarak 30 km dari tempat mereka sekarang naik sepeda onthel. Unsur dramatisnya terasa banget. Apalagi jalanan yang dipilih adalah jalanan yang rusak lho, jalanan naik turun. Pada satu adegan, sepeda mereka terjatuh dan jari kaki Mauji terluka parah sehingga saat mereka sudah sampai ke tempat tes tersebut, Mauji meninggalkan sebentar untuk mencari obat luka di ruangan sejenis UKS kalau di sekolah.

Saat Mamta sudah sangat stress karena di dalam ruangan tes dia tidak tahu apa yang harus diperbuat dan waktu terus bergerak. Dia hanya bisa menangis karena memang tidak tahu cara menjahit, di saat tulah Mauji datang dengan tertatih tatih . Berdua mereka mengejar waktu yang tersisa untuk bisa mendapatkan mesin jahit gratis dan mereka memang mendapatnya.

Film ini sedikit banyak menyentil kritik sosial yang ada pada masyarakat India. Mulai dari fasilitas Kesehatan yang tidak memadai, korupsi secara terselubung di rumah sakit. 

Hal ini ditunjukkan dengan sulitnya ibu Mauji untuk segera mendapatkan penanganan. Atau saat Mauji menjual pakaian buatannya ke RUmah sakit, maka mendapatkan kritikan dari Rumah sakit, karena rumah sakit sudah bekerja sama dengan sebuah pabrik pakaian untuk menyediakan pakaian bagi pasien rumah sakit. 

Pabrik tersebut melakukan segala cara untuk menggagalkan usaha Mauji, dengan cara menyuruhnya bekerja di pabrik tersebut karena kerabatnya juga bekerja di sana. Tapi perlahan kemudian mereka menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh pemilik pabrik, Harleen. Sementara itu harleen juga tidak mau mengembalikan mesin jahitnya.

Tapi kenapa ada judul made in India? Itu gara gara pada saat membuat pakaian, Mauji menyadari bahwa semua pakaian buatan pabrik tersebut ditulis dengan made in China. Hal ini karena menurut pabrik, tidak akan bisa dijual kalau menggunakan merk buatan India. Hal yang kemudian membuat Mauji menjadi kecewa dengan pabrik tersebut. 

Hal yang juga menginspirasinya untuk membuat merk nama dengan ada tulisan made in India untuk menunjukkan kebanggaan dirinya, untuk menunjukkan bahwa mereka bisa membuat pakaian yangbaik dan tidak harus menggunakan tulisan dari luar negeri agar pakaian mereka menjadi laku.

Ending dari film ini memang sesuai dengan harapan penonton jadi bisa ditebak sendiri bukan, tapi proses dalam happy ending itu yang jadi perhatian utama saya sih.

Aku suka bagian kala  ayahnya merasa dirinya berguna kala menjadi peragawan di kompetisi model. Dia selama bekerja 30 tahun di kantornya, dia hanya disepelekan, tidak dipandang, bahkan tidak dikenal oleh bosnya. 

Dia bekerja hanya untuk survive hidup. Dia yang awalnya tidak menyetujui keputusan Maujij untuk menjadi seorang penjahit seperti kakek Mauji karena menurutnya menjadi penjahit tidak membawa prospek yang baik untu masa depan. 

Tapi di akhir film dia mampu membuka pemikirannya bahwa dia selama hidupnya untuk pertama kalinya dia mampu menjadi dirinya sendiri, mampu diperhatikan dan dihargai oleh orang lain.

Karena film ini memang bukan film yang komersil, maka tidak aka nada tarian dan nyanyian, kalau soundtrack tetap ada tapi sesuai dengan bagiannya. Pokoknya film ini layak untuk ditonton deh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun