Suku Jawa memang 40% penduduk di Indonesia, namun identitas kesukuan itu tersamar dari nama yang dimiliki. Hal ini diperparah lagi dengan banyak orang Jawa generasi muda yang tidak memahami Bahasa daerah Jawa. Kembali lagi, mempelajari Bahasa daerah dianggap ketinggalan zaman. Mungkin kalaupun masyarakat Jawa generasi muda (saya bicara generasi muda ya, bukan generasi tua dengan focus ada di kawasan Surabaya) mungkin hanya bisa Bahasa setingkat ngoko, tapi tidak mampu menerapkan tingkatan Bahasa daerah lain.
Hmmmm, sudah namanya tidak terlihat nama Jawa, Bahasa daerah pun juga kurang dikuasai dengan baik. Apalagi aksara Jawa. Hahahaha , banyak sekali yang sudah lupa akan aksara jawa ini walau disekolah diajarkan. Aksara jawa hanya diajarkan di kelas saja tapi tidak diterapkan dalam percakapan sehari hari mlalui dunia maya, jadi ya akhirnya lupa bagaimana cara menggunakan aksara jawa itu.
Unsur kebudayaan memang sangat banyak, mulai dari sistem kemasyarakatan, sistem teknologi, ilmu pengetahuan, system religi, kesenian, Bahasa daerah. Namun masalahnya, pada masyarakat Jawa generasi muda saya perhatikan sejak kecil, para orang tua sudah terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dalam percakapan mereka. Dengan hal seperti ini, terus bagaimana kita menyebut diri kita sebagai orang Jawa? Hanya karena kita lahir sebagai orang Jawa kah? Hanya karena orangtua kita adalah orangtua Jawa kah? Tidak adakah tuntutan bagi kita untuk melestarikan warisan leluhur.
Saya pribadi percaya, saat kita menyebut diri sebagai bagian dari suku tertentu, ada tuntutan moral bagi kita (dari suku apapun itu) untuk melestarikan berbagai kebudayaan yang melekat dalam suku itu. Bukan berarti semuabagian dari budaya itu bagus. Hal --hal yang bertentangan dengan agama yang diyakini bisa diubah dan ditinggalkan, namun hal-hal yang baik selayaknya tetap dipertahankan. Termasuk di dalamnya adalah identitas kita dalam nama kita. Menurut saya pribadi, upaya untuk mensiasati perubahan zaman ini adalah dengan mengkombinasi nama kita, missal nama jawa dan nama barat/ arab. Dengan hal tersebut, maka kita tetap memiliki ciri dan identitas kita sebagai orang Jawa secara luar. Ingat ya, secara luar lho, bukan dimaknai memahami kebudayaan dengan sangat mendalam.
Saya sih hanya berharap, kita seperti suku-suku lain diluar Jawa dan sunda, orang dengan mendengar nama lengkap kita, mereka bisa menebak, kita dari etnis apa. Artinya identitas etnis itu tidak hilang begitu saja. Sama seperti orang Jepang, Korea, maupun Tiongkok, mau agama apapun, walau dari kawin campur, tetap ada satu kata atau bagian yang menunjukkan identitas kesukuan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H