Perjalanan di Kamboja dan Vietnam membuka hati siapapun, bagaimana di Kamboja terjadi pembantaian besar-besaran oleh Pol Pot .Semua RS dihancurkan dan hanya ada 35 panti asuhan diseluruh negeri. Banyak orang oang terpelajar yang dibunuh. Bangunan budaya pun dihancurkan kala kepalapatung patung di Angkor Wat dihancurkan. Di Vietnam sekolah malam banyak ditemukan karena anak-anak di pagi hari bekerja dan malamnya mereka baru belajar.
Di Angola, perang saudara yang sudah berjalan 15tahun membawa cerita sedih. Perang di angola sama seperti di Mozambik bahwa tentara anti pemerintah didukung oleh Afrika Selatan yang tidak ingin pemerintahan kulit hitam berhasil dalam mengatur negeri mereka masing-masing. Jumlah guru dan dokter yang ada di negara ini sangat kurang.Walau begitu, Anak-anak tetap haus akan pendidikan walau terpaksa membawa kursi sendiri untuk belajar disana.
Di Bangladesh kasus utama adalah seringnya banijr besar yang melanda. Tingkat kematian anak yang tinggi yaitu 900.000 anak di bawah usia 5 tahun mati tiap tahunnya. Selain itu memiliki anak perempuan d negara ini dianggap suatu masalah, sama seperti di India. Hal ini dikarenakan anak perempuan kelak yang akan membayar mas kawin kepada keluarga laki-laki. Namun anehnya, di Bangladesh, anak laki-laki cenderung lebih banyak di sekolahkan daripada anak perempuan. Tingkat kemiskinan di Bangladesh yang begitu tinggi memuat M.Yunus memiliki ide untuk memuat Bank Grameen yang menyasar para perempuan perempuan miskin di Bangladesh.
Anak-anak juga menjadi Korban selama konflik terjadi di Irak . Selesai perang teluk, maka infrastruktur mengalami kerusakan yang parah. Tidak ada listrik yang mengalir kesana. Sementara anak-anak yatim piatu digunakan orang dewasa untuk mendeteksi ranjau darat.
DI Etiopia , perang saudara mengakibatkan bencana kemanusiaan yang parah. Para pengungsi dari Somalia datang ke Etiopia karena berpikir kalau di Etiopia ada makanan. Anak-anak di pengungsian ditimbang untuk menentukan mereka layak diberik atau tidak. Seperti di Nigeria , di Etiopia kekeringan terjadi parah karena para penduduknya menebang pohon untuk mengganti listrik . Hal ini mengakibatkan hutan di Etioia menjadi hilang. Selain itu, hwan-hewan juga memakan pohon yang tersisa. Saat terjadi banjir mendadak, air mengalir dan menghilang dengan cepat.
Kekeringan juga terjadi di Nigeria dimana 60% penduduknya bergantung pada program bantuan luar negeri. Hal ini juga diperparah dengan perang saudara yang intens. Anak-anak tidak hanya menjadi korban perang, tapi mereka juga terluka diserang oleh heyna.
Perang antar etnis di Rwanda yang melibatkan suku hutu yang mayoritas dengan suku Tutsi juga berdampak pada anak-anak. Para pengungsi yang dari suku Hutu melarikan diri ke Zaire karena takut akan balas dendam dai suku Tutsi. Di sini ditemukan banyak anak-anak yang dijadikan tentara. Begitu besar kengerian yang terjadi di Rwanda sehingga ada ungkapan " tidak ada iblis di neraka. Mereka semua berkumpul di negara kami, Rwanda."
Di Haiti, hutan menjadi gundul karena pohon ditebang untuk djijadikan arang. Tingkat pengangguran di Haiti mencapai 80% sementara pekerja prositusi anak biasa ditemukan dimana 72 pelacur di Haiti terinfeksi HIV . Negara ini memang tidak sempat membangun karena sebelum nya dikuasai oleh militer maupun dikuasai dictator. Pemerintahan yang demokratis hanya bertahan sebentar di tahun 1990 dan di tahun 1995 akhirnya pemerintahan kembali ke sipil.
Di Boznia, perang saudara juga mengakibatkan bencana. Anak --anak berpikir untuk menjadi 0 tahun alias masih ada di dalam perut ibunya karena begitu besar goncangan hidup yang diterima. Banyak dari mereka yang menjadi korban ranjau darat akibat perang saudara yang melibatkan tiga etnis di sana.
Fakta yang mencengangkan adalah anak-anak Afrika tidak tahu hewan Gajah dan Jerapah . Mereka hanya mampu menggambar lalat dan kaki yang lemah karena hebatnya kekeringan di wilayah itu. Anak-anak ini walau menjadi korban, tapi banyak yang melihat sesuatu dengan optimis. Seorang anak perempuan di Vietnam yang kehilangan dua matanya, tetap rajin dalam belajar. Membaca buku ini membuka mata kita mengenai kisah pilu di negara negara berkembang dan dampaknya bagi anak-anak. Silahkan membaca buku ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H