Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film

Ford-Ferrari, Kala Kita Belajar Melepaskan Ego

3 Februari 2020   09:14 Diperbarui: 3 Februari 2020   09:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali lihat covernya saya tidak tertarik untuk melihatnya, namun setelah melihat banyak review yang positif mengenai film ini maka saya putuskan untuk menonton film ini hari selasa 26 November yang lalu.

Film ini merupakan film yang berdasarkan kisah nyata. Adegan pertama kita langsung disuguhi oleh balapan motor yang dilakukan oleh Shelby (pemenang balapan Le Mans , France) di Lemans tahun 1959 yang mampu  bikin saya takjub. 

Shelby harus mengakhiri karir balapan karena masalah kesehatan. Adegan berikutnya adalah  bagaimana Henry Ford menghentikan kerja pembuatan produk mobil di pabriknya dan dengan lantang menantang para pegawainya, kalau mereka memiliki ide ide baru tentang pekerjaan maka mereka akan kembali bekerja di sana, tapi jika tidak memiliki ide --ide baru maka mereka akan dirumahkan. Ford akhirnya bekerjasama dengan Shelby dan Ken Milles untuk mencipatakan motor balap baru yang bisa menandingi Ferarri saat itu di Balapan Le Mans.

Hal ini dilatarbelakangi dengan menolaknya Ferarri untuk menjadi bagian dari Ford. Apalagi ada ucapan dari Enzo Ferarri yang dianggap meremehkan Ford, bahwa dirinya bukan Henry Ford, melainkan Henry Ford II. 

Secara tersirat Enzo mengatakan bahwa Henry tidak memiliki kemampuan yang sama handalnya dengan leluhurnya. Hmmm, saya pribadi juga tidak akan nyaman saat saya dianggap tidak sehebat oleh leluhur saya. Hal yang akhirnya memicu Henry Ford untuk berusaha mengembangkan mobil terbaik untuk mengalahkan Ferarri berapapun uang yang harus dipersiapkan.

Bagi saya yang sangat menyukai film berdasar kisah nyata, maka film ini secara kualitas sangat bagus. Bagaimana persahabatan antara Miles dan Shelby tercipta dengan baik. Adegan yang lucu namun sangat bermakna bagi saya adalah saat mereka berdua berkelahi dan Mollie, istri Miles, hanya keluar dari rumah, mengambil kursi dan melihat perkelahian sambil baca majalah. Saya menyukai adegan itu.

Adegan yang sangat menyesakkan dada dan membuat saya memaki --maki adalah saat Miles harus melepas egonya dengan memperlambat mobilnya agar bisa masuk finish bersama sama dengan dua rekan setimnya karena permintaan si bos Ford dari bisikan anak buahnya yang sejak awal tidak menyukai Miles.  Apa yang akan anda rasakan, saat anda seharusnya jadi juara 1 tapi akhirnya hilang begitu saja. Begitu menyesakkan banget saya melihatnya.

Dari situ saya berpikir, mungkin karena kita adalah orang biasa yang harus mengikuti keinginan pemilik modal maka idealisme yang kita jaga akhirnya harus hilang, sama seperti idealisme dari Miles maupun Shelby yang ingin juara 1 akhirnya harus gagal karena tekanan dari pihak pemilik modal alias ford.

Saya suka pernak-perniknya dari film ini, benar benar mencerminkan situasi tahun 60an, baik dari pakaian, music, perabotan rumah hingga tatanan rambut. Sangat berbeda dengan film film Indonesia yang mencoba untuk membuat film dengan setting tahun lampau tapi masih banyak bolong sana sini.

Menonton film ini, orang awam yang tidak memahami dunia otomotifpun juga bakal memahami situasi tentang balapan le Mans. Membaca berbagai review sih, kayaknya film ini punya peluang besar untuk menembus Oscar. 

Akting Matt damon sebagai Shelby dan Christian Bale yang menyebalkan sebagai Ken Miles ok punya. Akting Josh Lucas sebagai anak buah Ford yang pandai menjilat si bos juga bakal membat kita geregetan dan pengen mukul mukanya saja saking menyebalkan. Akting Caitriona Balfe juga cukup bagus sebagai Molie Miles. 

Aku suka saat dia pertama muncul seperti gaya yang sangat menggoda, namun di sisi lain adalah wanita yang sangat kuat  yang mampu menaklukkan suaminya yang urakan .  Jack Mangold sukses membuat film ini menjadikan film ini layak diperhitungkan. Sungguh sangat disayangkan kalau anda melewatkan film ini begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun