Hampir seluruh areal Teluk Balikpapan berada di luar kawasan konservasi menyebabkan habitat dan populasi bekantan di Teluk Balikpapan banyak mengalami gangguan karena aktivitas yang sangat tinggi di lokasi ini, aktivitas yang dimaksud yaitu lalu lintas kapal, hilangnya tutupan vegetasi, dan perburuan.
Mengingat banyaknya potensi yang bisa dimanfaatkan, maka baiknya ada usul dari pemerintah daerah untuk membuat daerah Teluk Balikpapan menjadi kawasan konservasi agar daerah tersebut dapat menjadi kawasan yang mempunyai nilai jasa lingkungan yang tinggi. Selain itu pemanfaatan secara berlebihan dapat dikendalikan karena sudah mempunyai status hukum yang jelas.
Wilayah Teluk Balikpapan masih bisa dimanfatkan dengan memperhatikan kaidah lingkungan diantaranya membuat jadwal jalur kapal tongkang agar tidak berada di satu tempat dengan jumlah yang banyak (over capacity) lalu pengembangan ekowisata sehingga selain menjadi objek wisata, wilayah Teluk Balikpapan akan menghasilkan pendapatan untuk daerah, khususnya Pemda IKN nantinya.
Sumber:
Atmoko, T., Ma’ruf, A., Rinaldi, S. E., & Sitepu, B. S. (2011). Penyebaran bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian BPTKSDA Samboja, June 2014, 71–83.
BAPPENAS. (2020). Mewujudkan Ibu Kota Negara yang Smart, Green, Beautiful dan Sustainable.
Damai, A. A., Widagdo, S., Sunarti, Banuwa, I. S., Haryono, D., Rauf, A., Sari, M. L., Sandi, S., Matondang, N., & Asyiawati, Y. (n.d.). Ancaman Terhadap Sumberdaya Alam Pesisir.
Prayoga, A. P. (2014). SEBARAN DAN PREFERENSI HABITAT PESUT Orcaella brevirostris DI TELUK BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR. Institut Pertanian Bogor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H