Mohon tunggu...
Juan Anthonio Salas
Juan Anthonio Salas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pencinta tulisan, gunung dan senja serta kopi, menikmati hidup dengan cara tersendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senyummu

9 November 2022   00:49 Diperbarui: 9 November 2022   00:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyummu memberikan kekuatan tersendiri bagiku. Senyummu juga membawa angin segar bagiku. Senyummu mampu memporak porandakan hatiku. Senyummu yang merupakan harapanku.

Aku kangen dimana setiap kali melihat senyum dan tawamu. Gigi mu nan putih memberikan kesejukan bagiku. Pipimu yang lucu membuat kegemasan tersendiri bagiku.

Senyummu, mampu memporak porandakan hatiku. Aku berharap takdir terus mempertemukan kita, namun kini aku berharap keajaiban yang mempertemukan kita. Terlalu melankolis memang jikalau melihatmu, namun tidak tahu kenapa selalu ada rasa tersendiri yang mengagumkan bagiku jika melihatmu. 

Bercerita denganmu memberikan warna baru bagiku terlalu mempesona memang jikalau bercerita denganmu, dengan segala kepintaranmu memberikan warna tersendiri bagiku.

Senyumanmu menembus sukma, dan ragaku tidak mampu menggapainya. Bagaikan bagaskara yang menyinari bumi, senyummu juga menyinari hatiku, bagaikan burung cendrawasih yang memutari langit papua, senyummu mampu menggapai ufuk langit bumi.

Senyumanmu bagaikan cakrawala jingga di sore hari menyisakan sisa sisa terang yang menampakan wajahmu yang ceria. Dirimu sering berkata bahwa jikalau mempunyai masalah jikalau ingin cepat selesai segera cari akar permasalahannya, namun aku ingin bertanya bagaimana jikalau senyumannmu sendiri yang merupakan akar permasalahan itu ?

Rindu ? memang rindu akan senyumanmu yang manis. Rindu akan kelakuan dan tingkahmu yang lucu dan menggemaskan. Ingin rasanya memelukmu dan melihat wajah senyumanmu yang indah nan mempesona.

Aku terkadang berpikir apakah kita hanyalah kunang -- kunang dan engkau hanyalah senja. Saat gelap kita berbagi. Saat gelap kita abadi ?

Jatuh hati pada senyumanmu seperti membuatku mempusatkan seluruh ragaku untuk hanya memperhatikanmu. Walau dirimu acap kali pergi dihadapanku , membuatku terus mengingat akan senyumanmu yang indah. Susah memang jikalau ingin melupakan senyumanmu yang khas itu, senyumanmu juga bagaikan obat yang menyembuhkan ku.

Di antara dimensi ruang dan waktu, terkadang aku berpikir, apakah di dimensi lain aku beruntung memilikimu, namun kembali ke satu titik dimana aku merasa hampa tanpa adanya kehadiranmu disisiku, tanpa adanya senyuman manis diwajahmu. 

Terkadang kamu menjadi pengingat bagiku untuk selalu mengingat akan adanya makhluk Tuhan yang amat indah, mengagumi mu seperti mengagumi keajaiban Tuhan dengan menciptakanmu membuat ku merasa bersyukur bahwa ada satu perempuan terindah yang pernah kulihat.

Ketika dikau berada didekat ku entah mengapa hati dan jantung ini terus berdebar acap kali melihat mu terutama dengan senyumanmu yang manis dan rupawan.

Romansa bertemu kamu memang susah untuk dilupakan, sering kali menjadikanku ingatan yang tidak ingin ku lupakan, namun sesungguh nya aku ingin bertanya denganmu apakah dirimu juga merasa begitu ?

Kalau saja aku boleh memilih dihadapan Tuhan, aku ingin sekali terus berada didekatmu, untuk terus melihat senyummu yang indah, betapa indahnya senyumanmu, senyuman yang mampu menggetarkan sukma, senyuman yang mampu membuat hati ini berdebar kencang.

Tidak terasa aku berpikir, aku hanyalah manusia hampa dimana tidak ada keberuntungan menghampiriku, sampai kapanpun rasa ini memang terus ada terhadapmu, rasa yang selalu ada , rasa yang tidak terbatas. Egois memang jikalau aku yang hanya mengingatmu tanpa dirimu mengingatku.

Senyumanmu adalah zat adiktif yang menggerogoti diriku sampai aku tidak tahu lagi apakah aku sedang sadar atau tidak, aku rindu sosokmu yang selalu memperhatikanku, namun yang bisa kulakukan sekarang adalah memandang senyumanmu dari kejauhan dimana aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar aku bisa segera menggapaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun