Dari akun medsos yang saya miliki, baik facebook, instagram maupun group whatsapp, bisa saya pastikan, bahwa orang-orang yang begitu mudah menyebarkan berita-berita hoax adalah orang-orang yang berpendidikan. Bukan hanya lulusan Sarjana, tetapi juga lulusan magister.
Sayangnya, orang-orang ini tidak mempergunakan kepintaran yang dimilikinya sebagai nilai yang membangun. Disinilah diperlukan kepintaran yang sesungguhnya, diperlukan tingkat kritis kita dalam mengelola informasi. Tidak hanya sekedar membaca berita sepotong-sepotong, tetapi lebih dari itu, informasi yang utuh pun perlu ditelaah kebenarannya.
Budi Utomo berkata, "Tak lagi perjuangan memobilisasi untuk melawan penjajah, tapi meningkatkan taraf pendidikan orang pribumi agar pintar"
Pertanyaannya, apakah informasi - informasi yang kita sebar semakin membuat orang semakin pintar, atau sebaliknya, atau bahkan membuat emosi orang lain yang menerima informasi yang kita sebarkan semakin meningkat?
Marilah berbakti dengan ilmu kita, jika kita seorang penulis, tulislah hal-hal yang positif, jika kita adalah seorang yang berkecimpung di public relation, marilah perbincangkan hal-hal yang positif, jika kita adalah seorang pemuka agama, marilah ajarkan hal-hal yang baik dan positif. Jangan sampai hubungan sosial retak karena perbedaan pendapat. Mari mulai dari diri sendiri menyebarkan hal-hal positif.
Keamanan Bangsa ini adalah tanggungjawab kita bersama. Melawan hoax demi suksesnya Pemilu 2019 yang damai, berkualitas, dan bermanfaat serta terwujudnya keberlanjutan pembangunan nasional adalah tanggung jawab kita bersama.
Tautan:
https://www.liputan6.com/news/read/2820443/darimana-asal-usul-hoax Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H