Empat bulan bekerjasama dengan beliau, tepatnya sejak 11 Januari 2017 sampai dengan 15 Mei 2017. Terlalu singkat rasanya untuk mengenal beliau secara utuh. Tapi kata pepatah ada pertemuan ada perpisahan, ibarat sang waktu yang memisahkan siang dengan malam demikian jugalah perpisahan kami secara korporat akan tiba. Namun, empat bulan yang singkat bukan berarti tidak ada yang bisa saya teladani dan saya kenali dari beliau. Walaupun sedikit tapi saya bersyukur pernah menjadi bagian dari jalinan benang kehidupan beliau.
Menjadi yang nomor Satu
Pertama kali bertemu beliau, tersirat bahwa beliau adalah tipe atasan yang ingin menjadi yang terdepan. Dengan membuat visi dan misi internal, membuatku secara sadar maupun tidak sadar untuk berjalan dan bekerja menuju visi yang telah ditetapkan. Langkah awal yang not badlah buat seorang atasan. Seiring perjalanan waktu, saya tertarik dengan gaya kepemimpinan beliau, dimana pegawai/tim yang bisa mencapai visi tersebut diberikan reward, yang secara tidak langsung menambah semangat tim/pegawai untuk bekerja lebih baik lagi, paling tidak berjuang untuk tetap bertahan. Walaupun seiring perjalanan waktu, ada sedikit kekurangan yang menurut saya wajar sebagai atasan yang menggeluti profesi yang baru. Tapi saya yakin, melihat semangat beliau, suatu saat akan menjadi pribadi yang setiap hari menaiki tangga kesuksesan
Pribadi yang mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki
Pernah seperjalanan dengan beliau, sedikit banyak memberikanku gambaran tentang keluarga dan juga tantangan finansial yang harus beliau hadapi. Namun, saya benar-benar acung jempol, kondisi itu tidak membuat beliau menjadi pribadi yang haus akan materi, kalau bahasa di internal korporat mungkin disebut “haus akan SPPD” yang sebenarnya secara gampang bisa saja beliau manfaatkan. Jujur, bagiku tipe bapak ini adalah tipe satu diantara seribu orang. Ntah beberapa kali kekaguman ini saya ceritakan ke anak-anak yang dekat dengan saya.
Pribadi yang berkomitmen
Seorang atasan identik dengan seorang yang memberi perintah. Salah satu perintah yang sempat menggelitik saya adalah ketika beberapa bulan yang lalu beliau meneruskan pesan untuk tidak membebani pelayanan makan siang kepada unit dimana kita bekerja. Jujur dalam hati, saya mempertanyakan “beliau ini sekedar memerintahkan atau komitmen ga sih melaksanakan nantinya”. Tapi apapun itu, saya tetap taat dengan perintah, dan saat tim yang saya pimpin saat itu sedang bertugas, kami menolak layanan makan siang bahkan layanan jemputan (dan benar-benar tidak diberi layanan makan siang…wkakakak). Secara pribadi saya takut dinilai rekan-rekan sebagai pribadi yang terlalu idealis, tapi apapun itu aku berpikir bahwa pegawai baru adalah pegawai yang polos, generasi penerus perusahaan ini. Suka tidak suka, mau ga mau, nilai-nilai baiklah yang harus diturunkan. Dan saya pun tercengang, ketika mendengar kabar bahwa tim yang beliau pimpin di salah satu kota Bandung ternyata beliau arahkan juga hal yang sama. Benar-benar mandiri dan sejajar dengan orang-orang sekitar tempat dimana salah satu tim kami melaksanakan penugasan. Lagi-lagi aku mau katakan “masih ada atasan kayak gini”. Di tengah-tengah seharusnya beliau bisa memanfaatkan kondisi bahkan perannya untuk menikmati layanan-layanan dari sekitar, tapi beliau tidak melakukannya. Mungkin hal yang kecil, tapi bagiku ini hal yang luar biasa, karena mustahil seseorang bisa dipercaya untuk hal yang besar jika hal yang kecil tidak bisa dikerjakan dengan komitmen.
Lemah lembut
Satu-satunya atasan yang pernah saya miliki selembut dan seramah ini, yah beliau inilah. Di saat saya sudah hampir emosi menghadapi beberapa persoalan intern, tetapi dengan lembutnya beliau berkata “kita harus hadapi seseorang dengan konsep parenting, memahami seseorang dengan hati”. Wow, super sekali. Mungkin untuk beberapa hal yang beliau lakukan merupakan selera dan tipe saya, tetapi dalam hal ini, saya benar-benar harus belajar dengan sungguh.
Sedikit banyak, semua hal ini secara pribadi memberikan inspirasi buat saya untuk tetap bertahan, Jujur, suka tidak suka, melihat lingkungan kerja sekitar yang tidak nyaman memaksa saya untuk belajar apatis. Namun komitmen, konsistensi, cara berpikir beliau benar-benar meberi saya inspirasi.
Selamat sukses dan selamat bertugas di tempat yang baru Bapak Dedi R, semoga bapak tetap menjadi pribadi yang menginspirasi pegawai lain untuk bekerja dengan hati tulus bukan sebaliknya, tetap bekerja demi kepentingan perusahaan ini bukan sebaliknya untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H