Seringkali kita bertanya begini, "Apa sebenarnya haluan hidup yang telah semesta pilihkan untuk kita?" Dan seiring lewatnya waktu, kita terus mencari arti kehidupan ini. Namun banyak yang berhenti hanya sampai pada urusan keduniaan saja.Â
Dampaknya, kita tak menyadari bahwa sebuah persoalan tak bisa diselesaikan dengan analisis dan perkataan belaka saja; melainkan langkah dan karya kita yang jadi penentunya. Jadi, kita memang harus bertanya kembali, "Apa pilihan kita telah menyimpang dari haluan hidup seharusnya?"
Setiap kita mempunyai jalan cerita dengan segala keunikannya menuju keyakinan mencintai kehidupan ini. Dan tujuan mula diciptakannya manusia ialah mengisi hidup dengan kebaikan. Inilah yang mendorong dan membesarkan hati kita, menjadi sumber kekuatan kita untuk berkarya. Demikian pula dengan upaya pengamalan kemanusiaan kami yang sedari awal memiliki satu tujuan: membangun harmoni dan sinergi demi bayi Indonesia sehat.
Gagasan Visioner
Maka, pekan lalu, kami mengumpulkan semua agen relawan kami yang tersebar di seluruh Nusantara dalam sebuah pertemuan yang bersifat kekeluargaan di Surabaya. Di sesi awal perkenalan, kami mencoba menelusuri sembari menyelami lebih dalam dorongan orang-orang dengan keinginan mulia beramal ini menjadi relawan kami. Dari situ, barulah kami memahami betapa berbahayanya keengganan oleh orang-orang kita sendiri.Â
Ya. Hampir semuanya berangkat dari bias yang telah menyesatkan perspektif masyarakat di lingkungan sekitarnya. Alasan itulah yang kemudian mengantarkan mereka pada sebuah gagasan visioner: membangun etos ataupun mekanisme kerja berlandaskan asas gotong royong. Dan mereka amalkan tidak hanya dalam kegiatan menolong bayi prematur dan kuning saja, tetapi juga di keseharian serta instansi mereka sendiri.
Adalah agen relawan kami dari Surabaya, Bpk. Adji Pramudiya yang memilih mengajak semua anggota keluarganya terlibat mengamalkan kebaikan lewat aktivitas kemanusiaan kami.Â
Baginya, keterlibatan berarti menerima pemahaman baru, dan juga membawa kesadaran baru dengan menyaksikan langsung kondisi lapangan sehingga memberikan pengaruh yang kelak melekat dalam hidup.Â
Itu sebabnya ia gigih mendayagunakan sumber daya yang berasal dari rumah: keluarga. Dan gayung pun bersambut. Mereka malah sangat antusias menjalankan inisiatif beliau. Bahkan keluarga ini telah sampai pada mekanisme tertentu dalam menjalankan peranannya. Istri dan ketiga anak beliau berperan dalam pengantaran dan penyaluran (distribusi) unit. Sedangkan Bpk. Adji sendiri tetap berupaya menjaring rekan sejawat serta sahabat-sahabat dan keluarga besarnya.
Hal serupa juga datang dari pasangan suami-istri (pasutri) asal Jonggol: Enny Bonaventura dan Lugi Riyandi. Berawal dari pengalaman pahit tetangganya yang kehilangan bayinya yang lahir prematur, sejak saat itu mereka bertekad mencari jalan supaya kejadian sama tak terulang lagi. Inilah yang kemudian membangun etos mereka dalam pelayanan keseharian: helping, caring, and loving.Â
Dan gagasan visioner mereka dalam kerelawanan pun semakin berkembang setelah begitu lama menjadi bagian dari keluarga kami. Dari peminjaman gratis inkubator, mereka lalu menginisiasi pula peminjaman gratis kursi roda.