Mohon tunggu...
Juliansyah Rizal
Juliansyah Rizal Mohon Tunggu... Penulis - Jusyahriz (www.jusyahriz.co.id)

Hanya sekedar Pemburu kata / Digital Nomaden / Freelance Writer / The Shiny Idea Chaser/ jusyahriz.office@gmail.com/ /"semua artikel Jusyahriz dilindungi Undang-Undang, hubungi penulis untuk monetisasi dan lainnya"/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Antara Aku, Kamu, dan Genre Bahasa

22 September 2021   11:09 Diperbarui: 22 September 2021   11:58 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kamu, ya kamu.." kadang kalimat ini sering disampaikan berulang sebagai bentuk penegasan saat memanggil orang yang disapa. Orang yang disapa tersebut biasanya disapa dengan isyarat tangan, baik itu dengan menunjuk atau menggoyangkan telapak tangan kepada arah orang yang menyapa. Tak jarang, isyarat ini membuat orang yang disapa tadi jadi sulit mengerti apa yang dimaksud / diinginkan oleh si penyapa. Lantas, apakah perlu isyarat tadi diuraikan dalam bahasa yang lebi detail agar yang disapa tadi baru mengerti?

Biasanya dalam kondisi genting atau jarak yang jauh, isyarat tangan itu lebih praktis memanggil seseorang yang posisinya tidak berjauhan. jaraknya pun bisa lebih dari 2 meter atau lebih, tapi tergantung pada orang yang dipanggil juga karena ada faktor tertentu yang menyebabkan orang itu tidak bisa mendengar meski jaraknya berdekatan. 

Terlepas dari jarak, apakah isyarat panggilan merupakan cara praktis dan hemat dalam berkomunikasi antara aku sebagai penyapa, kau yang disapa dan bahasa yang digunakan?

Ya, seperti William shakespeare yang masih menggaungkan istilah "apalah arti sebuah nama" dalam prinsip hidupnya, pun begitu juga "apalah arti sebuah genre bahasa" antara aku dan kau dalam berkomunikasi. Bagi saya ini semacam cermin komunikasi, kadang kita tidak perlu berbahasa cukup banyak jika ingin meminta orang untuk makan, cukup dengan pakai isyarat tangan yang digoyang ke arah mulut berkali kali pun sebetulnya orang itu sudah paham bahwa dia diminta untuk makan. 

Kemudian ada pula isyarat jari telunjuk yang digerakkan untuk menutupi bibir saat misalnya terjadi kegaduhan/keramaian, orang yang menerima isyarat tersebut tentu akan paham maksudnya bahwa dia diminta untuk diam. Lalu dimana peran genre bahasa antara aku dan kau?

Mengenal Genre Bahasa
Mungkin kita perlu sedikit tenggelam sejenak dalam definisi pustaka genre , pahami dulu bahwa genre bahasa itu punya arti sebagai jenis teks, biasanya terdiri dari genre makro dan genre mikro. sifatnya bisa berdiri sendiri atau digabung dengan genre lainnya. Secara garis besar, bisa saya ambil intinya kalau genre bahasa itu wujudnya berupa deskripsi dengan bentuk yang beraneka ragam, bisa deskripsi, laporan, diskusi, penjelasan, artikel dan lainnya.

Aku dan kamu tidak perlu menggunakan genre bahasa saat kita berkomunikasi tentang ajakan makan yang sebetulnya kamu sudah paham, begitu juga aku dan kamu tidak perlu memakai genre bahasa saat obrolan ringan dan santai kita lakukan. Genre memiliki unsur dan struktur baku yang hanya bisa digunakan dalam penulisan ilmiah, tapi saat komunikasi sederhana aku dan kamu bisa mengabaikannya. 

Genre Bahasa biasanya terdiri dari sebuah paragraf atau lebih, cukup banyak dan cukup detail. Itu juga dipakai dalam penulisan formal dengan kaidah penulisan baku, cukup kompleks bukan?. 

Hubungan Genre Bahasa dalam komunikasi

Genre Bahasa memang diperlukan dalam penulisan ilmiah tapi tidak halnya dalam komunikasi sederhana, kita perlu tahu kapan penempatan genre bahasa itu digunakan dan kapan pula komunikasi sederhana dengan isyarat itu dipakai. 

Bayangkan jika isyarat ajakan makan itu dikonversi menjadi genre bahasa mikro yang membutuhkan deskripsi atau diskusi, wah .... kira kira orang yang disuruh makan itu akan langsung makan atau berpikir dulu sebelum makan?  tentu bukan itu tujuannya, kita perlu tahu waktu penggunaan genre tersebut sedetail mungkin karena antara aku, kamu dan genre bahasa dapat menimbulkan miskomunikasi atau komunikasi yang kaku jika kita tidak paham kapan genre bahasa itu digunakan. oke?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun