Dalam imajinasi, saya menemukan hal yang tak biasa, dimana sebetulnya banyak sisi yang bisa mempengaruhi warna gunung itu, misalnya ketika saya mewarnai abu-abu saya beranggapan bahwa gunung itu adalah gunung vulkanik, kemudian kondisi sekitarnya juga bisa berpengaruh dengan warna yang beragam, belum lagi kalau gunung Himalaya, dengan warna putih yang dominan tentunya bisa mematahkan pendapat umum bahwa selama ini gunung itu hijau.
Ada baiknya aktifitas mewarnai diawali dengan kondisi rileks, tak perlu tegang dan kaku, kondisi sikap yang tidak rileks jelas akan membuat aktifitas mewarnai hanya sebagai pelampiasan kondisi emosional, ujung-ujungnya gambar yang akan diwarnai hanya punya satu warna, merah semua atau hitam semua (gagal fokus). Belum lagi kalau gambar yang sudah jadi dicoret-coret, mewarnai pun jadi tak ada hasilnya.Â
Tahap inilah yang menurut saya perlu diluruskan saat mulai mewarnai, seharusnya kondisi pada saat mulai mewarnai  diawali dengan kondisi rileks, tak perlu latihan khusus untuk bisa menggambar, karena saya sendiri memang tidak punya bakat menggambar, tapi mulai saja dengan kondisi rileks, maka imajinasi akan semakin bertambah banyak, pilihan warna pun jadi beragam karena mengikuti imajinasi.
Imajinasi yang bertambah banyak pada saat mewarnai, akan menandakan bahwa banyak sisi yang bisa dilihat dalam suatu gambar, misalnya warna gambar gunung tadi. Ada banyak gunung di muka bumi ini, tapi mayoritas warna yang selalu digunakan hijau, dengan imajinasi maka gunung-gunung yang akan digambar tidak hanya berwarna hijau, itu karena tergantung hasil visualisasi (gambaran) seseorang terhadap apa yang dirasakan atau dilihat, warna gunung yang umum pun bisa jadi beragam dan khas.
Sebuah pendapat yang keliru, jika mewarnai hanya diperuntukkan anak-anak. Di tahun 2014, peneliti Johns Hopkins University justru menyarankan kegiatan mewarnai sebagai alternatif meditasi bagi orang dewasa. Kecemasan serta hilangnya fokus merupakan masalah emosional yang sering dialami orang dewasa, untuk menghilangkannya diperlukan ketenangan, setiap ketenangan tentu tak mudah diraih, tapi cobalah raih ketenangan itu dengan mulai mewarnai, gunakan pensil warna faber castell atau sejenisnya, bukan crayon. Mengapa? Karena dilansir dari coloringbooks.net, pensil warna lebih mudah bagi orang dewasa dalam membentuk gradasi atau mencampurkan warna.
Jika dewasa maupun anak-anak merasakan ketenangan dan melatih keterampilan saat mewarnai, maka dampak terhadap lingkungan di sekitar tentu akan positif.
Dengan pemahaman tingginya manfaat mewarnai, tentunya aktifitas ini bukan soal siapa lagi yang seharusnya melakukannya, tapi soal kapan kita mulai mencobanya, karena mewarnai tak mengenal batas usia, jadi jangan ragu mencoba karena mewarnai memberikan manfaat lebih dari sekedar warna.
Bagi saya imajinasi yang timbul pada saat mewarnai inilah yang disebut sebagai keterampilan dalam memecahkan masalah, semakin banyak imajinasi yang timbul maka semakin banyak solusi yang bisa dihasilkan. Jadi, kapan anda mulai mewarnai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H