Sejak lahir hingga saat ini, saya hidup dilingkungan yang beragam etnis, agama dan latar belakang. Hampir tidak ada gesekan berarti yang terjadi diantara kami, semuanya hidup berdampingan dan saling menghargai. Perbedaan dijadikan perekat yang membuat kami semakin saling menjaga satu sama lain. Saat bulan Ramadhan, tidak ada yang non muslim makan atau merokok didepan umum. Begitu juga sebaliknya, saat non muslim merayakan hari besar mereka, semua menghormati.
Saat Ahok menyinggung Al Quran, pertama kali yang tahu dan tersinggung malahan bukan dari kalangan muslim. Tapi dari non muslim, mereka merasa ucapan Ahok tidak pas dan berpotensi menjadi persoalan. Dan ucapan tetangga tersebut terbukti, jutaan umat Islam tersinggung dan menuntut proses hukum berjalan. Dan hebatnya lagi, tetangga non muslim tadi termasuk dalam rombongan tersebut. Walau dia tidak ikut menyuarakan takbir ataupun shalat di Istiqlal.
Saya sempat bertanya, kenapa dia ikut dalam aksi seperti itu. Dia menjawab dengan tegas. Ahok telah menyulut api perpecahan dan keharmonisan antar umat beragama. Ucapan tersebut keluar dari mulut orang yang mempunyai kepercayaan dengan Ahok, dan dia juga tergolong sosok taat beribadah. Dia juga mengaku tidak habis fikir, kenapa orang menuntut penegakan hukum kepada pembuat masalah dianggap ancaman terhadap Kebhinnekaan.
Salut saya dengan pola fikir tetangga yang satu ini. Logika berfikirnya sangat sederhana dan masuk akal, dia tergolong orang yang tidak fanatik buta. Rasa kagum saya bertambah terhadap dia setelah membaca akun media sosialnya pasca penghinaan terhadap Gubernur NTB. Dia begitu mengecam tindakan mahasiswa bernama Steven tersebut. Walau dia juga berasal dari etnis tionghoa, tapi dia menilai perkataan dasar pribumi dan Tiko terlalu biadab.
Dia sangat takut api kemarahan masyarakat Indonesia akan semakin besar. Dia mengaku ucapan yang keluar dari mulut Steven bisa membuat terjadi konflik horizontal makin meluas. Sepanjang hari Jumat (14/4/2017), dia sibuk bercerita tentang bagaimana rasa takut dirinya. Saya berfikir mungkin dia pernah trauma dengan kejadian serupa. Karena kata pribumi dan non pribumi akan mematik api kemarahan, dan banyak yang akan tersinggung.
Tidak terbayang oleh dia seandainya Tuan Guru Bajang tidak memiliki hati yang luas dan memaafkan si Steven. Secara spontan dia menyebutkan gara-gara Ahok semuanya menjadi kacau. Diakuinya ada dari kalangan mereka yang merasa angkuh dan sombong karena melihat serta meniru bagaimana sikap arogannya Ahok. Dia juga menyinggung ketegasan Presiden Jokowi, "Sekarang ancaman terhadap kebhinnekaan ada di depan mata, Jokowi kemana," ujarnya.
Mendengarkan cerita tetangga tersebut, saya mencoba melihat bagaimana reaksi masyarakat di dunia maya. Dan apa yang dikatakan tetangga tersebut benar adanya. Para netizen sangat marah dan ramai membicarakan tindakan mahasiswa tersebut, bahkan ada yang telah mengunjungi rumah Steven. Saya juga merasa ngeri membayangkan jika terjadi konflik antar sesama anak bangsa. Dan saya pun mencoba mencari di Google, apa reaksi dari Presiden Jokowi menanggapi hal ini. Berulangkali kata pencarian saya pakai, yang keluar hanya pernyataan Jokowi beberapa bulan lalu. Tepatnya saat aksi damai menuntut Ahok diproses sedang marak.
Tidak salah juga tetangga saya tersebut mengatakan Jokowi kemana?. Karena sebagai kepala negara dan sosok yang mengaku dekat dengan rakyat, seharusnya Jokowi cepat menanggapi potensi ini. Karena konflik komunal sangat sulit diatasi, lihat saja di Ambon, Sampit dan daerah lainnya. Butuh beberapa tahun untuk menyelesaikannya. Saya sampai saat ini masih yakin Jokowi tidak akan mengorbankan atau membiarkan jatuhnya korban jiwa hanya karena pertarungan memperebutkan kekuasaan di Jakarta.
Kini adalah saat paling tepat untuk Jokowi kembali hadir sebagai pemimpin seluruh masyarakat Indonesia. Hadir bukan sebagai sosok yang mempunyai jabatan seorang Presiden, tapi hadir sebagai pemberi rasa adil, nyaman dan memberikan solusi. Hampir selama 10 tahun masyarakat Indonesia yang beragam dapat hidup bergandengan tangan, jangan sampai kita terpecah belah lagi.
Apakah kejadian yang dilakukan Steven merupakan kali pertama?. Jawabannya tidak, karena sebelum ini Ketua MPR Zulkifli Hasan juga dihina dengan kata pribumi. Hinaan itu dilakukan di media sosial, dan pelakunya adalah pendukung Ahok. Hingga saat ini saya belum mendapatkan informasi kalau akun tersebut sudah diproses hukum.
Saya berharap kita mampu saling menahan diri, dan kepada Pak Jokowi serta penegak hukum dapat mengambil sikap paling bijaksana. Demi Kebhinnekaan, Demi NKRI, Demi Kedamaian. I Love U Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H