Mohon tunggu...
Joko Suwarno
Joko Suwarno Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Berilmu untuk menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Aku Terkurung Oleh Hutan Sawit

4 Desember 2013   06:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:21 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 4 tahun saya tinggal di kampung Terawan. Ya... nama kampung yang saya tempati diberi nama Terawan. Banyak versi tentang asal muasal pemberian nama Terawan. Ada yang berpendapat bahwa nama itu salah pelafalan, yang benar seharusnya TERAWANG. Mengapa Terawang? Sejarahnya dulu, setiap ada orang yang melewati sungai yang menuju ke posisi kampung tersebut harus menerawang ke depan agar tidak tersesat masuk teluk sungai. Ada versi lain, Terawan diambil dari kata dasar rawan, ditambah awalah ter (orang dayak banyak yang tidak bisa mengucapkan huruf r) sehingga terbentuklah kata Terawan (dengan huruf r yang samar-samar).

Kampung Terawan berada di Desa Terawan, Kecamatan Seruyan Raya (pemekaran Kecamatan Danau Sembuluh), Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Apa bedanya kampung dengan desa? Pasti ada, kampung menunjukkan tempat hidup penduduknya, sedangkan desa terdiri lahan yang sangat luas termasuk hutan, rawa, dan perkebunan. Luas Desa Terawan untuk ukuran daerah di Jawa bisa seluas 1 atau 2 kabupaten. Sangat luas....

Sedangkan Kabupaten Seruyan merupakan pemekaran dari Kabupaten Kota Waringin Timur pada tahun 2002. Nama Kota Waringin Timur lebih dikenal dengan nama ibukota kabupatennya yaitu Sampit. Sampit, tempat terjadinya tragedi berdarah sekitar awal tahun 2000-an. Keadaan kota tersebut pada saat ini sudah aman dan damai. Semuanya telah mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Nama Kabupaten Seruyan diambil dari nama sungai yang mengalir dari hulu sampai ke hilir yaitu sungai Seruyan. Pembentukan wilayah di pulau Kalimantan cenderung menggunakan aliran sungai sebagai patokannya.

Kampung Terawan yang berada di aliran sungai Rungau – anak sungai Seruyan - di huni sekitar 500 kepala keluarga. Kampung yang cenderung memanjang berkelok-kelok mengikuti bentuk pinggiran sungai dengan rumah yang mayoritas panggung dan terbuat dari papan kayu. Bahasa yang digunakan oleh mayoritas penduduk adalah bahasa banjar dan untuk kalangan tua menggunakan bahasa Dayak Ngaju.

Di wilayah Desa Terawan terdapat 4 perusahaan perkebunan sawit yang menempati sebagai besar wilayahnya. Puluhan ribu hektar wilayah Desa Terawan menjadi kebun sawit dan menjadi tumpuan bagi sebagian penduduk Terawan. Keempat perusahaan tersebut adalah PT Agro Indomas (anak perusahaan Goodhope Asia Holdings Ltd), PT Binasawit Abadi Pratama (anak Perusahaan Sinar Mas), PT Hamparan Massawit Bangun Persadadan PT Musirawas Cirtaharpindo. Keempatperusahaan perkebunan sawit tersebut banyak menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja dari luar pulau Kalimantan, terutama dari Jawa. Bahkan jumlah tenaga kerja dari luar Kalimantan melebihi jumlah penduduk pribumi.

Perluasan lahan perkebunan terus dilakukan oleh masing-masing perusahaan dalam rangka meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Lahan yang awalnya dijadikan lahan konservasi untuk tempat hidup tumbuhan dan hewan ada yang ada sudah berubah menjadi “hutan sawit”. Perubahan tersebut jelas tanpa persetujuan resmi dari pihak yang terkait.

Dengan adanya perluasan lahan “hutan sawit” tersebut banyak tumbuhan dan hewan yang mulai terusir dari habitatnya. Pada tahun 2010, awal saya masuk ke wilayah kampung Terawan, setiap pagi dan sore selalu melihat bekantan yang bergelantungan di seberang sungai. Seperti ada kebun binatang di belakang rumah. Setelah 4 tahun, pemandangan itu tidak pernah terulang lagi. Bekantan tersebut hilang seperti ditelan bumi.

Begitu juga dengan nasib tumbuhan yang bernama Kantong Semar (Nepenthes) tidak jauh berbeda dengan nasib sang bekantan. Tumbuhan yang masuk dalam daftar Appendix I dan Appendix II oleh CITES (Covention of International Trade in Endangered Species) ini terus tergusur oleh pohon sawit. Beribu-ribu hektar “hutan sawit telah menggunsur tumbuhan langka nan dilindungi ini. Belum ada tindakan nyata untuk menyelamatkan tumbuhan ini dari pihak terkait di Kabupaten Seruyan.

Akankah kita lenyap oleh HUTAN SAWIT?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun