Mohon tunggu...
Jaja Subagja
Jaja Subagja Mohon Tunggu... Perbankan -

Depok

Selanjutnya

Tutup

Politik

SILPA Kota Depok, Bagaimana Bisa?

23 Juli 2015   21:03 Diperbarui: 23 Juli 2015   21:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya SILPA atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran kota Depok tahun 2014 yang sebesar Rp 756.87 Miliar dari total APBD kota Depok sebesar Rp 2.11 Triliun lebih mencerminkan kurang peka nya pemerintah kota Depok terhadap wilayah nya selain tentunya patut juga dipertanyakan sejauh mana peran pemerintah kota Depok dalam menyerap aspirasi rakyat yang mendiami wilayah kota Depok.

Amat disayangkan memang, begitu banyak anggaran yang seharusnya sudah bisa untuk membangun infrastruktur di berbagai wilayah, yang seharusnya sudah bisa membuat masyarakat merasa nyaman, akhirnya hangus.

Apakah memang selama ini tidak ada evaluasi kinerja tahunan? Atau apakah memang tidak pernah ada pemetaan pembangunan? Tidak ada target pencapaian minimal anggaran yang harus diserap?

Tidak pernah kah ada peta yang menggambarkan misal berapa titik Balai Pos Yandu yang sudah dibangun di setiap RW di kota Depok, berapa titik lokasi longsoran yang harus di turap atau berapa ruas jalan yang harus di aspal/beton karena memang rusak?

Menjelang PILKADA di bulan Desember 2015, semoga rakyat Depok tidak menjadi pasif karena melihat kenyataan seperti ini. Semoga tidak menjadikan hari pemilihan sebagai momen untuk jalan-jalan keluarga ke Mall karena berpikiran 'yah sama saja, milih atau ngga milih ya tetep jalanan rusak bertahun-tahun diabaikan'

Juga semoga Desember nanti rakyat Depok lebih selektif dalam memilih pemimpin, jika bisa yang memimpin kota Depok adalah warga asli kota Depok atau minimal telah relatif telah lama berdiam di kota Depok, sehingga mengetahui wilayah yang di pimpin nya. Mari kita pilih orang yang mau bekerja dan memang berniat bekerja untuk membangun Depok, tidak sekedar rajin mengadakan seremonial-seremonial yang kurang urgensinya dan kurang manfaatnya untuk pembangunan wilayah. Siapapun calonnya, haruslah orang yang mau turun menyusuri wilayah Depok, sesekali bersedia merasakan rumitnya 'bottleneck' pertigaan Jl Bandung, Cinere, di pagi hari, yang tanpa solusi. Merasakan indahnya kemacetan 'ngawur' di per empatan Mampang DTC, merasakan betapa nikmatnya berkendara di Jl Muchtar Raya sejak dari pertigaan Bojongsari sampai didepan RS Permata, yang bertahun-tahun tanpa ada perubahan berarti, lubang kecil disana-sini, gundukan tambalan aspal berserakan, seperti daerah tertinggal nun jauh dari pusat pemerintahan.

Sementara itu, sekian ratus milyar ber status SILPA. Bagaimana bisa?

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun