Mohon tunggu...
Fajiry Lebo
Fajiry Lebo Mohon Tunggu... -

join to :\r\nhttp://jryfajry699.blogspot.com/\r\nhttps://twitter.com/jry_fajry\r\nhttps://www.facebook.com/fajri.salam.52

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bayang-bayang Kepunahan

22 Januari 2015   18:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duka, itulah makna tersirat didalam lapisan-lapisan terkecil dilubuk hati ini ketika menyaksikan kepunahan. “Kepunahan” keceriaan, kebersamaan, ketika memori hendak memutar kembali waktu dimasa kecil, kanak-kanak tanpa beban pikiran. bermain, memainkan mainan anak kampung yang telah dimainkan sejak zaman terdahulu oleh nenek moyang yang tidak pernah mengenal teknologi yang begitu canggih, teknologi pemusnah yang mengakibatkan kepunahan itu, dan kami beruntung masih bisa memainkannya dengan melihat apa yang pernah mereka mainkan. Tapi kini musnah nyaris habis, bahkan memoriku tidak sanggup untuk mengingat semuanya yang telah dikubur oleh waktu karna generasi kampungku yang baru tidak melakukannya lagi. Aku berduka dan takut jikalau semua memori-memori kecil itu akan punah karna tidak pernah melihatnya lagi. Sanggupkah kalian menyaksikan kepunahan, hingga kalian tidak akan pernah menyaksikannya lagi, hingga semuanya hanya akan menjadi cerita dongeng omong kosong yang akan diceritakan sebagai pengantar tidur, yang tidak pernah dipercayai, karna tidak pernah disaksikan. Begitu kejamnya kehidupan moderen ketika memasuki kampungku, menjarah harta-harta kecil peninggalan tradisi nenek moyangku, menghabisinya hingga tidak tersisa karna tidak bernilai dimatanya. Lalu digantikannya dengan kemegahan, menawan, bersih yang menawarkan kemalasan dan Kepunahan harta kecil kami, Tradisi, Permainan anak-anak Kampungku yang dulu. Lihatlah Mereka yang dulu merubah beberapa meter tanah dan menyulapnya menjadi keceriaan yang memetik nilai kebersamaan, kerja sama, dan kekompakan team dalam permainan Tradisional yang sering kami namai dengan Permainan “Ase” atau Galasin, kini tidak pernah aku saksikan lagi selain anak-anak yang menggenggam sebuah handphone cangging dengan game Animasi. [caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi ( sumber Google )"][/caption]

Dengan hanya menggunakan sebatang kayu yang dibagi menjadi dua dengan ukuran yang berbeda, harus saya akui permainan yang satu ini sudah hampir punah bahkan didalam memori ingatanku, permainan yang satu ini permainan yang paling sering kami mainkan dulu, masi adakah yang memainkannya sekarang.? Yang bahkan tidak pernah menyaksikannya lagi. Orang kampungku menamainya “Kano” disetiap daerah mempunyai nama yang berbeda-beda untuk jenis permainan tradisional yang satu ini. [caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Kano ( sumber Google )"][/caption] Hal sederhana biasanya menyimpan ketakjuban yang dapat mengubah ekspresi wajah polos hingga tergambarlah keceriaan diwajah polos itu. hal biasa yang kami masukan didalam dunia imaji kami, berimajinasi menjadi pembalap atau pengendara dalam permainan masa kecil. Dan mungkin orang dikampungku tidak suka mengotori tangannya sekarang, hingga lebih senang memainkan Game Online atau Game di HP mewah itu. Bahagiakah masa kecil mereka yang tidak pernah bermain “ Pangolo-Ngolo”..? [caption id="" align="aligncenter" width="536" caption="Pangolo-Ngolo ( Sumber Google )"][/caption]

Pangolo-Ngolo ( Sumber Google )

Pernah aku baca penggalan kalimat di buku Ilmuan Robert Einstein katanya, hidup bagaikan mengendarai sepeda kita haruslah seimbang jika tidak ingin terjatuh, maka seimbangkanlah dengan tetap meroda. Dan mungkin Hidup haruslah seimbang jika ingin selamat mencapai tujuan itulah yang diajarkan permainan tradisional dikampungku yang dinamai dengan “ Kaodaoda ” . adakah Permainan yang mengajarkan tentang kehidupan yang seimbang di Permainan Moderen..? [caption id="" align="aligncenter" width="508" caption="kaodaoda ( Sumber Google )"][/caption] Melompat - lompat, menghindar untuk tidak terkena tali itu, sederhana hanya menggunakan beberapa meter tali lalu mengajari kami untuk tetap fokus menghindari kekalahan jika terkena tali itu. lompat tali dan kebersamaan masi adakah yang memainkannya. [caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Lompat Tali ( Sumber Google )"][/caption] Teringat jika Bulan Suci Ramadhan Tiba, Meriam Bambu selalu menjadi permainan Tradisional yang tak tergantikan dahulu namun sekarang posisinya telah digantikan oleh Petasan dan Kembang Api yang Lebih Moderen. masikah ada anak-anak dikampungku yang berani memainkan Meriam Bambu..? [caption id="" align="aligncenter" width="522" caption="Meriam Bambu ( Sumber Google )"][/caption]

kebersamaan adalh inti dari permainan - permainan itu, sudikah nilai kebersamaan jika hilang di telan kesendirian didunia moderen. lihatlah mereka yang penuh kebersamaan dalam permainan sederhana, tanpa menggunakan alat atau listrik seperti halnya masa moderen ini, hanya saling memegang punggung teman dan saling menggenggam tanga.

Kereta Api ( Sumber Google )

"Bangkili" permainan yang ini bahkan tidak pernah saya melihatnya lagi, permainan yang paling digemari oleh anak-anak perempuan pada saat itu, saya rasa sekarang mereka takut hitam atau takut kakinya kotor.

Bangkili ( Sumber Google )

beberapa waktu yang lalu saya menonton acara Tv Local yang menghadirkan Komunitas Gasing, lama tidak pernah mendengar kabar bahkan tidak pernah melihat keceriaan anak - anak memainkan permainan ini. terpujilah mereka yang masih menyelamatkan permainan ini dari kepunahan.

Gasing ( Sumber Google )

Belajar berburu ketika musim jambu tiba, banyak burung-burung penghisap sari jambu yang biasanya kami jadikan hewan buruan , berburu dengan alat alami dari alam yang biasa kami sebut " Kartapele " atau ketapel. Begitu tangguh mereka yang mengetapel tepat mengenai sasaran yang biasa kami juluki dengan menyebutnya " Mennhihu ".

Kartapele ( Sumber Google )

Siapa yang tidak mengenal permainan petak umpet atau yang biasa di kami sebut "Terpal". permainan yang hampir setiap hari mengisi masa-masa kecil yang haus akan keceriaan. beruntung permainan ini masih banyak yang memainkannya. abadilah Permainan Terpal.

Terpal/Petak Umpet ( Sumber Google )

Terlampau banyak permainan-Permainan yang pernah kami mainkan atau sebelum kami telah dimainkan oleh mereka, yang bahkan kini memori ingatan tidak dapat melampauinya lagi, atau mungkiin aku hanya bisa menyebut namanya saja dan lupa bagaimana kami memainkannya dulu sewaktu kecil yang penuh akan keceriaan polos. selamatkanlah hal sederhana yang pernah mengisi ruang Imajinasi itu. Sejatinya dari hal sederhana itulah muncullah Imajinasi moderen, lahirlah moderen yang akhirnya lupa akan kesederhanaan dan mengubur impian kecil yang ingin bertahan hingga Akhir Dunia ini "Permainan Tradisional"., bayang-bayang mimpi akan kepunahan telah menghampiri ruang imajinasi ini tentang permainan Tradisional. Seandainya ada pahlawan seperti halnya Pejuang 45, maka selamatkanlah harta kecil yang dimiliki negara ini. mungkin memang tidak ternilai Rupiah, namun jika dijualnyapun takan sanggup dibeli oleh Rupiah itu Sendiri.

Selamat Membaca.... !!!

Muh. Fajri Salam 22/01/2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun