PC PMII Kota Palopo, kembali mengadakan diskusi online via Zoom, dengan topik bahasan yang cukup komplit untuk mengurai periodisasi dinamika politik kebahasaan dari kacamata Benedict Anderson dan menarik korelasi dengan gerak sporadis intelektual generasi millenial.
Diskusi yang berlangsung pada pukul 16.10 WITA, menghadirkan narasumber Muhammad Iqbal yang merupakan Dosen IAIN Palangka Raya sekaligus penulis buku, kolomnis, dan editor di berbagai media cyber Nasional.
Sebagai moderator, Muhammad Rafly Setiawan membuka diskusi online dengan sebuah pertanyaan mendasar.
"Seorang Ben Anderson sangat filosofis tentang cultural studies dan mengamati konstelasi politik di sepanjang dataran Asia Tenggara. Bagaimana lanskap generasi millenial menarik substansi intelektualitas Ben Anderson sesuai dengan tantangannya saat ini? Atau tak tahu sama sekali dengan penulis Ben Anderson yang salah satu bukunya yakni 'Kuasa Kata' sangat populer hingga detik ini?", ucapnya.
Dosen IAIN Palangka Raya begitu detail mengurai sepak perjuangan Ben Anderson. Apalagi, Muhammad Iqbal merupakan salah seorang murid (yang sering kali surat-menyurat via Email dengan Ben Anderson).
"Kita harus mengapresiasi dan mempelajari warisan kebudayaan serta mengetahui kesejarahan Indonesia. Karena pergerakan Nasional dimulai oleh pemuda, meskipun kerapkali sepanjang sejarah, terjadi konfrontatif dengan kalangan tua", kata Muhammad Iqbal.
Iqbal juga menambahkan, sebagai aktivis kepemudaan untuk generasi millenial (baca: Mahasiswa), mestinya bergerak aktif mengamati perkembangan politik bahasa yang diperagakan oleh kalangan birokrat. Sehingga dapat diretas, bilamana terjadi keganjilan dilingkar kekuasaan.
"Selayaknya, pemikiran kalangan muda, apalagi generasi millenial, harus bersifat kritis dan solutif. Kebudayaan pun patut dipertahankan, apabila impactnya dapat bermanfaat bagi kemajuan suatu negara, khususnya local wisdom Indonesia", sambungnya.
Sekarang ini, menyoal tentang historiografi Indonesia, nyaris luput dari perhatian generasi millenial. Proses edukatif penting sekali dilakukan, agar generasi di abad 21 ini mampu mengejewantahkan arah kemajuan Indonesia.
Tak pelak lagi, angkatan millenial harus punya kemauan besar untuk menuliskan sejarahnya sendiri. Bahwa kemudian, generasi ini bukan hanya sekedar pengikut, tapi punya keterampilan leadership yang lebih baik bagi generasi terdahulu.
Sebelum mengakhiri bincang via Zoom, moderator mengimbuhkan bahwa tanpa keterkaitan aspek sejarah, maka bangsa ini akan mengalami dis-orientatif.