Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[LOMBAPK] Ayam-ayam Nackal!

14 Januari 2017   07:02 Diperbarui: 14 Januari 2017   08:06 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya kami tidak mau ini terjadi. Berprasangka dan menanam benci. Tapi lama-lama memang kesal dan jadi baper. Kalau ada ayam-ayam itu pengennya nimpuk, ngusir sejauh-jauhnya biar gak balik lagi, balik lagi. Tapi dasar ayam, mana ngerti dia kalau kami sedang marah kepadanya? Eh, malah seperti yang sengaja meledek, crot crot buang kotoran seenaknya.

Glupraak! Wjhaykdhdlla;a;hbagxgdh! Praaangg!

Terdengar suara benda jatuh dari ruang tamu. Saya dan Istri segera memeriksa. Ternyata guci keramik hadiah pernikahan dari Mas Pur, Kakak sepupu yang tinggal di Belanda, pecah berkeping-keping. Siapa lagi pelakunya kalau bukan seekor ayam jago yang sedang nangkring di kursi tamu dengan wajah polos tanpa merasa bersalah sama sekali. Malah terkesan bangga seolah seorang pahlawan yang berhasil membasmi kejahatan. Rupanya dia masuk lewat pintu yang terbuka karena tertiup angin.

Rona kemarahan tak bisa lagi disembunyikan Istri. Wajahnya memerah. Segera diusirnya ayam itu, sambil ngomel-ngomel gak jelas. Namun sial, sebelum pergi ayam sialan itu sempat-sempatnya mengeluarkan kotorannya, dan crott, tepat di kursi tamu. Duh Gustiii...!

Awas kowe! Ta wejek-wejek kalau kena! Ini tuh guci mahal, tahu?! Penuh kenangan!” Suara Istri masih terdengar penuh amarah. Sementara sang ayam sudah pergi jauh entah kemana.

Piye iki tho, Mas?! Aku ndak rela guci kesayanganku ancur begini...” Suaranya berubah sendu, tak lama terdengar mulai terisak. Saya jadi serba salah. Masa harus minta ganti rugi sama ayam?

“Ya gimana lagi, De. Salah kita juga ndak nutup pintu dengan pas. Mudah-mudahan kita punya rezeki, jadi bisa beli langsung ke Belanda.” Saya mencoba menenangkan.

“Bukan! Emang dasar ayam sialan iku!Hiks hiks hiks...” bantahnya disela-sela isak.

“Iya, iya. Emang ayam sialan itu!” Tak ada pilihan, saya pun harus setuju dengan tuduhannya.

Tanpa banyak berkomentar lagi, saya mulai mengumpulkan pecahan-pecahan keramik itu. Biarkan saja Istri meluapkan kesedihannya. Saya tahu betapa sayangnya dia pada benda itu. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengucap salam. Rupanya Bu Asep.

Euleuh-euleuh, kunaon ari si Eneng, bet nangis begitu? Kunaon geulis? Ada apa? Berantem sama suami?” tanyanya begitu masuk ke ruang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun