“Kalau tidak keluar, saya bakar, Kamu! Atau saya kencingin sekalian!!” Saya mengancam, tidak peduli lagi apa yang bakal terjadi nantinya. Yang jelas, saya marah, capek, lelah dan jelas terganggu.
“Fan, pinjam korek api ke Bu Kantin! Kita bakar saja biar pergi!” Saya menyuruh Ifan, salah satu siswa yang kebetulan ada di dekat saya. “Dan yang lain, kalau mau buang air, tampung di botol, buat mandiin dia!”
Ifan melaksanakan perintah, tak lama sudah kembali dan menyerahkan korek api itu pada saya.
“Sudah siap dibakar?! Keluar gak?!” Saya kembali mengancam dengan korek api yang sudah menyala. Saya dekatkan ke tubuhnya dan semakin mendekat. Resha tampak kaget, tangisnya mereda dan tidak lagi histeris. Saya dekatkan lagi dan semakin dekat lagi. Tiba-tiba tubuh Resha melemas, pandangannya meredup dan seolah tersadar, lalu terduduk. Berhasil! Yess!
“Sudah sadar, Kamu?!” Saya bertanya. Resha hanya mengangguk.
“Ok. Untuk semuanya, kalau Resha kembali berlaku aneh seperti tadi, tidak usah digubris. Abaikan saja! Kalau masih belum sadar juga, bakar saja! Kasih tahu kelas lain!” Saya memberikan pengumuman kepada semua siswa yang ada kelas itu. Sengaja, biar Resha mendengar.
Dan bersyukur, setelah itu, tidak terdengar lagi ada anak yang melapor kalau ada temannya yang kerasukan. Huh! Kini sekolah kembali tenang, aman dan damai. Setelah saya ceritakan pada rekan-rekan guru, mereka pun tertawa, ternyata selama ini telah diteror oleh ‘roh jahat’ yang bersemayam ditubuh Resha. Hehe.
Dari guru konseling, akhirnya diketahui kalau Resha memiliki latar belakang masalah di keluarganya. Ayahnya kabur dengan perempuan lain, dan ibunya berubah menjadi tempramental. Akhirnya kami menyimpulkan, mungkin dia butuh perhatian, sehingga berakting dengan kerasukan-kerasukan manja. Haha. Koplak.
---
HBD KYB, semoga tambah koplak dan kocak.