Zein mengangguk. “Sudahlah, istirahat, ini sudah sangat larut. Aku akan selalu menjagamu.”
Semakin diingat, semakin hatinya merasa perih. Karena pada kenyataannya, Zein tak pernah sekalipun hadir untuk menjenguk. Padahal setiap waktu, hanya dia yang dinanti. Kenapa Kamu tega menyakitiku, Zein?
Kiss The Rain milik Yiruma mengalun lembut dari dawai biolanya. Berkisah tentang cinta yang telah retak, dan hanya kenangan yang menemani. Tapi, tak ada yang bisa menggantikan. Kamu tetap di hatiku, Zein. Bahkan, aku tak bisa sedetikpun melupakanmu. Aku mencintaimu dan akan tetap menunggumu.
Ia membiarkan saja perasaannya yang kian larut bersama melodi yang semakin menyayat. Kepasrahan akan cinta yang tak mungkin direngkuh akan menjadi kenangan terindah sepanjang hidupnya. Ia rela, meski selamanya harus mencintai bayang-bayang. Cintanya terlampau dalam. Perlahan ia tersenyum, seolah mendapat kekuatan untuk terus bertahan memeluk cintanya.
Dan, sesaat sebelum coda, ia biarkan matanya berkeliling, menyapa setiap pengunjung yang terlihat begitu antusias melihat penampilanya. Tak dinyana, di sebuah meja di dekat tiang penyangga, ia membentur sesosok lelaki yang juga tengah menatap ke arahnya. Pandangannya begitu dalam, begitu kuat merasuk ke jiwa.
“Zein?” desisnya pelan.
Hatinya terlonjak.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H