Mohon tunggu...
Joy Steven
Joy Steven Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Nenget

29 Februari 2024   13:24 Diperbarui: 29 Februari 2024   13:28 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NENGGET

NENGGET

LENTARKEN

JERA LA MUPUS

SENGGET

Nengget berasal dari kata Sengget artinya terkejut. Nengget adalah suatu upacara yang dilakukan menurut adat Karo, yaitu dengan membuat kejutan (sengget) ke suatu keluarga tertentu, karena alasan tertentu dan juga tujuan tertentu. Di sini terdapat unsur kepercayaan, bahwa dengan mengejutkan keluarga itu akan tercapailah keinginan. Oleh karena itu pelaksanaannya pun dilakukan secara rahasia, keluarga yang isenggeti tidak boleh mengetahui hal tersebut.

Pelaku nengget tersebut adalah turang dari masing-masing yang disengget, yang dalam keadaan sehari-hari mereka rebu dan untuk berbicara harus menggunakan perantara, atau menggunakan kata nina turangku. Ini menunjukkan rasa hormat, sopan, keseganan yang tinggi di antara mereka yang rebu. Dalam keadaan biasa mereka akan menghindar bertatapan langsung. Menurut cerita orang tua dulu, orang yang rebu tidak bersedia duduk dalam satu papan dalam rumah adat, begitulah penghayatan masalah rebu itu pada masyarakat Karo. Lalu dalam upacara nengget hal itu diabaikan sama sekali. Karena rebu-nya (turangku) malah memanggil namanya dengan bahasa kasar, seperti menyatakan engko (engkau), padahal untuk halusnya harus menyatakan "kam".

Nengget, yaitu upacara tradisional yang dilakukan menurut adat karo, berupa melakukan kejutan bagi keluarga dengan harapan agar keluarga itu memperoleh anak (laki-laki dan perempuan). Peralatan untuk nengget ini adalah uis arinteneng, uis kapal (ndawa), batu (simbol anak), tumba beru-beru (tempat air), lau simalem-malem, gendang, serta makanan (sangkep). Pada malam yang ditentukan keluarga itu disenggeti (dikejutkan) oleh simehangkenya (seperti turangkunya) dari keluarga itu sambil berkata: "Emaka mupus..... dilaki/diberu ningku si Anu, adi lang ngayak mate kita la rebu!". Kemudian suami istri itu diosei(berpakaian) secara terbalik, yaitu laki-laki berpakaian wanita dan si wanita berpakaian laki-laki.

Lentarken, yaitu upacara nengget yang dilakukan ketika ada yang meninggal dunia atau pada acara nurun-nurun. Pelaksanaannya dilakukan yakni ketika sedang menari keluarga yang tidak mempunyai keturunan itu tiba-tiba ditangkap oleh turangkunya (rebunya) masing-masing, kemudian dilentarken (ditangkap) dan selanjutnya diosei secara terbalik seperti pada acara negget. Setelah ditangkap kemudian diarak dan dilakukan acara menari.

Jera la mupus, yaitu upacara nengget yang diadakan pada acara memasuki rumah baru. Nengget ini dilakukan ketika yang empunya rumah mau memasuki rumah barunya, kemudian di depan pintu masuknya mereka dihalangi oleh rebunya sambil berkata "Ma jera kam la mupus?" Maka oleh yang empunya rumah dijawab "Jera!". Hal ini dilakukan sebanyak empat kali. Bilangan empat ini juga tentunya mempunyai makna, yaitu selpat (putus hubungan) dengan hal-hal yang tidak baik. Setelah empat kali ditanya, maka mereka diperbolehkan memasuki rumah barunya.

Sengget, yaitu terkejut. Terkejut ini mempunyai beberapa proses yang mempunyai arti bagi masyarakat Karo. Misalnya seseorang yang terkejut dapat menjadi sakit karena ditinggalkan oleh tendi (roh). Tendinya ini bisa jadi kicat (terjepit) disebuah batu, di sebuah tempat yang angker dan sebagainya. Untuk melepaskan tendi ini maka biasanya juga dilakukan upacara melepas tendi ini seperti raleng tendi, ngkiap tendi, ngkicik tendi, ngkirep tendi dan sebagainya. Sebagai upah kepada roh yang menahan tendi ini biasanya adalah manuk kahul (ayam persembahan) yang dilepas. Sebagai tanda apabila kahul tersebut diterima, yaitu ayam tersebut dimakan oleh elang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun