Mohon tunggu...
Joy sigiro
Joy sigiro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Seorang pribadi yang memiliki passion di bidang sport entushiast dan tertarik kepada pemberitaan global yang aktual dan faktual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gerakan Feminisme dan Sejarah Perjuangan Perempuan di Indonesia

27 Juni 2024   14:30 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Feminisme merupakan suatu ideologi yang meneguhkan bahwa terdapat persamaan hak antara pria dengan perempuan. Tentunya dengan melihat bagaimana sejarah-sejarah lampau yang mengemas perjuangan dari Raden Ajeng Kartini untuk memberikan kesetaraan hak pada perempuan dan pria pada masa itu. Perempuan yang kerap disapa R.A. Kartini merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam kebangkitan gerakan feminis pribumi di Indonesia. 

Seorang Kartini merupakan pelopor gerakan feminisme yang mengobarkan suaranya untuk dapat menaikkan derajat perempuan agar setara dengan pria. Pada zaman Kartini, keadaan derajat wanita hanya dapat ditentukan dalam beberapa bidang kegiatan saja. Para kaum wanita pribumi hanya melakukan pekerjaan rumah seperti aktivitas memasak, menyapu dan lain sebagainya. Kartini mempelopori gerakan feminisme dengan cara meningkatkan edukasi wanita yang dimana mencetuskan para-para tokoh perjuangan gerakan feminisme yang lainnya.

Feminisme sendiri merupakan penyuaraan kesetaraan hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial dan ekonomi. Gerakan feminisme diteguhkan awalnya pada tulisan Mary Wollstonecratf yang berjudul "A Vindication of The Rights of Woman" yang menuliskan kritik terhadap revolusi Prancis yang hanya berlaku pada laki-laki saja, tidak untuk perempuan.

Melihat dari awal mulanya gerakan feminisme ini, perjuangan Kartini dimulai saat dia melihat bahwa adanya ketidakadilan dalam sosial umum. Dimana Kartini menuliskan pemikirannya terkait realitas kondisi sosial perempuan pribumi. Dengan memperjuangkan hak-hak yang ada pada perempuan pribumi Indonesia, kartini mengerahkan idenya untuk menjadi tokoh yang berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan emansipasi kaum wanita. 

Dengan adanya gerakan awal yang menjadi pelopor perjuangan awal gerakan feminisme, perjuangan untuk mengusahakan kesetaraan gender di Indonesia akan terus berlanjut. Diawal pergerakan perjuangan kesetaraan gender di Indonesia, hadirlah organisasi perempuan pertama di Indonesia yang diberi nama Poetri Mardika. Poetri Mardika melakukan gagasan-gagasan yang menginspirasi perempuan-perempuan dalam menyuarakan hak mereka, yang dimana semenjak itu muncul organisasi-organisasi perempuan lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

Dan seiring berkembangnya waktu dan peradaban sosial di Indonesia, pada pemerintah Presiden Soekarno memberikan kesempatan bagi setiap kalangan yang ingin memperjuankan gerakan feminisme di Indonesia. Dalam kesempatan ini, perjuangan untuk melakukan advokasi tentang keperempuanan dan perjuangan kepada kaum perempuan terus dibekali sedemikian rupa. Hal tersebut dilakukan untuk membentuk perjuangan yang sudah dimulai dari pejuang tokoh nasional, R.A. Kartini. 

Pada masa Orde lama, Gerwani merupakan salah satu organisasi yang aktif dalam menyuarakan isu-isu yang berkaitan dengan perempuan. Dan Gerwani juga melingkupi peranan dalam mengikutsertakan diri dalam bidang politik demi mengusahakan keadilan politik dan kebutuhan sosial peremputan. Namun perjuangan dari emansipasi wanita tidak berjalan begitu mulus, Gerwani sendiri sengaja disingkirkan karena perempuan dipandang hanyalah sebagai pembantu di rumah tangga dan melakukan aktivitas di rumah saja. 

Pada masa Orde Baru, gerakan perjuangan perempuan mengalami kemunduran sehingga menghambat gerakan perempuan yang sebelumnya sudah ada dan tidak melakukan gerakan-gerakan feminisme aktif seperti sebelumnya. Setelah peralihan masa ke era Reformasi, usaha untuk memunculkan gerakan feminisme semakin kuat. Gerakan perjuangan perempuan ini sudah semakin didengar oleh masyarakat hingga masuk kepada alur struktur pemerintahan.

Gerakan feminisme merupakan gerakan yang menyuarakan keadilan sosial terhadap sistem yang tidak adil dan merestorasi sistem patriarki. Gerakan perempuan ini merupakan salah satu cara untuk menghapuskan segala bentuk ketidakadilan, dominasi dan diskriminasi dalam sistem yang ada di masyarakat Indonesia.

Dalam perjuangan dari masa ke masa yang dimana ada tokoh-tokoh ataupun organisasi yang menggaungkan kesetaraan hak pada perempuan tetap berlanjut hingga dapat menunjukkan bahwa kesetaraan itu dapat dicapai dengan perjuangan yang nyata. Namun dalam perjuangan tersebut, hingga kini masih ada tantangan yang tetap harus dihadapi.

 Agar tidak terjadinya lagi peredaman suara yang memperjuangkan hak-hak wanita dalam status sosial dan posisi dalam masyarakat.

Sistem patriarki di Indonesia menjadi salah satu gerakan yang paling sering disuarakan hingga kini. Budaya patriarki menjunjung bahwa dominasi laki-laki itu diatas perempuan. Dan dari masa R.A.Kartini hingga peralihan dari rezim ke rezim, budaya patriaki sudah melekat dalam pemerintah dan tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini fokus pergerakan feminisme di Indonesia.

Banyak perempuan yang sudah berani tampil untuk menjabat sebagai pemimpin di pemerintahan atau instansi lainnya, namun hal itu belum mencapai indikator kesetaraan gender yang merata. 

Dikarenakan menurut survey Randazzp (2019) Sustainable Development Goals (SDG) menunjukkan bahwa pembangungan keberlanjutan dalam kesetaraan gender di Indonesia hanya menyentuh di skor 57.

Feminisme menjadi gerakan yang akan selalu diterapkan untuk memperbaiki ketimpangan gender seperti diatas. Dimana keteraan gender dalam status sosial, politik dan ruang publik, perempuan masih terus memperjuangkan hal tersebut. Perjuangan feminisme masih mendapati tantangan yang terus hadir dalam pergerakan arus budaya. 

Hingga saat ini, feminisme hadir untuk menghancurkan bias gender yang selama ini masih tetap ditanamkan dalam pikiran masyarakat Indonesia. Dimana perempuan merupakan sosok yang lemah dan hanya menjadi piagam dalam kehidupan sosial.

Feminisme di Indonesia tidak akan berhenti untuk menyuarakan tujuannya. Seperti pada perjuangan R.A Kartini yang terus menerus untuk memberikan kobaran api kepada perempuan agar suaranya didengar. Demikian juga hingga ke masa sekarang, masih maraknya terjadi diskriminasi terhadap perempuan. 

Dari perjuangan Kartini sampai Arivia membuktikan bahwa perempuan mampu dengan lantang menuarakan aspirasi mereka tentang kesetaraan bahkan tentang isu permasalahan sosial lainnya.

Untuk mewujudkan keseteraan gender yang hingga kini masih belum mencapai kepada puncak tujuan, maka perjuangan feminisme ini tidak hanya menjadi tugas dari perempuan saja. Namun partisipasi dari laki-laki juga perlu diterapkan agar suara kesetaraan hak dapat didengarkan oleh masyarakat lebih luas. 

Dalam mewujudkan kesetaraan gender, yang menghapus diskriminasi dan ketidakadilan maka kesetaraan ini menjadi tanggung jawab bersama untuk mencapai kebersamaan keberadaan sebagai manusia yang utuh. Keberadaan yang utuh ini tidak dilihat dari latar belakang gender, namun dari kesiapan dan kesadaran masyarakat terhadap kesetaran hak.

Pandangan feminisme di setiap era sangat bergantung kepada kondisi dan situasi zaman yang dihadapinya. Dan pada kondisi zaman saat ini dapat dilihat bahwa kondisi kerja berbagai jenis buruh ditemukan bahwa krisis tenaga kerja wanita semakin merambah. Kondisi tersebut telah mempengaruhi berbagai gerakan feminisme di Indonesia. 

Maka oleh sebab itu, dengan melihat berbagai potensi permasalah yang kerap terjadi di Indonesia maka ada hal yang perlu ditanamkan bagi setiap warga negara. Hal yang perlu ditanamkan adalah melihat bahwa perempuan Indonesia mampu berpastisipasi dalam roda aktivitas kehidupan masyarakat. Peran perempuan juga dapat diwujudkan dengan mengikutsertakan dalam proses pembangunan dalam negeri. Sehingga kesadaran dalam partisipasi perempuan juga dibutuhkan dalam tatatan masyarakat.

Feminisme masih akan terus menemukan rintangan dan tantangannnya sesuai pada era tertentu. Maka perlu satu hal yang diyakini, bahwa keseteraan hak itu merupakan bagian dari semua orang, bukan milik dari kaum laki-laki saja ataupun perempuan. Demikianlah pembahasan mengenai proses gerakan feminisme di Indonesia serta adaptasi gerakan feminisme dari masa-masa.

DAFTAR PUSTAKA

1.https://communication.binus.ac.id/2019/01/03/perjalanan-feminisme-indonesia-dan-tokoh-dibaliknya/#:~:text=Gerakan%20feminisme%20di%20Indonesia%20adalah,lebih%20baik%2C%20dan%20lebih%20adil.

2. https://media.neliti.com/media/publications/155908-ID-gerakan-feminisme-di-indonesia-tantangan.pdf

3.https://jurnal.akmrtv.ac.id/bcomm/article/view/232/86

4.https://ijsed.ap3si.org/index.php/journal/article/view/42/31

5.https://www.neliti.com/publications/155908/gerakan-feminisme-di-indonesia-tantangan-dan-strategi-mendatang

6.https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/65377677/Politik_Gerakan_Feminisme_Di_Indonesia-libre.pdf?1610177961=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DPolitik_Gerakan_Feminisme_Di_Indonesia_K

7.https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1105283&val=16622&title

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun