Mohon tunggu...
Tri Joyo Adi
Tri Joyo Adi Mohon Tunggu... -

Memberi tanpa kehilangan, dengan berbagi makin membuat bertambah...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kelud Tak Kalut

6 Maret 2014   18:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Getarmu membawa kabar
Getarmu membawa cerita
Getarmu membawa duka
Getarmu membawa tangis
Getarmu membawa cinta
Getarmu membawa asa
Getarmu guncang nusantara
Getarmu terasa dihatiku
Dalam lahar dan debu
Yang kau muntahkan
Panas dan sesakan dada

Apa benar
Setiap letusku hanya ada duka?

Apa benar
Tiap letusku hanya ada air mata?

Apa benar
Hanya panas saja yang kau rasakan?

Apa benar
Hanya debu-debu sesakan dada
Selimuti jalan, atap rumah, mobil dan langitmu saja?

Apa benar
Bayang kematian
Begitu lekat pada kita ditiap letusmu?

Apa benar
Kau hanya takut pada letusan ini?

Apakah kau tak takut pada pengirim letusan ini?
Apakah kau tak takut pada pembuat letusan ini?

Teriakmu kencang dan melengking
Dalam lari dan tancap gas kendaraan
Yang kau gunakan untuk selamatkan diri

Apa benar
Kau hanya takut pada letusku
Tetapi tidak takut dengan pembuat letusan ini?

Pada pemimpin yang hanya bisa ucapkan prihatin
Disaat letusku berguncang hebat
Kau ucapkan kata prihatin
Aku pun terkagum
Namun sayang sekali kagumku hanya sesaat
Karena setelah “marah dan amuk” reda
Kau kembali pesta pora
Pimpin negeri ini dengan pongah
Ketidakadilan merajalela dipenjuru nusantara
Bahkan panasnya melebihi panas letusan gunung

Apa benar
Kau hanya takut pada letusku
Tetapi tidak takut dan tidak kau gantungkan asamu pada pembuat letus ini?

Kau berlari menjauh dariku
Ketika letusku menggelegar
Ketika letusku reda dan berhenti
Kau sakiti aku lagi
Hingga perut bumi
Menangis dan meleleh lagi lahar panasku
Meletus dan meledak
Hingga teriak takut kematian berada diujung tenggorokan

Jika kau tak juga tersungkur
Jika kau tak juga bersimpuh
Jika kau tak juga bersujud
Pada Ilahi Robbi

Akui kesombonganmu
Akui kealpaanmu
Akui tamakmu
Akui penindasan yang kau lakukan
Hingga perut bumi menangis

Ya Robb
Aku bersimpuh
Aku bersujud
Di keheningan malam ini
Akui segala dosa yang kami lakukan
LetusMu adalah tanda yang Kau kirimkan
Agar Kami makin sadar
Bahwa Kau maha berkehendak atas segala sesuatunya dimuka bumi ini

Dan asaku
Letus Kelud hari ini
Adalah letus cinta yang Kau berikan
Letus Kelud hari ini
Bukan letus azab
Harap kami padaMu ya Allah
Agar semua ini
Kelud Tak Kalut
Agar setelah letus Kelud
Kami makin cinta dan dekat denganMu
Ketika alam tunjukan kuasaMu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun