Mohon tunggu...
Tri Joyo Adi
Tri Joyo Adi Mohon Tunggu... -

Memberi tanpa kehilangan, dengan berbagi makin membuat bertambah...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar dari Bayi

15 Januari 2015   17:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:05 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belajar dariBayi

Saat dalam kandungan
Segalanya dan tiap saat butuh
Selalu kau mudah mendapatkan
Asupan dari ibu

Teriakan pertamamu
Tanda kau sudah terlahir ke bumi
Kau menangis
Meronta
Memukul
Menendang
Ke segala arah
Mencari ibu

Tangis pertamamu ini
Tanda kehidupan berikutnya
Penuh onak duri
Penuh ujian
Kau menangis keras
Namun itu hanya sebentar
Kau kembali tegar
Lalui hari bersama ibu

Tangis ke dua
Adalah saat kau disapih
Menjerit
Meronta
Kadang membantingkan badan
Ingin lepas dari gendongan
Sebagai protes terhadap penghentian asi, yang setiap saat bisa didapatkan dari ibu

Kembali tangismu pecahkan malam
Protesmu dalam tangis seakan berkata
Aku baru tahap penyembuhan
Aku baru saja sembuh dari sakit
Mengapa bunda sapih aku?

Tenagamu
Rontamu
Teriakmu
Tangismu
Lebih kuat dari tangis pertamamu
Saat kau baru hadir ke dunia

Seperti kakak-kakakmu
Tangis disapih tak akan berlangsung lama
Memasuki hari ke tiga
Kau semakin paham
Karena tangismu mulai jarang

Ayah belajar dari dua tangismu, buah hatiku

Kenikmatan yang dicabut
Bukan untuk menyakitimu
Ada satu pelajaran yang ayah dapatkan
Dari dua tangismu, sayangku

Bahwa untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih besar dan sehat
Kita harus rela dan kuat
Bahwa kenikmatan-kenikmatan kecil
Yang bersemayam ditubuh
Harus siap dicabut setiap saat dan kapan saja

Umar Mukhtar
Sang pemimpin terpilih

Tangismu ayah abadikan dalam
Goresan harap
Kelak kau semakin kuat
Dan, mampu pimpin negeri ini

(Pada dini hari, tulisan ini berenang dalam otak. Saat Umar masih kugendong. Menangis, protes mengapa asi tak lagi ia dapatkan. Nak, ayah bunda cinta Umar...mmuahhh)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun