Sungguh tragis Bang Ical yang dengan menggelontorkan uang banyak untuk menjadi Ketum Golkar dengan target menjadi Presiden,---"Ical........"--, kata mbok saya jika ditanya sesuatu yang hilang.
Ketragisan ditambah lagi setelah 5 tahun mendirikan baleho, billboard,-suara golkar suara rakyat, dengan gambar bang Ical, seperti jaman pak Harto, memanen padi, untuk menarik simpati petani biar saat pilpres dapat kepilih, ---"Ical......"---, lagi-lagi kata mbok saya. Jangankan bisa kepilih, bisa nyalon saja tidak mungkin, karena tidak ada partai yang mencalonkan bang Ical.
Tragis lagi, bang Ical pengin merapat ke Jokowi, dengan target digandenga menjadi calon wakilnya, makanya bang Ical yang tidak pernah kepasar, mau turun lempung, menemui Jokowi untuk dapat dicalonkan jadi Wapres. "Ical....., nak....," kata mbok saya lagi.
Bang Ical masih belum nyerah dengan ketragisan "Icalnya," bergerak cepat dia merapat ke Prabowo, Gerindra dan KMP bareng-bareng ngeroyok Jokowi-JK, dengan harapan mengalahkan suara rakyat. Karena "suara golkar katanya suara rakyat." Bahkan bang Ical didaulat Prabowo jadi ketua KMP. Bayangkan suara KMP jika ditotal perolehannya 70% dari suara rakyat, jika di dewan ada 60% an..., maka jika semua rakyat yang memilih gambar partai, pada saat pilpres juga memilih calon yang dipilih partai. Tentu Prabowo - Hatta yang menang. Bayangkan dengan membawa lambang negara "Kualisi Merah Putih" tentu rakyat akan berpikir yang diseberang berarti tidak Merah Putih..., makanya harus ditepang, atau dilinggis...( Ingat jaman bung Karno, terkenal selogan "Jepang mati ketepang, Ingris mati dilinggis...). "Ical....Ical...nak..." kata mbok saya lagi sambil ngeliat sinetrol.
Sekarang, bang Ical bener-bener tragis, Ical jadi Capres, Ical jadi Cawapres, Ical mendukung Capres Prabowo, sekarang Ical pula menjadi calon Ketum kedua kalinya di Golkar. Dengan modal yang besar, bahkan jika dihitunga mencapai 30 Milyar lebih untuk kongres di Bali. Bang Ical menggiring elit pusat, elit daerah untuk kongres dan memilih dia lagi.... Bahkan dengan cara aklamasi....!! Bayangkan Aklamasi....!! Haree gini gitu looch.... Sementara saat Pilpres bang Ical dan KMP nya menuduh tidak demokratis pada Jokowi saat di Papua hanya mendapat nilai NOL, sementara di Madura diam saja saat Jokowi JK mendapat suara NOL...
Dan bang Ical melakukan hal yang sama, saat kongres Bali dengan mendapat suara 100% tanpa saingan, dan itu disebut DEMOKRATIS....! Meski ini jaman reformasi.... "Le.....Ical.......!" kata mbok saya.
Benar juga, tragis lagi ternyata ada tandingan bang Ical di kongres, tetapi tidak di Bali. Golkar lain yang tidak mau dibeli bang Ical, melakukan kongres di Jakarta dengan anggaran hanya 1/10 nya uang yang digelontorkan bang Ical. Terpililah Agung Laksono, dari 3 calon yang ada....., dan mulailah babak perpecahan Golkar yang selama orba adem-ayem, untuk merebut tampuk pimpinan Nasional.
Dari sidang Pengadilan, ke Mahkamah partai....., ternyata bang Ical....kalah, jika membaca putusan dari 4 anggota mahkamah, 2 mengakui Agung, 2 tidak memberikan pendapat. Secara nalar anak TK, jika saya tanyakan ada 4 orang bapak, masing-masing membawa 1 buah apel untuk diberikan kepada 2 anak sebut saja A dan B. Ternyata hanya 2 bapak yang memberikan apel tersebut ke anak A, sedang 2 bapak yang lain hanya diam saja memegangi apelnya, sebab dia mau ngasih ke A tidak enak  kepada bapaknya B yang telah dia kenal. "Yang menang yang A doonk....," jawab anak tadi.
Jawaban itu sama persis dengan gambaran MP Golkar, dimana yang 2 hakim tindak sungkan kepada Ical, hingga dengan nuraninya memberikan suara ke Agung, sedang yang 2 lagi nggak enak sama Ical, sehingga diam saja. Padahal kalau bang Ical tahu filosofi Jawa, dan mestinya tau...karena lama berkecimpung dengan para pemimpin Jawa, seperti Pak Harto, Sri Sultan...dab kolega jawa lainnya.. Bahwa diamnya orang jawa itu adalah,"Iyaaaaa........!!" Itu sebabnya dalam lamaran jawa, jarang anak gadis jawa dilamar, langsung bilan, "Maau....." selalu diam sambil menunduk...
Bang Ical tidak terima, karena dengan alasan berarti belum diputus, sebab 2 anggota MP tidak memberikan suara.... Lha...kayak bang Ical nggak pernah di dewan saja, jika tidak memberikan suara "abstein" kan tidak masuk hitungan... "Masak bang Ical ngambil enaknya aja...." Tapi itulah bang Ical, dia tidak terima sekarang menggugat ke PT, meski Agung sudah diakui Menkumham.....
"Sudah laaaah le..., Ical...Ical..." suara mbok lebih keras, sambil liat sinetrol orang yang lagi nyari sesuatu.