Input adalah salah satu  aspek yang menentukan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan secara umum dilihat dari 3 aspek, yaitu "input", "proses" dan "output" (Mok dikutip Martono, 2017). Pada tulisan kali ini Penulis hanya akan berfokus pada aspek pertama saja yaitu input, input yang dimaksud dalam tulisan ini bukan hanya kepada peserta didik , tetapi juga terhadap lembaga pendidikan itu sendiri. Â
Penulis berpendapat bahwa Input peserta didik bukan untuk menyeleksi Peserta didik saja, tetapi untuk mengetahui kebutuhan dari para peserta didik, contoh jika ternyata mayoritas peserta didik yang terdaftar sudah menguasai matematika dan kurang menguasai pelajaran bahasa Indonesia, maka tentunya harus ada penambahan jam di Mata pelajaran bahasa Indonesia dan pengurangan jam di pelajaran matematika, tetapi pihak lembaga juga harus memfasilitasi peserta didik yang masih kesulitan dengan pelajaran matematika dengan menyediakan kelas tambahan.
Kemudian lembaga pendidikan dapat mengetahui apa alasan peserta didik memilih tempat tersebut. Jika peserta didik memilih tempat tersebut hanya Karena dekat ,maka besar kemungkinan tempat tersebut dikenal hanya karena dekat bukan karena kualitas. Sehingga input peserta didik dapat menjadi kegiatan untuk mengevaluasi kinerja penyelenggara pendidikan.
Kemudian input dari segi pihak pekerja dari lembaga (kepala sekolah, tutor, dosen, petugas administrasi, guru dsb), jika para pekerja dari penyelenggara pendidikan yang diterima adalah lulusan baru tentunya yang harus dilakukan adalah kegiatan pelatihan kepada para pekerja. Penulis juga memiliki pendapat bahwa  Input dari segi pekerja yang harus diperhatikan adalah motivasi dan komitmen karena pendidikan adalah salah satu bentuk pengabdian.Â
Dari segi administrasi tentunya input bisa memberikan informasi lain yang dapat menjadi bahan untuk membuat kebijakan atau program  dari para pimpinan lembaga penyelenggara pendidikan, contohnya jika mayoritas peserta didik berasal dari lapangan yang tergolong tidak mampu tentunya pihak penyelenggara pendidikan harus menjalin kerja sama dengan lembaga pemberi beasiswa untuk meringankan peserta didik dari segi biaya.
Sebenarnya masih banyak fungsi input dalam dunia pendidikan, tetapi mungkin di lain waktu penulis akan mengulas hal tersebut dengan judul lain.
Referensi : Martono, Nanang. 2017. Sekolah Publik vs Sekolah Swasta dalam Wacana kekuasaan, demokrasi dan Liberalisasi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H