Bukankah kasih tidak hanya berbicara tentang balas budi dan pamrih? Bukankah kasih tidak ditentukan dengan kata syarat ‘jika’? bukankah kasih justru berbunyi ‘walaupun’? Seperti ada tertulis: ‘Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?..bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?’
Maka hari ini aku akan berkata: ‘walaupun ada korupsi, bencana asap, dan kesewenang-wenangan, aku tetap mencintaimu. Indonesia’! kobarkan rasa nasionalisme-mu. ‘Ini Indonesia, bung!’
Pandanglah sang merah putih yang merangkul hangat jiwamu, dan kepak sang Garuda yang melindungi langkah sanubarimu. Indonesia tanah tumpahku. Kusingsingkan lengan bajuku, mengangkat tinggi hormatmu. Berdiriku diatas sumpahmu agar kau tak memalingkan wajah kala raga bertemu fana. Dengan lantang aku berteriak “Merdeka!” “Menantang batin ‘tuk bergegas bangkit!”. Bangkitlah para pemuda pemudi Indonesia. Jangan hanya berpangku tangan dan mengkritik para pejabat negeri. Segera berbuat walau tak terlihat mata. Karena Tuhan melihat yang tak terlihat manusia.
Hari ini jika engkau mendengar suara ibu pertiwi, maka ia sedang menantang anda dan berkata: ‘Masih beranikah anda ber-sumpah pemuda?’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H