Melewati Badai Kita Berdiri
Kita adalah dua hati, berdampingan,
Dalam tawa dan air mata, kami selalu curhat.Â
Tapi seperti langit sebelum badai,
Kami bentrok, dan kata-kata kami terbentuk---
Tajam dan pahit, seperti es dan api,
Hingga ikatan kami seakan melemah.Â
Keheningan membentang, rasa sakit yang menyakitkan,
Dengan rusaknya kepercayaan, sebuah ikatan dipertaruhkan.Â
Tapi jauh di lubuk hati, kami tahu yang sebenarnya,
Rasa sakitnya akan hilang, rasa sakitnya akan berkurang.Â
Kami bertemu lagi, mata penuh ketakutan,
Namun dalam tatapan itu, cinta masih mendekat.Â
Bisikan, jeda, awal yang rapuh,
Jembatan yang tenang untuk menyembuhkan hati.Â
"Maaf," kata kami, lembut dan kuat,
Keheningan pecah, badai pun lenyap.Â
Pada saat itu, kami melihat dengan sangat jelas,
Tidak ada pertarungan yang bisa menghancurkan apa yang kita sayangi.Â
Kini, berdampingan, kita berjalan sekali lagi,
Lebih kuat dari kita sebelumnya.Â
Karena melalui rasa sakit, kami menemukan jalan---
Sahabat terbaik selamanya, apa pun yang terjadi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H