Mohon tunggu...
Joy Gloria Irahay Karetji
Joy Gloria Irahay Karetji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

Mahasiswa progdi Hubungan Masyarakat Fakultas Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Acungkan Jempol untuk Pemilik Tekio, Jatuh tetap Bangun Lagi!

12 Oktober 2022   22:41 Diperbarui: 12 Oktober 2022   22:44 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tekio merupakan salah satu tempat berkumpul ternyaman yang ada di Salatiga dan juga merupakan tempat nongkrong mahasiswa UKSW, lokasinya berada di Jln. Domas no.45. Saat ini Tekio sangat terkenal di kalangan mahasiswa tak hanya karena tempatnya yang membuat mahasiswa merasa nyaman selain itu pemiliknya ramah dan juga sangat asik. 

Berdiri pada tanggal 06 Oktober 2021, Tekio kini genap satu tahun. Perjalanannya juga yang dilewati tidak semulus yang dipikirkan. Kilas balik awal mula Tekio buka, pemiliknya adalah Andreas Yogi Dwi Kurniawan kerap dipanggil Kak Yogi juga merupakan salah satu alumni angkatan 2014 UKSW Fakultas Ekonomi & Bisnis. 

Setelah lulus pada tahun 2019, Kak Yogi bekerja di bagian Management Trainee di Jakarta. Selama bekerja disana Kak Yogi merasa tidak nyaman karena lingkungan kerja dan juga tempat tinggal di kota besar. Dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Salatiga pada akhir tahun 2019, Kak Yogi memutuskan untuk terjun ke dunia Food & Beverage (F&B) dengan membuka sebuah usaha bermodalkan gaji terakhirnya. Memilih untuk membuka Saboba yang merupakan jenis minuman boba dengan berbagai varian rasa karena Kak Yogi belum berani untuk membuka franchise, alasannya karena harganya yang terbilang mahal apalagi untuk seseorang yang baru ingin merintis usaha. 

Usahanya lancar sampai dapat membuka 2 cabang lainnya yakni di Selasar Kartini dan di Boyolali. Pada saat awal tahun 2020, usahanya sempat tutup karena pandemi tapi dengan kabar yang didapat bahwa pandemi akan berakhir Kak Yogi tetap optimis bahwa usahanya masih dapat dilanjutkan. Sayangnya, usaha Saboba ini akhirnya ditutup karena pandemi berkelanjutan. 

Setelah usaha pertama gagal, Kak Yogi berencana untuk balik lagi ke dunia korporat karena tabungannya habis untuk menutupi biaya operasional. Namun tiba-tiba dewi fortuna berpihak padanya, karena salah satu kenalannya berminat untuk memberikan modal untuk usaha Kak Yogi. Awalnya mau melanjutkan usaha Boba tapi karena Boba sudah mulai menjamur dan dengan adanya dana yang fresh, Kak Yogi memilih untuk terjun di dunia kopi dengan membuka sebuah outlet kopi. 

Outlet kopi ini dibuka di Monginsidi yang memiliki ukuran kecil kurang lebih 45x3m karena lebih fokus ke take away, namun ternyata karena kurangnya perhitungan yang matang juga dikarenakan masa pandemi masih berlanjut karena adanya peraturan baru yaitu PSBB, dan Kak Yogipun merasa gagal. 

Tak sampai disitu, Kak Yogi masih ingin tetap mengadu nasib di dunia F&B, dengan semangat yang besar Kak Yogi melakukan research untuk konsep tempat yang lebih besar. 

Dari sinilah muncul ide untuk membangun Tekio, dan dapat dibilang rencana Kak Yogi ini nekat-nekatan walaupun ada investor pembangunannya sempat terhambat karena belum memenuhi minimal pembangunan. Tetap nekat untuk lanjut buka dengan banyak orang dekat yang mengatakan bahwa usaha ini sia-sia karena masih pandemi dan juga mahasiswa masih online. 

Seiring berjalannya waktu ada investor yang ingin bekerjasama dan pembangunan pun berjalan kembali dan akhirnya berdirilah Tekio. 

Perabotan di Tekio juga diisi sendiri contohnya seperti tanaman-tanaman yang ditanam sendiri, meja dan juga kursi yang lebih memilih untuk dibuat di Salatiga untuk menghemat biaya.

Pada saat awal membuka usaha di umurnya yang baru 23 tahun, yang tergolong sangat muda tetap pasti pernah merasa takut, karena banyak sekali tantangan yang harus dilewati. Tetapi Kak Yogi memiliki semangat yang kuat untuk tetap berusaha menjalankan usahanya dan selalu belajar dari pengalaman-pengalamannya.

Sebagai alumni mahasiswa UKSW, Kak Yogi juga sempat menjabat di Lembaga Kemahasiswaan yang juga sangat membantu dalam membangun usaha ini. Hal ini dikarenakan Kak Yogi memiliki relasi yang banyak pada masa jabatannya dan akhirnya menjangkau teman-temannya untuk menjadi investor. 

Motivasi yang dapat kita dapat dari pengalaman Kak Yogi dalam membuka usaha ini adalah dengan kegagalan sebelumnya tidak boleh menjadikan kita berhenti untuk berusaha dan berusaha terus sampai apa yang kita inginkan dapat tercapai. Dari nol dan diberikan bantuan modal, jatuh dan bangun lagi tetaplah gigih tekun dan berusaha untuk mencari kesempatan lain untuk berkembang.

Menurut Kak Yogi modal utamanya adalah "mulut", karena mau bagaimanapun juga kalau kita pintar berbicara pasti saja ada jalan. Hal lain yaitu jika mendapati kegagalan, jangan pernah menyerah karena semua itu adalah proses. Alasan-alasan itulah yang membuat Kak Yogi tetap lanjut terus berusaha mewujudkan mimpinya. Disaat dimana orang lain yang seumuran baru ingin memulai usahanya, sementara Kak Yogi sudah memiliki pengalaman berharga dalam membangun usahanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun