Popok kain dulunya banyak digunakan oleh ibu-ibu untuk keperluan sang buah hatinya. Namun, seiring berjalannya waktu, popok kain sudah tergantikan dengan popok modern atau diapers. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan pampers atau popok sekali pakai. Masyarakat berpikir bahwa penggunaan popok kain tidak efektif ketika bepergian sehingga masyarakat cenderung lebih memilih diapers. Diapers yang awalnya hanya dibeli oleh golongan orang menengah ke atas kini mulai masuk ke golongan masyarakat kelas bawah. Bahkan, akses untuk mendapatkan diapers semakin mudah ditemukan. Golongan masyarakat menengah ke atas sudah banyak yang mulai menganggarkan keuangan untuk pembelian diapers tiap pekannya dalam memenuhi kebutuhan bayi maupun balitanya.Â
Diapers berdaya serap tinggi, terbuat dari plastik, dan campuran bahan kimia yang berfungsi dalam menampung sisa-sisa metabolisme, seperti air seni dan feses. Sayangnya, kulit bayi biasanya masih sangat sensitif terhadap bahan-bahan kimia yang terkandung dalam produk-produk bayi yang tersebar di pasaran sehingga bayi dapat mengalami berbagai macam gangguan kulit, seperti biang keringat, iritasi, dan ruam popok atau exim popok. Lokasi yang sering terkena adalah bagian pada sekitar kemaluan, pantat, maupun pada bagian paha.
Ruam popok adalah suatu kondisi dimana kulit bayi tampak berwarna kemerahan pada area bokong dan sekitarnya dengan tingkat kemerahan yang bervariasi mulai dari yang ringan hingga disertai timbulnya bintil-bintil dan ulkus / luka. Hal ini bisa disebabkan oleh penggunaan diapers yang lama tidak diganti , terlalu ketat, disertai udara panas dan lembab yang dialami kulit. Komplikasi yang terjadi pada kasus ruam popok adalah infeksi sekunder oleh jamur.Â
Kebiasaan menggunakan diapers/ popok sekali pakai yang terlalu lama hingga penuh sering dilakukan para ibu. Kebiasaan buruk ini biasanya disebabkan oleh ibu yang malas mengganti, berhemat, dan kurangnya tingkat kesadaran akan kebersihan yang dapat berdampak buruk kepada anaknya. Padahal, hal ini bisa mengakibatkan masalah kesehatan serius lainnya, seperti infeksi saluran kemih hingga gagal ginjal. Ditambah lagi dengan anggapan para ibu yang kurang tepat bahwa dengan adanya ruam popok pada daerah sensitif, misalnya daerah pantat maka bisa diberikan bedak untuk mengurangi dan mengatasinya. Nyatanya, dengan diberikannya bedak bisa semakin memperparah kondisi ruam yang ditandai dengan infeksi dan jamur yang timbul. Bayi yang mengalami ruam popok dianjurkan untuk diberikan salep maupun krim obat dengan tetap sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Berdasarkan Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan (2023), bakteri dapat timbul dan berkembang biak dari popok yang dibiarkan lama dan dapat naik ke saluran kemih dan berlanjut ke kandungan kemih sampai ke ginjal yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika bakteri sudah masuk sampai ginjal maka akan mulai timbul demam.Â
Pengetahuan ibu terhadap penggunaan diapers sangat berperan penting dan  harus ditingkatkan karena sebanyak 7-35% bayi mengalami ruam popok dimana kejadian ruam popok tertinggi terjadi pada bayi di rentang usia 6-12 bulan (Nikmah, 2021). Para Ibu dinilai masih banyak yang kurang tanggap dengan keadaan dan kebersihan popok bayi dimana hal ini bisa dipengaruhi oleh kebiasaan, seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya, dan keluarga.Â
Tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapkan untuk melakukan promosi kesehatan dan edukasi tentang kapan waktu yang tepat untuk mengganti popok dan jenis popok yang tepat. Jangan biarkan urine terlalu banyak mengendap pada popok dan bersentuhan dengan kulit bayi. Ibu harus rutin mengganti popok, membasuh pantat bayi, dan mengeringkannya sebelum memakai diapers yang baru. Berdasarkan ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ka DENGAN DIAPER RASH DI PMB SUNARTI, S. ST DESA SRIGADING LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR (2020), penggunaan popok yang ketat perlu dihindari oleh sang bayi dan coba berikan udara bebas sesekali pada area sensitif, misalnya setelah mandi.
Beberapa ahli menganjurkan para ibu untuk memilih popok kain yang lebih aman untuk kulit bayi dan ramah lingkungan. Alasan lain mengapa popok kain lebih dianjurkan daripada diapers adalah kondisi ketika bayi mengeluarkan air seni ataupun feses maka bayi cenderung akan merasa tidak nyaman sehingga secara tidak langsung ibu akan segera menggantinya dengan popok kain yang baru. Hal itu bisa mengurangi dampak iritasi dan infeksi ruam popok pada bayi. Dengan demikian, penggunaan popok kain memberikan banyak manfaat dalam mengurangi iritasi pada kulit bayi dibandingkan diapers/popok sekali pakai. Bahan alami, sirkulasi udara yang baik, dan bebas dari bahan kimia pada popok kain membuatnya pilihan yang lebih aman dan nyaman untuk bayi. Namun, kembali lagi pada situasi, keadaan, dan kondisi masing-masing individu dalam memilih popok apa yang terbaik untuk anak mereka.
Referensi :
Nikmah, A., Sariati, Y., & Hastuti, N. A. R. (2021). Perbedaan Efektivitas Pemberian Minyak Zaitun (Olive oil) dengan Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap Penyembuhan Ruam Popok pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanwangi Malang. Journal of Issues in Midwifery, 5(3), 121-128.
PURNAMASARI, L. (2020). ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ka DENGAN DIAPER RASH DI PMB SUNARTI, S. ST DESA SRIGADING LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Zahroh, R., & Istiroha, I. (2023). KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H