Mohon tunggu...
Joy Adithyaa
Joy Adithyaa Mohon Tunggu... Desainer - saya adalah mahasiswa dari institut seni indonesia prodi film dan televisi

saya menjadu penggiat dalam seni seperti seni grafis dan rekam seperti film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Merajut Benang Emas, Negeri Katon, Penghasil Kain Tapis Lampung

26 Januari 2023   01:18 Diperbarui: 26 Januari 2023   01:44 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Galeri Tapis (Dokpri)

PROVINSI Lampung sebagai  daerah yang kaya akan budaya dan produk lokal. Salah satu wastra tradisional, Tapis, dikenal dan berbagai turunannya dapat dikembangkan darinya.

 Berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat ibu kota Lampung atau Kota Bandarlampung, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke sana. Ada sebuah desa yang hampir sebagian besar penduduknya bisa menganyam benang emas ke dalam sastra tradisional Lampung.

Kampung Tapis sendiri terletak di Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran yang merupakan satu-satunya Kampung Tapis yang telah disahkan Pemerintah Daerah pada 25 April 2018.

Pada daerah tersebut, tidak hanya kaya akan potensi bahari, melainkan juga memiliki destinasi wisata budaya yaitu Kampung Tapis yang terletak di Desa Negeri Katon. Keunikan dan identitas daerah ini dapat dilihat dari kegiatan dominan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat terkhususnya kaum hawa mulai dari anak-anak hingga dewasa yaitu menenun tapis di halaman teras rumah masing-masing.

Kain tapis di Desa Negeri Katon ini merupakan khas Pepadun, dan di Lampung sendiri ada dua kabupaten yang memproduksi tapis yaitu Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pesisir Barat

Berbeda dengan tapis yang di hasilkan di Negeri Katon ,tapis yang di hasilkan di Negeri katon adalah tapis dengan jenis abung,sedangkan tapis yang dihasilkan oleh pesisir barat di sebut tapis pepadun.

Gambar 1.2 Produk Tapis Negri Katon,Lampung (Dokpri)
Gambar 1.2 Produk Tapis Negri Katon,Lampung (Dokpri)
Negeri Katon mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Lampung sebagai desa penghasil Tapis. Dan  tetap tegar menghadapi  perubahan jaman, mengikuti adat istiadat terutama menggunakan bahasa daerah dan pembuatan Tapis untuk setiap wanita di desanya.

 Sejak tahun 1980, ibu-ibu desa Negeri Katon memang  menjadikan Tapis sebagai  kegiatan rutin dan biasa dilakukan di setiap rumah, namun belum menjadikannya sebagai mata pencaharian. Seiring berjalannya waktu, para wanita desa mulai terlibat dalam berbagai kegiatan lain yang lebih berkontribusi agar setiap warga yang ada di desa Negeri katon dapurnya tetap mengepul untuk mencukupi sandang dan pangan warga dalam desa tersebut.

Ketakutan akan kehilangan rutinitas yang dipraktikkan secara turun-temurun oleh warga yang ada didesa tersebut dan kehilangan keterampilan penduduk desa menempatkan Tapis di Lampung ketika Bu Redawati,  seorang perempuan dari Katonimaa (Sebuah desa di  Lampung), ia mencoba menghidupkan kembali penciptaan Tapis oleh penduduk desa di sana pada tahun 2014.Dengan impian untuk mengembangkan tempat kelahirannya menjadi sebuah desa pusat budaya, ia mencoba mengkoordinir para wanita  desanya untuk  membuat kain Tapis secara bersama-sama kembali menjadi brand "Tapis Jejama", sebuah brand yang dapat diartikan sebagai Tapis Bersama.

 Sejak 1980, banyak perempuan di desa  membuat karpet, tapi hanya paruh waktu.

 "Melihat semakin tidak diminati, tahun 2014 saya mencoba kembali memanggil Tapis untuk konservasi. Salah satunya  menjadikan  Tapis      sebagai sumber penghidupan para perempuan desa", kata koordinator pengrajin Tapis. Jejama Negeri Katon  Bu Redawati.

Tapis yang dahulunya hanya menjadi produk berupa selendang dan sarung saat ini sudah mulai divariasikan menjadi berbagai turunan produk. Yang awalnya tapis hanya memiliki sarung ataupun dan selendang sekarang tapis menjadi inovatif banyak produk yang dapat dihasilkan oleh tapis seperti bros tapis,peci tapis,dompet tapis, sendal tapis dan bahkan kemarin saat Pandemi melanda para pengrajin membuat masker menggunakan bahan tapis,yang di peruntukan untuk Fashion.

 Harganya tapis hasil produksi Desa Negeri Katon ini pun bervariatif, mulai dari Rp55 ribu hingga Rp3 juta disesuaikan dengan jenis kain dan tingkat kesulitan pembuatannya.

Para pengerajin tapis di desa ini mulai membuat tapis pada pukul 10.00-20.00 WIB. Jika pesanan sedang banyak, tak sedikit juga para ibu-ibu tersebut lembur hingga larut malam.

 Perempuan yang masih berbicara dengan logat Lampung yang kental itu dengan antusias mengatakan pertemuan ibu-ibu desa dalam kegiatan koperasi Tapis membuahkan hasil, yaitu dibangunnya gedung galeri khusus produk Tapis di desanya. Tahun 2019, Galeri Tapis desa kami dibangun di Kabupaten Pesawan. "Di sini kami membuat Tapis bersama, mempresentasikan produk kami, berlatih tari Lampung bahkan mengadakan pelatihan untuk tamu. Ini adalah salah satu impian kami di desa Negeri Katon di antara ribuan mimpi kami," ujarnya. Bu Redawati

Salah satu pengrajin kain tapis dari Kecamatan Negeri Katon telah berhasil memenangkan Anugerah Pesona Indonesia 2018, yang telah diakui menjadi Tapis Kain Tenun Indonesia (Achmad, 2019).

Namun pemerintah setempat belum memiliki program dan strategi dalam pengembangan Kampung Tapis sebagai wisata kreatif, sehingga dibutuhkan upaya pengembangan Kampung Tapis sebagai wisata kreatif di Desa Negeri Katon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun