Penulis: Jovita Claudia Winata
KELEMAHAN ekonomi konvensional sering disadari telah memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, dalam arti cenderung mengabaikan risiko jangka panjang pada sumber daya alam Indonesia.
Sistem ekonomi konvensional masih mempertahankan pemikiran konservatif tanpa memperhitungkan biaya eksternal yang mungkin timbul dari pelbagai kegiatan perekonomian di masyarakat Indonesia khususnya. Sebagai langkah solutif, pakar ekonomi mulai memperhatikan bagaimana tindak lanjut mitigasi risiko melalui transformasi ekonomi yang dimaksudkan menjadi model ramah lingkungan.
Bagaimana upaya Indonesia?
Seperti yang diberitakan, bahwa Indonesia telah menganjurkan perencanaan ekonomi hijau sebagai salah satu strategi utama transformasi ekonomi jangka menengah dan panjang guna mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 dan mendorong terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Salah satu bentuk ekonomi hijau yang akan diterapkan adalah pemberlakuan kebijakan carbon pricing dalam bentuk carbon cap and trading, serupa dengan sistem pajak karbon, pada tahun 2023. Menko Airlangga Hartarto juga menjelaskan peran pembiayaan sangat penting. Hal ini penting untuk mengisi kesenjangan pendanaan dalam mendorong ekonomi hijau.
Pemerintah telah meluncurkan instrumen keuangan inovatif untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Green Sukuk. Pada 2019, Pemerintah juga mendirikan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup. Bank Indonesia selaku otoritas moneter juga tengah berupaya mendorong inklusi keuangan melalui insentif kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); kredit usaha rakyat (KUR); serta pendanaan pada ekonomi-keuangan hijau.
Mengapa Green Sukuk?
Peluang penerbitan green sukuk di Indonesia dilandasi oleh pemahaman akan pentingnya inisiatif alternatif pembiayaan berkelanjutan bagi pembangunan infrasruktur.
Hal ini pada tahap selanjutnya akan menimbulkan keberadaan “investor-investor baru”, mereka hanya akan berinvestasi pada pelbagai instrumen dari investasi dengan kategori “hijau”. Green sukuk sendiri dinilai dapat menjadi cara yang tepat dan amat menjanjikan dalam kegiatan investasi pada proyek-proyek dengan embel-embel ramah lingkungan, terutama jika melihat sasaran utamanya yang notabene adalah sebuah pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Inovasi Teknologi Keuangan dan Pemberdayaan EBT
Berdasarkan konteks diatas, dapat dikatakan bahwa inovasi teknologi keuangan dapat menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan di Indonesia. Inovasi teknologi keuangan disini pada hakekatnya merujuk pada peralihan ekonomi berkelanjutan.
Jika melihat bagaimana pergerakan teknologi keuangan yang cenderung apatis terhadap lingkungan, maka kita perlu menelusur lebih jauh lagi pada dinamika saat ini yang harus difokuskan pada pemberdayaan EBT alias Energi Baru Terbarukan. Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah bagamana inovasi dari teknologi keuangan bergerak pro terhadap investasi dan juga pemberdayaan teknologi.
Seperti yang kita ketahui, terdapat beberapa inovasi teknologi keuangan ramah lingkungan yang dapat digunakan misalnya blockchain, fintech, dan insurtech. Dalam hal ini, blockchain dapat digunakan untuk memfasilitasi perdagangan karbon dan mempercepat transisi ke ekonomi hijau.
Sementara itu, fintech dan insurtech dapat digunakan untuk mempercepat akses keuangan bagi sektor-sektor yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi hijau, seperti energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan.
Namun, pentingnya keberlanjutan dalam pengembangan dan penggunaan inovasi teknologi keuangan juga harus diperhatikan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Inovasi teknologi keuangan yang berkelanjutan tentunya wajib mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial dalam pengembangannya.
Selain itu, inovasi teknologi keuangan berkelanjutan juga harus mempertimbangkan keberlanjutan dalam penggunaannya, seperti penggunaan energi terbarukan dan pengurangan limbah elektronik.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus terus mendorong pengembangan inovasi keuangan berkelanjutan dan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial dalam pengembangannya guna mencapai pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau melalui inovasi keuangan berkelanjutan di Indonesia: 1. Memperkuat kerja sama antara swasta dan pemerintah dalam mengembangkan inovasi keuangan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia; 2. Mendorong pengembangan inovasi teknologi keuangan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial dalam pengembangannya; 3. Memperkuat regulasi dan kebijakan yang mendukung pengembangan inovasi teknologi keuangan yang berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia; 4. Meningkatkan akses keuangan bagi sektor-sektor yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi hijau, seperti energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan, melalui inovasi teknologi keuangan yang berkelanjutan; 5. Mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi limbah elektronik dalam pengembangan dan penggunaan inovasi keuangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan di Indonesia.
Melalui penerapan langkah-langkah tersebut diharapkan Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan melalui inovasi keuangan yang berkelanjutan.
