Pedoman ini juga menekankan pentingnya mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedentary (tidak banyak bergerak, duduk, rebahan) karena hal ini meningkatkan risiko terjadinya stroke. Studi menunjukkan bahwa aktivitas sedentary diatas 6.5 jam per hari meningkatkan risiko terjadinya stroke sebesar 6% untuk setiap jam yang dihabiskan. Walaupun demikian, perlu dilakukan penyesuaian aktivitas fisik pada kelompok tertentu seperti penderita stroke, penyakit jantung, atau mereka yang memiliki hambatan mobilitas fisik.
3. Berat Badan dan Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan stroke yang sangat dikenal. Studi menunjukkan bahwa setiap kenaikan indeks masa tubuh (IMT) 5 kg/m2 dari rentang normal meningkatkan risiko terjadinya stroke sebesar 10%.
 Oleh karena itu, pengukuran IMT secara rutin perlu dilakukan dengan target IMT optimal 18.5 -- 25 kg/m2 untuk mengurangi risiko suatu stroke.
4. Tidur Cukup
Memiliki jadwal tidur yang teratur dan sleep hygiene yang baik dapat mengurangi risiko terkena penyakit kardiovaskular. Tidur yang cukup dapat meningkatkan imunitas, memperbaiki sel, jaringan, dan pembuluh darah, meningkatkan energi dan mood, serta meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan tugasnya sehari-hari. Rata-rata orang dewasa membutuhkan tidur sebanyak 7-9 jam tiap harinya.
 Anak-anak biasanya membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak, tergantung dari usianya. Selain itu, gangguan tidur berupa obstructive sleep apnea (mendengkur) dapat meningkatkan risiko stroke secara tidak langsung melalui peningkatan tekanan darah.Â
Bila kualitas tidur anda beberapa waktu terakhir ini dirasa kurang baik, segera berkonsultasi dengan dokter untuk dilakukan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
5. Kontrol Gula Darah
Hampir sebagian besar makanan yang kita makan sehari-hari diubah menjadi glukosa sebagai pasokan energi dari organ-organ tubuh. Namun, kadar glukosa yang terlalu tinggi dalam jangka waktu lama dapat mengganggu fungsi jantung, ginjal, mata, dan saraf.Â
Oleh karena itu, AHA/ASA merekomendasikan pemeriksaan kadar gula darah pada seluruh dewasa berusia 35 tahun setidaknya 3 tahun sekali.Â
Adapun target pengendalian gula darah yang direkomendasikan adalah kadar glukosa darah puasa <100 mg/dL, kadar glukosa darah 2 jam post-prandial <140 mg/dL, dan kadar hemoglobin A1C <5.7%. Pada kelompok populasi yang memenuhi kriteria diabetes, perlu diberikan obat antidiabetes dan tatalaksana lanjutan untuk mengontrol kadar glukosa darahnya.
6. Kontrol Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah direkomendasikan untuk seluruh dewasa berusia 18 tahun setidaknya sekali dalam satu tahun. Studi INTERSTROKE menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi berkontribusi terhadap lebih dari 50% kejadian stroke.Â
AHA/ASA merekomendasikan kontrol tekanan darah hingga dibawah 130/80 mmHg untuk populasi dewasa dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan.