Kondisi kesehatan suatu daerah atau area biasanya diindikasikan oleh kesehatan penghuni di dalam area atau daerah tersebut. Bagaimanakah dengan kondisi kesehatan para “penghuni” di sepanjang daerah aliran sungai citarum? Bagaimana dengan kondisi mikroorganisme, tumbuhan air sampai ikan yang ada di dalamnya ataupun tanaman yang ada di sekitarnya? bila mereka dapat mengemukakan pendapat mereka, apakah mereka akan berteriak dan protes akan rusaknya tempat tinggal mereka?
“Kondisi kesehatan” sungai citarum sendiri dapat dinilai dari berbagai faktor fisik, kimia, dan biologi. Beberapa ikan bahkan masih dapat hidup di dalam kondisi yang sudah sangat tercemar. Tetapi bagaimana bila ikan tersebut dimakan oleh manusia? Kita tidak pernah tahu sudah mengakumulasi logam berat apa saja ikan tersebut, yang nantinya akan terbiomagnifikasi ke dalam tubuh kita bila kita memakannya. Bahkan, dari sebuah penelitian yang pernah dilakukan, ditemukan bahwa ikan-ikan yang ada di Sungai Citarum kondisinya kurus dan cenderung tidak seimbang atau dengan kata lain pertambahan beratnya tidak secepat pertambahan panjangnya.
Beberapa keterangan di bawah ini mungkin akan memberikan sedikit informasi mengenai bagaimana kondisi Citarum di beberapa segmen yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan pengamatan lapangan yang pernah dilakukan:
1.Segmen Sungai Citarum di Kampung Pajaten, Desa Tarumajaya, Kec.Kertasari daerah Gunung Wayang.
Sebagian besar perairannya tertutup oleh eceng gondok (Eichornia sp.) dan airnya berwarna jernih dengan arus lambat. Lahan di sekitar badan air dimanfaatkan untuk kebun sayuran dan lahan di bagian lainnya merupakan semak yang rapat.
2.Segmen Sungai Citarum di Desa Cihawuk-Pacet
Lahan di sekitar sungai merupakan lahan sawah. Bagian penyusun badan sungai terdiri atas batuan besar dan kecil.
3.Segmen Sungai Citarum di Kampung Anja , Desa Wangi Sagara, Kecamatan Majalaya.
[caption id="attachment_105064" align="alignleft" width="150" caption="Segmen sungai 4"][/caption] Segmen sungai ini airnya berwarna coklat, di pinggir sungai terdapat pipa-pipa besar yang berasal dari pabrik di sekitar sungai untuk menyalurkan limbahnya. Di sekitar sungai terdapat penggalian pasir.
4.Segmen Sungai Citarum di Kampung Cikondang, Desa Majalaya.
Segmen ini terletak di dekat jembatan jalan raya yang cukup ramai. Kedalamannya mencapai 58 cm. Airnya berwarna hijau dan berbau menyengat, arusnya tidak terlalu deras bahkan hampir tenang. Di sekitarnya terdapat pohon pisang (Musa paradisiaca), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Arthocarpus integra), Labu (Curcubita sp.), tales (Colocasio esculenta) dan bambu (Bambusa sp.). Di segmen ini ditemukan beberapa ikan yang mati terapung.
5.Segmen Sungai Citarum di Kampung Sapan, Desa Tegaluar
Segmen ini terletak diapit oleh jalan menuju perumahan penduduk dengan kedalaman sungai 54 cm, di segmen ini tanahnya tandus, kering dan tampak pecah-pecah serta terdapat banyak sampah. Flora yang dapat ditemukan di daerah ini adalah jagung (Zea mays), pisang (Musa paradisiaca), kelapa (Cocos nucifera), singkong (Manihot sp.), pepaya (Carica papaya) dan rumput (Cyiprinus sp.).
6.Segmen Sungai Citarum di Kampung Cigabus, Desa Bojongsari.
[caption id="attachment_105063" align="alignright" width="147" caption="Segmen sungai 6"][/caption]
Di segmen Sungai Citarum ini airnya berwarna coklat, keruh, kotor dan berbau. Di segmen sungai ini terdapat banyak limbah, terlihat dari adanya genangan air yang mengandung minyak dan berwarna kemerahan. Tanah di sekitarnya kering, tandus dan tampak pecah-pecah. Di sekitarnya ditemukan flora seperti jagung (Zea mays), pisang (Musa paradisiaca), dan singkong (Manihot sp.).
7.Segmen Sungai Citarum di Desa Andir.
Lokasi ini airnya berwarna hijau kehitaman dengan kedalaman 20 cm, dan banyak limbah ditemukan, diduga di sekitar daerah segmen ini terdapat pabrik yang membuang limbahnya ke sungai. Flora yang dapat ditemukan yaitu pisang (Musa paradisiaca), singkong (Manihot sp.), dan petai cina (Leucaena leucocephala).
8.Segmen Sungai Citarum di Kampung Punclut, Desa Rancamanyar.
Segmen sungai Citarum ini airnya berwarna hitam dan berbau, dengan kedalaman sungai 60 cm. tanah disekitarnya kering, tandus dan tampak pecah-pecah. Di daerah ini tanamannya didominasi oleh pohon pisang (Musa paradisiaca), tetapi banyak yang bercocok tanam terong (Solanum melongena), jagung (Zea mays), buncis. Di segmen ini juga banyak ditemukan sampah dan limbah pabrik.
[caption id="attachment_105066" align="aligncenter" width="210" caption="Segmen sungai 8"][/caption]
9.Segmen Sungai Citarum di Kampung Babakan, Desa Pamentasan.
Di daerah ini airnya berwarna hitam dan berbau. Tanah di sekitarnya tandus dan kering. Flora yang dapat ditemukan adalah pisang (Musa paradisiaca), singkong (Manihot sp.), dan bambu (Bambusa sp.). Di segmen ini juga ditemukan banyak sampah baik yang terapung di sungai ataupun di sekitar sungai.
10.Segmen Sungai Citarum di Desa Selacau.
[caption id="attachment_105065" align="alignleft" width="150" caption="Segmen 10"][/caption] Di segmen ini, airnya berwarna hitam dan berbau. Di sekitarnya ditemukan banyak sampah dan limbah pabrik. Tanahnya kering dan tandus. Di sekitar lokasi banyak yang bercocok tanam padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan palawija lainnya. Beberapa tanaman lain yang dapat ditemukan adalah pisang (Musa paradisiaca), pepaya (Carica papaya) dan bambu (Bambusa sp.), sedangkan faunanya antara lain adalah kupu-kupu, capung dan burung kecil.
11.Segmen Sungai Citarum di Kampung Cipanji, Desa Cihampelas
Di lokasi ini yang merupakan daerah hilir, airnya berwarna hijau kehitaman. Daerah ini terletak di dekat Waduk Saguling, disekitarnya terdapat banyak tanaman eceng gondok (Eichornia sp.). Banyak orang yang menjaring ikan di sini. Tanah di sekitarnya merupakan tanah pasir. Flora yang dapat ditemukan diantaranya adalah pisang (Musa paradisiaca), dan beringin (Ficus benjamina). Fauna seperti capung dan lalat ditemukan juga di lokasi sampling ini.
Integrasi, Kolaborasi, dan Partisipasi Masyarakat Lokal
Berdasarkan kondisi “kesehatan” di sepanjang sungai Citarum tersebut, terpampang bahwa kondisi setiap segmen berbeda-beda, dengan masalah dan kondisinya sendiri-sendiri. Bagaimanapun juga, baik daerah aliran sungai Citarum dan ekosistemnya memerlukan faktor integrasi, pemeliharaan proses ekologi, dan komponen manusianya memegang peranan penting dalam hal ini.
Selama ini, pertanggung jawaban untuk monitoring dan regulasi mulai dari daerah hulu hingga ke hilir tidak terkoordinasi dengan baik. Tidak ada pengelolaan terintegrasi antara orang-orang di daerah hulu dan hilir. Revitalisasi sebuah ekosistem harus dimulai dengan pengelolaan ekosistem sebagai dasarnya. Sebuah rantai tersambung ketika ekosistem dan habitat sungai Citarum terpelihara, “para penghuni” sungai seperti mikroorganisme dan ikan akan menjadi lebih sehat, dan hal ini dapat dimanfaatkan oleh orang sekitar dimana dan akan memberikan keuntungan ekonomi. Selain itu, ikan yang sehat, bersih dari logam berat dan zat-zat polutan akan memberikan efek positif bagi kesehatan orang-orang yang menkonsumsi ikan tersebut.
Dari semua rantai mimpi terciptanya Sungai Citarum yang sehat dan bersih, dibutuhkan peran masyarakat lokal yang sangat besar. Insentif dapat diberikan dari pemerintah kepada masyarakat setempat dalam rangka memelihara kondisi kesehatan segmen sungai di sekitarnya. Selain itu, kolaborasi dan negosiasi dengan industri sekitar pun sangat diperlukan demi menciptakan Sungai Citarum yang bersih dan sehat. Adanya “take and give” adalah salah satu bentuk yang dapat diaplikasikan dalam implementasinya.
Sebagai tambahan literasi, sebuah hipotesis yang dinamakan postulat Gaia, menyatakan bahwa planet bumi ini berfungsi sebagai organisme tunggal, yang memelihara kondisi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Jadi pada dasarnya, bila semua makhluk baik besar dan kecil merupakan bagian dari Gaia, dan sama-sama mempunyai arti penting untuk kelangsungan hidup Gaia, berarti bila kita memusnahkan makhluk lain yang ada di dalamnya, sama halnya dengan memusnahkan makhluk sendiri. Sama halnya antara manusia dengan alam, keduanya adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan, saling mengisi dan membagi. Bila salah satu berusaha merusak, maka yang lain akan terintervensi, dan mengakibatkan sistem tersebut menjadi anfal. Sungai Citarum yang rusak dan tidak kita pelihara pada akhirnya akan merugikan kita sendiri.
"Creation is here to awaken and replenish our faith. All of natural resources are the living entities that possess consciousness. The long lasting effect will occur when the equilibrium of delicate ecosystem is disturbed. We ought to commune with nature and cooperate with their plan"
Para “penghuni sungai” berhak mendapatkan kehidupan yang layak, sama halnya dengan orang-orang di sekitarnya dan manusia yang bergantung pada sehatnya kondisi sungai citarum ini. Tidak ada dominasi antara pandangan antroposentris dan ekosentris dalam pengelolaan sungai ini. Pandangan biosentris lebih utama, karena hal ini tidak hanya mementingkan kepentingan manusia atau ekologinya, tetapi mempertimbangkan keseimbangan diantaranya, dimana pada akhirnya akan terjadi suatu keberlanjutan, dimana kepentingan manusia akan terpenuhi, dan lingkungan akan selalu terjaga.
Ayo, kita berkolaborasi menyehatkan kondisi Citarum!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H