Strict Parents merupakan gaya pengasuhan yang menekankan kedisiplinan dan kesempurnaan yang harus dimiliki anak. Misalnya, anak-anak sering kali dihukum oleh orang tuanya jika tidak patuh. Remaja antara usia Usia 18 tahun hingga 21 tahun, yang bisa dikenal dengan late adolescence atau remaja akhir, adalah usia saat remaja sudah dianggap dewasa, pandai mengendalikan perilakunya sendiri dan  memikul tanggung jawab yang besar. Tetapi, hal ini sangat berbeda pada late adolescence dalam keluarga yang mengikuti gaya pengasuhan strict parents. Keluarga dengan aturan yang sangat ketat dan juga kebebasa bergerak remaja sangat dibatasi secara berlebihan.
Akibat dari gaya pengasuhan yang ketat ini adalah anak menjadi tidak percaya diri, gugup serta kesulitan mengendalikan emosi dan mengambil keputusan. Banyak juga dari mereka yang menderita gangguan psikologis stres. Pada akhirnya, anak merasa tertekan dan dibatasi oleh lingkungannya sehingga menurunkan semangat anak.
Anak-anak sering kali kurang mempunyai keinginan untuk terbuka kepada orang tuanya. Artikel ini berfokus pada pengaruh gaya pengasuhan strict parents kepada komunikasi antar keluarga berdasarkan sumber-sumber terpercaya dan juga penelitian yang sudah ada.
Usia remaja mulai dari 12 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (2011) ada tiga tahap dari perkembangan remaja, early adolescence (remaja awal) saat berusia 12 hingga 15 tahun, middle adolescence (remaja tengah) saat berusia 15 hingga 18 tahun, dan late adolescence (remaja akhir) saat berusia 18 hingga 21 tahun. Pada fase late adolescence, remaja sudah cukup seimbang dan mengerti tujuan hidup dengan pola yang sudah jelas.
Definisi Strict Parents
Strict Parents merupakan gaya asuh yang memberi harapan dan keinginan penuh kepada sang anak untuk terus mengikuti arahan, perkataan, dan peraturan yang diberikan. gaya asuh strict parents selalu ada standar-standar yang wajib dipatuhi oleh anaknya, ancaman yang diberikan pada remaja dan akan memarahi anak jika tidak menuruti perkataan dan perintah orang tua tersebut, baik ancaman berupa kata-kata maupun berupa kekerasan fisik. Gaya asuh ini mendukung orang tua agar selalu mengawasi dan menekankan anaknya, anak harus menaati semua peraturan yang ada tanpa terkecuali dan tanpa alasan apapun.
Pendidikan yang diberikan orang tua dapat berupa hukuman, hadiah, pesan, perhatian untuk anak, dan penyampaian aturan. Tetapi, tidak selalu remaja diperlakukan menggunakan gaya pengasuhan sama dengan orang tuanya.
Dalam penerapannya, orang tua yang menjalankan gaya pengasuhan strict parents kerap member respon yang negatif, kemudian membandingkan masalah yang dihadapinya dan anaknya, peraturan ketat, dan tidak memberi kepercayaan kepada anak. Ini menjadikan late adolescence memilih untuk menahan sendiri keluh kesahnya, Zhazh  (2021).
Dengan begitu, remaja menunjukan sikap berbeda, ada yang pasrah dengan keputusan orang tuanya, dan ada juga yang memilih melawan. Ini disebabkan dari bagaimana orang tua menyampaikannya tanpa alasan jelas Zhazha (2021). Hal tersebut sering kali menjadi kesalahpahaman antara orang tua dengan anaknya yang berakibat kurangnya keterbukaan anak kepada orang tuanya yang menggunakan gaya pengasuhan strict parents.
Ada beberapa jenis gaya pengasuhan orang tua yang memiliki dampak besar kepada anak, terutama gaya pengasuhan strict parents. Strict parents sendiri merupakan sebutan baru yang digunakan saat ini untuk gaya pengasuhan otoriter.
Dari sudut pandang psikologis, strict parents bersifat otoriter. Sikap otoriter itu sendiri merupakan sebuah sikap tidak mau mendengarkan orang lain, dengan kata lain (hanya menuruti keinginan sendiri). Orang tua yang otoriter akan selalu mengatur segala sesuatu yang akan dilakukan anak, baik dari segi aktivitasnya dan dalam menentukan pilihan untuk masa depan anak tanpa harus ditolak.
Pada gaya asuh otoriter, orang tua memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan bagi anaknya, seperti sikap dingin, sedikitnya tanggapan, dan sedikitnya support terhadap remaja. Sikap otoriter inilah yang akan merusak psikologis anak karena terlalu sering dibawah tekanan.
Komunikasi Keluarga Strict ParentsÂ
Li (2021) memberikan penjelasan tanda dari strict parents. Hal ini berarti menetapkan banyak sekali peraturan yang ketat dan mendesak, memaksakan anak agar selalu memenuhi keinginan, tidak membiarkan anak mempertanyakan otoritas orang tua, memberi hukuman anak dengan keras karena melanggar peraturan, bersikap dingin, atau orang tua yang tidak tanggap terhadap anaknya, bahasa yang digunakan memalukan dan tidak sopan.
Menurut Musthofa (2020) tingkat ketakutan orang tua terhadap anak remajanya menyebabkan perilaku strict parents. Oleh karena itu, strict parents sangat sering tidak member izin apapun kepada anakya, dengan alasan untuk melindungi sang anak. Namun ketika orang tua mengambil terlalu banyak peran, remaja menjadi manarik diri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan remaja.
Koerner & Fitzpatrick (dalam Rezi, 2020) menyatakan bahwa orientasi percakapan dan orientasi konformitas merupakan bagian dari penjelasan hubungan keluarga dan makna keluarga itu sendiri. Orientasi percakapan mendorong seluruh anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam dialog yang tidak terkendali tentang berbagai topik (Koerner & Schrodt, 2014).
Di sisi lain, keluarga dengan orientasi konformitas yang kuat cenderung menekankan sikap, nilai, dan keyakinan yang sama. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya sama-sama kuat atau sama-sama lemah.
Menurut hasil observasi, gaya asuh strict parents ini tidak membuat keterbukaan diri pada late adolescence. Late adolescence cenderung kurang berkomunikasi dengan orang tua mereka mengenai keterbukaan diri. Oleh karena itu, topik yang mereka bahas hanya terkesan sebagai formalitas saja. Late adolescence sering kali merasa tidak perlu jujur tentang apa yang mereka alami atau rasakan. Oleh karena itu, late adolescence menjadi kurang jujur dan lebih memilih mencari solusi sendiri dibandingkan menceritakan segalanya kepada orang tuanya. Kebanyakan late adolescence dengan gaya asuh strict parents tidak merasa dekat dengan orang tuanya dan tidak mengungakapkan masalah yang mereka alami. Namun, emosi yang diungkapkan oleh late adolescence tidak disadari oleh orang tua mereka yang menerapkan gaya asuh strict parents. Orang tua merasa mengenal anaknya dengan baik dan tidak menerapkan gaya asuh strict parents.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H