Mohon tunggu...
Humairah JovankaFebriyani
Humairah JovankaFebriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya

Saya suka menonton film dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Strict Parents terhadap Komunikasi Antar Keluarga

19 Desember 2023   19:06 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:23 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Children with strict parents (sumber: https://pin.it/7B5npHY)

Pada gaya asuh otoriter, orang tua memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan bagi anaknya, seperti sikap dingin, sedikitnya tanggapan, dan sedikitnya support terhadap remaja. Sikap otoriter inilah yang akan merusak psikologis anak karena terlalu sering dibawah tekanan.

Komunikasi Keluarga Strict Parents 

Li (2021) memberikan penjelasan tanda dari strict parents. Hal ini berarti menetapkan banyak sekali peraturan yang ketat dan mendesak, memaksakan anak agar selalu memenuhi keinginan, tidak membiarkan anak mempertanyakan otoritas orang tua, memberi hukuman anak dengan keras karena melanggar peraturan, bersikap dingin, atau orang tua yang tidak tanggap terhadap anaknya, bahasa yang digunakan memalukan dan tidak sopan.

Menurut Musthofa (2020) tingkat ketakutan orang tua terhadap anak remajanya menyebabkan perilaku strict parents. Oleh karena itu, strict parents sangat sering tidak member izin apapun kepada anakya, dengan alasan untuk melindungi sang anak. Namun ketika orang tua mengambil terlalu banyak peran, remaja menjadi manarik diri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan remaja.

Koerner & Fitzpatrick (dalam Rezi, 2020) menyatakan bahwa orientasi percakapan dan orientasi konformitas merupakan bagian dari penjelasan hubungan keluarga dan makna keluarga itu sendiri. Orientasi percakapan mendorong seluruh anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam dialog yang tidak terkendali tentang berbagai topik (Koerner & Schrodt, 2014).

Di sisi lain, keluarga dengan orientasi konformitas yang kuat cenderung menekankan sikap, nilai, dan keyakinan yang sama. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya sama-sama kuat atau sama-sama lemah.

Menurut hasil observasi, gaya asuh strict parents ini tidak membuat keterbukaan diri pada late adolescence. Late adolescence cenderung kurang berkomunikasi dengan orang tua mereka mengenai keterbukaan diri. Oleh karena itu, topik yang mereka bahas hanya terkesan sebagai formalitas saja. Late adolescence sering kali merasa tidak perlu jujur tentang apa yang mereka alami atau rasakan. Oleh karena itu, late adolescence menjadi kurang jujur dan lebih memilih mencari solusi sendiri dibandingkan menceritakan segalanya kepada orang tuanya. Kebanyakan late adolescence dengan gaya asuh strict parents tidak merasa dekat dengan orang tuanya dan tidak mengungakapkan masalah yang mereka alami. Namun, emosi yang diungkapkan oleh late adolescence tidak disadari oleh orang tua mereka yang menerapkan gaya asuh strict parents. Orang tua merasa mengenal anaknya dengan baik dan tidak menerapkan gaya asuh strict parents.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun